10. Sakit

41 20 0
                                    

Setelah pertikaiannya dengan Jay, Davira hanya bisa terus menggalau karena gak berminat melakukan apapun. Maka dari itu, baru jam delapan lebih sedikit saja ia sudah tertidur dan terbangun sebelum jam lima pagi. Ia memutuskan untuk tidur lagi ketika teringat bahwa hari ini adalah hari Sabtu yang artinya ia gak perlu bersiap untuk berangkat ke sekolah. Apalagi pas buka HP gak ada pesan masuk dari Jay, ya sudahlah makin mendukung untuk tidur lagi kalau begitu.

Davira baru terbangunkan lagi sekitar jam tujuh lebih saat adiknya masuk ke dalam kamar dengan berteriak lumayan nyaring, "Akaaaaak.... Itut anen engkeng, dak?"

Davira yang sebenarnya sudah terbangun karena mendengar pertanyaan itu lanjut berpura-pura tidur untuk mengisengi adiknya. Hal itu berhasil karena gak lama kemudian gadis kecil yang masih berusia tiga tahun lebih sedikit itu sudah berdiri di dekat ranjang kakaknya.

"Akak? Angunn! Kak?" kata sang adik memukuli beberapa bagian tubuh Davira. Jujur saja rasanya geli, tapi Davira suka karena adiknya ini begitu menggemaskan.

"MAMAA!!! AKAK DAK MAU ANGUN!" teriak sang adik dan Davira menahan tawa. Gadis kecil itu lantas mulai menggoyang-goyangkan lengan Davira sambil terus berteriak memanggilnya.

Karena Davira diam saja, si adik berinisiatif untuk membuka mata Davira menggunakan tangan mungilnya. Namun saat tangan tersebut baru menyentuh wajahnya, Davira cepat-cepat membuka mata selebar mungkin, mencetak ekspresi terkejut yang terlampau menggemaskan pada wajah sang adik. Mereka lantas tertawa dan Davira semakin merasa gemas karena adiknya gak tanggung-tanggung dalam membuka mulutnya.

"Kenapa sayang? Bangunin kakaknya kasar banget?" tanya Davira cengengesan.

"Talo akak dak angun, dak diajak anen engkeng!" adik Davira terlihat mengancam, namun tetap saja, gemasnya gak hilang.

Davira sok kaget, "Lho? Adek tega ninggalin Kakak?"

"Iyooo."

"Jahat banget?!"

Adik Davira menggebrak ranjang, "Akanya anguunnn..."

"Bangunin, dong.. Duh, Kakak nggak kuat ini bangun sendiri," Davira menjulurkan kedua tangannya meminta tolong.

Adik Davira geregetan, "Hiiih...." katanya namun sambil menarik kedua tangan kakaknya sampai terduduk.

Davira memangku adiknya, "Aduh aduh.. Ini yang sok mau ninggalin Kakak?" Lalu ia mencium pipi gembul sang adik. "Lah belum mandi gini, masih acemmm..." ucap Davira sambil mengerucutkan bibir sampai menutupi lubang hidungnya.

"Akak cuga acem!"

"Lho? Masa?" Davira pura-pura menciumi ketiaknya sendiri, "Wangi, kok!"

"Acemmm! Andi cana, loh, Kak!"

Davira tertawa, "Aduuuh gemesnya!" katanya lantas memeluk adiknya erat-erat. "Cium dulu, dong!" ia lalu menjatuhkan masing-masing satu kecupan di pipi kanan-kiri serta kening adiknya.

"Dah!" Adik Davira mencoba melepaskan diri.

"Kakaknya belum dicium ini!" tahan Davira lalu memajukan wajahnya.

Sang adik menangkup kedua pipi kakaknya lalu menciumnya dengan cara dan pada titik yang sama.

"Dah! Adek mo andi!" Adik Davira segera turun dari ranjang dan berlari keluar kamar.

Davira senyum saja memandangi adiknya yang terlihat begitu mungil. Ia meraih HP-nya dan sekilas mengecek aplikasi WA, tetap gak ada pesan apapun dari Jay. Setelah itu ia iseng saja membuka halaman status, di sana ada Girang yang mengirimkan story berisi sebuah foto meme dengan kata-kata "ROTI BAKAR COKLAT" tetapi gambarnya adalah seorang pedagang roti yang ditempeli stiker roti sementara roti yang dibakar ditempeli stiker cokelat batangan serta caption-nya "Jangan lupa sarapan☺️". Kontan saja Davira tersenyum, kebiasaan Girang yang satu itu memang kerap kali membuatnya terhibur.

Setelahnya ia melemparkan HP-nya begitu saja di atas ranjang. Ikut panen aja ah daripada galau! serunya dalam hati sebelum bergegas menuju kamar mandi.

Hari itu mendadak saja Davira menjadi orang sibuk. Setelah memanen buah kelengkeng di belakang rumah, ia ikut mengantarkan sebagian hasil panen itu ke rumah neneknya, lalu menemani adiknya tidur siang setelah kembali pulang. Saat terbangun di sore hari, ia langsung mandi dan—tumben—membantu ibunya menyiapkan makan malam. Makanya seharian itu, ia sama sekali gak menyentuh HP yang merupakan sumber kegalauannya. Bagus!

Tetapi yang mengejutkan adalah saat keluarga kecil itu makan malam, yang termuda di antara mereka terlihat lemah lesu gak seperti biasanya. Si adik yang biasanya mengoceh dan begitu lahap saat makan kini hanya diam saja memeluk ibunya.

"Ma, kenapa?" tanya Davira bisik-bisik sambil memperhatikan adiknya.

Ibunya balas berbisik, "Panas."

"Kok bisa?"

"Tanya aja nih lagi pengen apa," kata ibu Davira sudah gak bisik-bisik lagi.

"Dek, kok diem aja, kenapa?" tanya Davira lembut.

Masih dengan keadaan lemas adiknya menjawab, "Angen Doktel Iyan."

"Waduh!" Bucin bener! Davira membatin.

"Iya, habis makan kita ke Doktel Iyan, ya.." sang ayah mengusap lembut puncak kepala adik Davira. Gadis kecil itu lantas mengangguk pelan.

Sebagaimana yang telah dikatakan sang ayah, selepas makan malam mereka berempat langsung bertolak menuju rumah sakit. Ibu Davira bahkan sudah membawa sebagian besar perlengkapan untuk menginap karena jika sang adik sudah mengatakan kangen kepada Dokter Iyan, ya artinya memang benar-benar kangen dan berkunjung sekilas saja gak akan cukup.

Hal itu bisa terjadi karena sekitar sebulan yang lalu adik Davira pernah sakit typus dan dirawat oleh Dokter Iyan—nama aslinya Arbiyan. Ia bukan hanya seorang dokter yang telaten dan cekatan, namun juga dokter yang menyenangkan dan juga tampan, dan sepertinya adik Davira memang sudah terpikat.

Sampai di tempat parkir rumah sakit, mereka turun dari mobil. Davira membantu ayahnya menurunkan beberapa barang bawaan mereka sementara ibunya yang sedang menggendong si adik tiba-tiba saja menyenggol lengannya. "Kak, itu bukannya temen kakak yang adiknya Mas Surya itu?" tanya sang ibu seraya memandang seseorang yang sedang berjalan memasuki rumah sakit.

Davira menoleh dan sedikit terkejut, "Eh? Iya, Ma. Itu Girang."

"Kerabatnya ada yang sakit?"

"Kurang tahu, Ma," jawab Davira singkat lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Nggak Kakak sapa gitu? Tanyain.."

"Ngg... Nggak, deh, Ma." Nggak mau nambah perkara lebih tepatnya.

***

Kuy, langsung next aja, aku double up, heheh🤭



11 September 2022


heyta_

GIRANG | Park JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang