BAB 01

200 15 6
                                    

S a t u

'Hari Pertama Kembali Ke Masa Lalu'

🍂🍂🍂

Sheza merasakan lengan kirinya diguncang, mendengar namanya disebut berulang kali dengan suara yang terdengar dongkol. Perlahan, Sheza membuka kelopak matanya perlahan, namun segera menutup kembali saat sinar matahari menyakiti kedua matanya.

"Sheza, ayo buruan bangun, jangan bikin ulah deh!" desak perempuan yang lebih tua membangunkannya.

Sheza memeriksa sekeliling dengan mata setengah menyipit, dia menyadari bahwa dia berada di dalam mobil. Namun sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul di benaknya, mengapa dia ada disini?

Keheranan dan kebingungan mencuat jelas dalam pikiran.

Namun sedetik kemudian, ketika kesadarannya mulai pulih, mata mengantuknya langsung terbuka lebar dengan cepat. Seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat, dia mengucek-ucek matanya, syok.

Belum pulih dengan keterkejutannya, ia kembali di kejutkan dengan dua sosok familiar yang berdiri tidak jauh sedang mengobrol dengan seorang laki-laki paruh baya berambut putih pendek.

"Ayo buruan turun," desak orang itu lagi mengalihkan atensi Sheza.

"Kakak?!" pekik Sheza dengan raut wajah terkejut. Dia tidak percaya akan melihat orang ini setelah bertahun-tahun mereka di pisahkan oleh maut.

Kakak perempuannya, Saila, telah meninggal enam tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat. Orang tuanya bahkan menyusul tiga tahun kemudian. Bagaimana mungkin orang-orang itu ada disini? Apakah dia sedang bermimpi?

"Ini nggak mungkin..." Sheza bergumam dengan nada tidak percaya.

Sheza menepuk-nepuk kedua pipinya dengan keras untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. Itu benar, kedua pipinya terasa sakit bahkan tampak memerah setelah dia menamparnya beberapa kali. Realitas yang terasa nyata membuatnya semakin terkejut dan bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?

Saila mengernyit heran saat melihat ekspresi wajah syok sang adik, sambil berkacak pinggang dia berkata, "Kamu ngapain sih, ayo buruan turun, atau mau kakak seret turun--Eh, kamu kenapa?"

Saila panik ketika melihat mata Sheza mulai berkaca-kaca dan seluruh wajahnya memucat. Tanpa membalas pertanyaan sang kakak, dia langsung turun dan berhambur memeluk Saila sambil menangis tersedu-sedu.

Dahi Saila mengernyit penuh kebingungan, tidak biasanya Sheza yang tak pernah akur dengannya tiba-tiba memeluknya sambil menangis. Apakah gadis ini masih bermimpi?

"Sayang, ada apa?"

Venya telah memperhatikan kedua putrinya dari kejauhan, melihat Sheza yang tiba-tiba memeluk Saila dia berpikir mereka bertengkar lagi. Namun, siapa yang menyangka putri kecilnya menangis sesugukan sembari memeluk erat putri sulungnya. Arliz, juga merasa ada yang aneh, dia menyusul istrinya setelah berbicara dengan penjaga asrama.

"Ada apa?" Arliz menyenggol lengan Venya setelah melihat kedua putrinya tiba-tiba akur. Apakah karena mereka akan berpisah?

Sheza melepaskan pelukannya dari Saila, wajahnya basah, sudut matanya memerah. Dia tersendat saat mencoba berbicara pada Saila, "Kak, maafin Sheza. Sheza janji mulai sekarang akan jadi adik yang baik, tolong maafin Sheza."

Dia teringat saat-saat bersama Saila yang selalu ia habiskan untuk bertengkar dan menjahili sang kakak. Bahkan disaat-saat terakhir mereka bertemu, Sheza mengucapkan kata-kata yang menyakiti perasaan perempuan itu. Saat pesawat yang ditumpangi Saila mengalami kecelakaan dan menewaskan seluruh penumpang, saat itu penyesalan menyelimutinya.

CHANGED DESTINY [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang