4. LDR

43 18 1
                                    

Davira bukan tipe murid super ambis yang suka membaca buku setiap malam atau setiap merasa gabut. Sering kali ia hanya akan rajin membaca jikalau besoknya ada ujian atau paling mentok ulangan harian. Besok masih hari kedua setelah liburan, ulangan maupun ujian sangatlah gak mungkin untuk terjadi, tapi sekarang ini Davira sedang membaca buku. Alasannya? Lagi-lagi pengalihan karena ia gak mau terus-terusan teringat pada Girang dan chocobanana tadi siang. Hal ini untungnya berhasil, terbukti sedari tadi ia begitu tenteram membaca buku-buku barunya tanpa gangguan.

Namun ketenteraman itu segera buyar ketika HP-nya berdering lumayan nyaring dan alunan nada panggilan yang sudah ia terima hampir selama sepuluh bulan itu memenuhi ruang kamarnya. Ya, itu nada panggilan video dari Jay yang sengaja ia bedakan dari nada-nada panggilan yang lain. Tujuannya? Supaya fitur notifikasi khusus di WA ada gunanya.

Dengan kontan saja Davira meraih HP-nya dan menerima panggilan video tersebut lalu menyandarkan benda pipih itu pada tumpukan buku di hadapannya. Sosok Jay yang terlihat sedang berada di sebuah ruangan berdinding polos dengan suara beberapa laki-laki di sekitarnya langsung muncul di layar HP-nya.

"Halo, Cil, lagi apa, tuh?" sapa Jay sebagai pembuka.

Davira mengangkat buku yang ia baca, "Baca buku, Kak. Aku, kan, rajin!" sombongnya.

Jay mencibir, "Kata orang yang sengaja memfitnah diri sendiri."

"Kak!"

Jay tertawa menerima respon Davira, "Lagian, tumben banget belum mau ujian udah sok-sokan baca buku."

"Ini namanya nyuri start, tahu?!"

"Ooh.. gitu, ya? Curang, dong?"

"Nggak, lah! Kan halal. Oh, iya, Kakak lagi di mana?"

"Ini di ruang tamu kost-an," kata Jay sambil mengganti kamera menjadi mode kamera belakang dan menunjukkan suasana di sekitarnya, "Tadi baru aja makan bareng terus nyantai sambil ngobrol," lanjutnya setelah kembali beralih ke kamera depan.

"Cielah.. si anak kos. Kakak nggak istirahat? Nggak capek emang?"

"Nggak, tuh.. tadi udah tidur di jalan," Jay nyengir.

Davira sok khawatir, "Kok Kakak nggak kelindes?"

Jay tertawa kecil, "Nggak, dong.. Kan Kakak keren!" ia lalu berpamitan, "Eh, bentar, ya.. Kakak pindah tempat dulu."

Tanpa menunggu persetujuan Davira, Jay sudah berdiri lalu terlihat berjalan melewati satu pintu, dan suasana di sekitarnya jadi lebih gelap, sepertinya Jay pindah ke teras kost-annya.

"Kenapa pindah segala?" tanya Davira setelah Jay duduk.

Jay senyum manis, "Pengen kangen-kangenan, sungkan sama yang jomblo."

"Hilih.." Davira sok julid padahal ia senyum juga, "Emang temen Kakak ada yang jomblo?"

"Nggak tahu juga, sih. Ya, kan sekalian jaga-jaga, nanti kalau misal dia jomblo, terus gak sengaja lihat kamu dan jadi kecantol, gimana coba?"

"Mana ada yang kayak gitu?!" Davira tertawa renyah sambil geleng-geleng.

"Ada! Tapi nggak bakal Kakak biarin, sih."

Davira menopang dagu, "Kenapa?"

"Nanti Angry Bird-nya jadi Sad Bird."

Lagi-lagi Davira tertawa, "Ada-ada aja sih, Kak!"

"Beneran ini! Gak ada yang boleh deketin kamu pokoknya."

"Ya siapa sih, yang berani deketin pacar Angry Bird? Palingan mereka takut tiba-tiba Kakak naik ketapel," kata Davira disusul dengan tawa karena teringat pada sebuah game di mana satu persatu karakter Angry Bird menjadi peluru ketapel dan menyerang segerombolan babi.

GIRANG | Park JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang