8

12 9 0
                                    

Di rumah.

Klek

"Hallo sayang, gimana pertandingan basket tadi?" tanya Tante Lydia yang menghampiri El.

"Bibir kamu kok berdarah?" lanjut nya yang hendak menyentuh wajah El.

"Gak usah sok perhatian! El gak butuh,"ketus nya membuang muka.

"Hebat banget bicara kamu! Lydia itu mama kamu El, hormat sedikit kenapa. Dari kemarin kerjaan kamu berantem mulu," omel papa nya yang selalu saja membela Tante Lydia.

"Bela aja terus, toh kenyataan mama aku cuma mama Neyra. Bukan dia," sahut nya yang mana El baru saja pulang tapi sudah mendapat ceramah.

"Kamu!!" tunjuk papa nya tepat di wajah El.

"Sudah pa, jangan di perpanjang. El sekarang kamu ke kamar ya, jangan lupa makan terus istirahat. Kamu pasti capek kan sayang," seru Tante Lydia yang mana El sudah muak dengan tingkah nya yang sok baik.

"Itu yang di tangan kamu apa El?" tanya papa nya yang langsung saja surat panggilan itu pun El beri kan pada papanya.

"Hadiah untuk papa," lirih El yang mana wajah papa nya langsung memerah ketika membaca surat tersebut.

"Kamu buat onar lagi di sekolah? Apa kamu kurang puas selama ini menyusah kan papa? Kenapa kamu gak bisa bersikap kalem dan anggun sih El?" teriak papa nya yang membuat El menjauh kan telinga nya.

"Papa bisa nya cuman marah-marah doang! Pernah gak sih papa sekali aja tanya El kenapa El sampai terluka? Kenapa El berantem dan apa alasan nya. Tanpa papa ketahui penyebab nya papa langsung marahin El. Apa salah nya kalo El membela diri? Kalo papa pengen tau alasan nya ya papa dateng aja kesekolah"tangis El sembari berlari dari hadapan mereka berdua.

Bugh

"Semakin hari papa semakin menjauh, papa udah gak sayang lagi sama El," tangis nya sembari membuang tas nya ke segala arah dan langsung merebah kan diri di atas tempat tidur.

Tok Tok Tok

"Siapa sih! Ganggu banget," kesal El sembari berjalan untuk membuka kan pintu.

Klek

"Kenapa?" tanya El pada Tante Lydia.

"Mama cuma mau obatin kamu aja El," senyum nya yang membuat El muak.

"Gak perlu!" seru nya sembari menutup pintu namun segera Tante Lydia tahan.

"Mama janji gak akan ganggu kamu lagi, tapi mama mohon untuk sekali aja. Biarkan mama obatin luka kamu"tutur nya pelan.

"Oke! Tapi jangan lama-lama," ketus El mempersilah kan nya masuk ke dalam kamar nya.

"Pasti sakit ya El!" tanya Tante Lydia memperhati kan sudut bibir El yang terluka.

"Ya sakitlah! Orang sobek gini," jawab El menghela nafas kasar.

Melihat nya sedih seperti ini entah kenapa rasa nya El merasa bersalah dan sedikit kasihan, namun ketika mengingat kejadian itu membuat El urung untuk menerima nya.

"Awwww," rintih nya ketika Tante Lydia mengoles kan salep di bibirnya.

"Maaf sayang, kayak nya mama neken nya terlalu kencang. Maaf ya!" ucap nya dengan menetes kan air mata.

"Tante kenapa nangis? Lagi pula rasa nya gak sesakit dulu pas tante nyelakain mama aku," tutur El yang membuat nya mengusap air mata nya.

"Apa aku terlalu kasar pada nya? Kok gue jadi kasihan gini sih," pikir El menatap nya yang tengah memberes kan kotak obat.

QUELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang