Liora sakit pt II

43 23 4
                                    

[mengandung konten 17+]
Gak nanggung dosa bodo amatt.

🌼

Mentari pagi sudah menyapa, tapi makhluk dalam dekapan Aidan yang semalam di diagnosa sakit demam belom juga membuka mata. Entah karena nyaman atau masih ngantuk.

Perlahan namun pasti Aidan menggeser kan badan. Meninggalkan Liora dan demamnya di dalam kamar. Berjalan menuju dapur berniat membuat sarapan pagi.

Setelah selesai Aidan mulai kembali ke kamar dengan semangkuk bubur dan teh hangat di nampan.

"Ra!" Panggilan lembut laki laki ber title suami itu seraya menaruh nampan di atas nakas.

"Bangun, Ra," ulang Aidan, beruntung Liora langsung bangun dengan bantuan Aidan untuk mengaras posisi duduk yang paling nyaman.

"Dan," panggil gadis berbibir pucat di akhir suapannya.

Aidan mendongak. Menatap manik mata yang kini juga menatapnya. "Kenapa?"

"Maaf."

"Untuk?" tiba-tiba ada yang minta maaf aneh, bukan?

"Gue udah salah nilai lo." Masih ingat first impression Liora tentang Aidan? Dimana perspektif Liora, Aidan adalah lelaki dingin, dan cuek. Nyatanya setelah menikah Liora tak pernah merasakan hal itu, yang ada hanya Aidan dengan sikap menyebalkan nya. untuk yang sekarang, Aidan dengan kehangatannya.

Lelaki tanpa kaos itu menanggapinya dengan kekehan. Tak jarang istrinya mengatakan ini.

"Itu wajar, Ra. Semua orang punya perspektif nya masing masing untuk seseorang yang pertama kali mereka lihat," ujar Aidan berhasil menyenggangkan hati Liora.

Usai membantu Liora sarapan dan minum obat, Aidan masih stay di samping Liora. Sesekali mengecek jam di handphone nya yang menunjukan pukul sembilan pagi, sedangkan jam sepuluh laki laki itu harus menemui Adam atas keperluan pekerjaan.

Liora sendiri sudah tidur atas perintah Aidan 25 menit yang lalu. Berniat meninggalkan istrinya sebentar tidak apa-apa, kan?

Dikecupnya lama kening Liora, lalu pergi menuju Kantor terbesar di kota Bandung. Ternyata sang CEO yang langsung turun tangan untuk mewawancarai laki-laki tampan lengkap dengan pakaian kantor ini.

"Pah!" Panggilnya santai kepada sang CEO. Yap, itu adalah ayah Aidan.

"Maaf, maksud saya bapak," ralat laki-laki itu sopan.

Rahang yang mengeras serta mata yang menajam seolah menjadi alarm tersendiri untuk laki-laki bernama Aidan. Ia melupakan sesuatu, papahnya adalah seseorang yang profesional dalam hal apapun. Beliau tidak akan zholim; menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.

"Apa saya pantas untuk bekerja disini, pak?"

Ayah dari Aidan itu mengangguk. "Datang besok, saya tidak menerima alasan pegawai baru di kantor saya terlambat," ujarnya dingin dan tak terbantahkan. Jika di lihat dari riwayat hidup dan pengalaman kerjanya, Aidan berhak menempati posisi sebagai manajer di kantornya.

Pertanyaan dari point pertama sampai akhir sepertinya sudah terselesaikan, terlihat Aidan sedang pamit undur diri dari hadapan papahnya, ralat atasannya.

Aidan harus segera pulang. Pikiranya selalu tertuju pada gadisnya yang sedang sakit di rumah.

🌼

"BANGSAT!"

Sudah dikuasai dendam serta amarah Aidan terus melayangkan bogeman kepada lawannya di bawah sana. Darahnya mengalir bagai air mendidih. Jantungnya berpacu lebih cepat, menandakan Aidan di ambang emosi. Tanpa ampun dan belas kasih tak peduli anak adam hampir mati di tangannya.

"BERANI MATI LO DATENGIN GUE?!"

Cairan merah mulai mengalir di jalan beraspal serta baunya yang menyeruak karna kini hujan mengguyur dua makhkuk dipenuhi dendam.

"Bang! berhenti, bang!" Tak tega melihat lawan Aidan sudah terkulai tak berdaya Razor mulai tidak tenang. 2 tahun berada dibawah pimpinan Aidan membuat Razor mengenal sisi gelap Aidan.

Seperti ditulikan amarah, laki-laki dengan pakaian kantor itu melanjutkan aksinya yang belum terselesaikan.

Di depan markas, anak halcyon menyaksikan adu jotos yang sedang terjadi. tak ada yang besar nyali untuk mencegah perbuatan mantan ketua mereka itu. 

BUGH!

BRAKK!

"Gue bilang berhenti! apa bedanya lo sama Dion yang pembunuh, huh?!"

"Bangun!" Aidan menyambut uluran tangan Razor. terukir senyum miring disana, setelah Andre, hanya Razor yang berani menegur perbuatan fatal laki-laki itu.

"Thanks!" Razor mengangguk sebagai jawaban.

"Pulang! Lo udah punya bini," ujar Razor diakhiri dengan tawa kecil. Sebenarnya ia tak enak hati menonjok serta mendorong Aidan hingga terjatuh ke aspal.

Mata Aidan menajam. menatap Dion yang terbatuk di sana. Napasnya berpacu lebih cepat Banyak darah yang dikeluarkan dari mulutnya. Aidan tak perduli sama sekali.

"Sakit lo gak sebanding sama sakitnya halcyon ketika tangan sialan lo merenggut nyawa keluarga kita!" ujar Aidan dingin sebelum kemudian pergi  dari tempat kejadian.

Kehadiran Dion memberi nampak negatif pada diri Aidan, emosinya tidak stabil. Aidan merasakan sakit hati yang mendalam. Hujan di siang menjelang sore ini tak banyak yang berlalu lalang di jalanan kota Bandung, membuat Aidan lelusa menaikan kilometer di motornya.

Betapa terkejutnya Liora melihat penampakan suaminya yang macam setan. Rambut dan pakaian basah, wajah tampan kini dihiasi bekas bogeman, mata merah, bibir yang bergetar, napas yang tak beraturan, membuat Liora mengerti suaminya abis adu jotos.

"Abis bunuh berapa orang?" tanya perempuan di atas kasur terselipkan sindiran disana.

"Ra!"

Liora dapat merasakan aura dingin ketika suaminya berjalan menghampirinya. Bukan karena hujan melainkan tatapan Aidan yang mengerikan.

"Gue lagi emosi, lo bisa bantu redamin emosi gue?"

"Mandi gih, menurut yang gue baca di artikel mandi bisa redamin emosi."

"Yang lain." Semakin dingin, bulu kuduk Liora berdiri dengan sendirinya. Aidan mengikis jarak semakin dekat. Bahkan badan keduanya sudah menempel. Jantung Liora dugun-dugun dibuatnya.

"Te-terus?"

Sejenak Liora menatap Aidan yang juga menatapnya, mata laki-laki itu sayu, tak ada lagi amarah disana. Hening. hingga kini Liora merasakan benda kenyal menepel di bibir mungilnya. Dilumatnya perlahan menyiksa Liora dengan napas tertahan. Tak kunjung dibalas Aidan menggigit bibir bawah gadisnya yang kini merintih tertahan.

Tidak dapat dipungkiri, Liora menikmati sensasi cumbuan yang Aidan berikan. Bahkan lidah mereka sudah bermain didalam sana. Suasana di luar seperti mendukung kegiatan asmara keduanya. Suara decapan mengisi kamar sederhana pasutri dimabuk gairah. Rambut basah, hidung mancung, bibir tebal berwarna pink, alis tebal, mata serta bulu mata yang lentik berhasil membuat Liora terkutuk oleh visual suaminya.

Trimisss

🌼

Gak pede up bagian ini :(
Maluu.

Maaf ya kurang mendalami, belum berpengalaman aku.

(Aidan berkata,"Yang berpengalam cuma gue😎.)

Jangan lupa bestiee
Ig : dnislsa
Tiktok : dinisls_

Post bagian ini di sosial media kalian, ya🖤  boleh tandai aku.

Ditulis
4 Juli 2022.












Aidan's LioraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang