1. Glow Up

78 17 5
                                    

Hari ini, mau gak mau, Davira dan semua murid di sekolahnya harus kembali ke realita. Setelah menghabiskan masa liburan kenaikan kelas yang hanya tiga minggu lamanya, mereka harus siap untuk kembali memfungsikan otak dan memusingkan kepala. Meskipun begitu, pagi ini teman-teman sekelas Davira terlihat semangat dan ceria di kelas yang baru, apalagi gerombolan para murid cowok yang sukanya menguasai daerah pojok. Jangan ditanya lagi bagaimana rusuhnya mereka, terlebih kalau sang pusat lawak aka saudara Girang sudah beraksi. Pecah!

Namun gak seperti biasanya, lawakan yang menghiasi pojokan itu gak berhasil membuat Davira ikut tertawa—bahkan tersenyum pun gak bisa. Saat Davira tiba di kelas, yang ia pasang justru wajah yang kentara sekali sedang murung, dan alasannya hanya satu, Jay—pacarnya—tiba-tiba sekali mengatakan bahwa ia akan berangkat ke Bandung untuk kuliah. Yang menjadi masalah, sebelumnya Jay bilang kalau ia masih akan berangkat sekitar satu bulan lagi karena ospek di kampusnya baru dimulai bulan Agustus, tetapi ternyata ia berangkat hari ini karena teman-teman Jay yang baru sudah berkumpul untuk menjalin keakraban sebelum diakrabkan secara resmi oleh kampus mereka. Jujur, Davira jadi bete sekaligus sedih, tapi ya mau bagaimana lagi?

Setelah duduk di bangku yang sudah dipilihkan oleh sahabatnya yang bernama Inka, Davira hanya diam saja. Hal ini tentunya membuat Inka bingung karena biasanya Davira akan langsung mengoceh ketika berjumpa dengannya. Makanya Inka memutuskan untuk bertanya, "Kenapa Lo?"

"Gapapa," jawab Davira cuek.

"Putus, ya?"

Davira melotot, "Heh ngomongnya?! Lo pengen gue putus?"

"Ya nggak..." Inka memutar bola mata, "Tapi ya kenapa gitu loh kok tumben banget Lo murung gini? Mana sensi banget lagi."

Davira menghela napas, "Kak Jay berangkat ke Bandung hari ini."

"Hah? Ngapain?"

"Kuliah, lah! Ngapain lagi? Lo jangan bikin emosi, dong!"

"Yeuu... Santai kali.. kan nanya."

Davira gak menanggapi perkataan Inka lagi. Entahlah, rasanya ia ingin marah ke semua orang hari ini. Mood-nya benar-benar sedang gak baik-baik saja.

"Emang kenapa tiba-tiba berangkat?" tanya Inka lagi, ia masih penasaran.

"Ya, itu! Temen-temennya ngajak ketemu sekarang, katanya mau akrab-akraban mandiri sebelum diakrabin."

"Tck! Ada-ada aja sih anak cowok."

"Gue juga mikir gitu."

"Eh, tapi," Inka memutar tubuhnya menghadap ke arah Davira, "Lo yakin alasannya beneran gitu?"

Davira menoleh, "Maksud Lo?"

"Ya... Yang mau ditemuin tuh cowok semua emang?"

Pertanyaan itu membuat Davira terdiam sebentar, namun setelahnya ia panik, "Duh! Lo jangan bikin over thinking, dong!"

"Lah kan gue cuma nanya."

"Ya masalahnya pertanyaan Lo itu, Bun, yang bikin over thinking!"

"Ya kan gak bermaksud."

Davira jadi makin murung, pertanyaan Inka benar-benar menguasai pikirannya. Tanpa sadar ia sudah berpikir sangat jauh di mana Jay akan bertemu teman cewek yang cantik-cantik, ia khawatir ada yang naksir sama Jay karena dilihat dari manapun Jay itu mengagumkan, ia juga semakin takut kalau tiba-tiba Jay kecantol cewek yang lebih cantik, pintar, dan dewasa, gak seperti Davira yang terkadang kekanak-kanakan, manja, dan banyak maunya. Rasanya Davira benar-benar semakin gak rela Jay pergi ke Bandung.

"Tanya aja, loh. Jangan dipikir sendiri terus jadi beban gini," saran Inka memecah isi kepala Davira.

Davira juga maunya begitu, cuma ia masih kepikiran, "Ini gue gak kelihatan posesif, ya, kalau misal nanya?"

GIRANG | Park JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang