Blood Red

560 77 5
                                    


Sudah beberapa hari waktu berlalu sejak Yeonjun memergoki Kai yang sedang menghisap darah dari leher salah satu pelayan yang ada di mansion itu, Yeonjun tidak dapat melupakan hal yang Ia lihat kala itu. Ia ingin mengetahui bagaimana rasanya.

Yeonjun mengigit bibir bawahnya pelan, mungkin Kai akan menganggap dirinya creepy jika Yeonjun tidak segera menghentikan aksinya yang beberapa kali mencuri tatapan pada masternya itu saat Ia sedang membersihkan buku - buku yang tersusun rapi di lemari kayu yang ada di ruang kerja Kai. Entah sudah berapa kali Yeonjun merapikan buku - buku yang memang sudah tersusun rapi sebelum Ia berdiri di depan lemari tersebut.

"Apakah ada sesuatu yang ingin Kau katakan padaku?" Kai yang menyadari akan tatapan Yeonjun padanya itu akhirnya membuka suara.

"Ng.." Yeonjun menunduk, Ia ingin mengatakan tentang dirinya yang juga bersedia untuk melakukan hal yang sama dengan pelayan itu, memberikan darahnya dengan sukarela untuk Kai hisap namun Yeonjun terlalu malu untuk mengutarakannya.

"T- tidak ada master." Ucap Yeonjun semakin menundukkan wajahnya semakin dalam, Kai menatapnya dengan tatapan yang biasa Ia lakukan namun saat itu entah mengapa tubuh Yeonjun terasa panas berada dalam tatapan mata masternya itu.

Yeonjun mengigit bibir bawahnya semakin keras hingga tanpa sengaja gigi miliknya menggores kulit bibirnya, Yeonjun  merasakan rasa darah yang terasa seperti logam itu dibibirnya.

Bibir Yeonjun yang tergores itu mengeluarkan darah dan Kai dapat menciumnya, meskipun darah yang keluar dari luka goresan itu hanya sedikit namun aroma darah itu tercium kuat bagi Kai.

Itu terjadi begitu saja tanpa Yeonjun sadari, Kai telah berdiri di hadapannya dan Kai bergerak sesuai insting vampirnya, bau darah itu tercium manis dan terasa menggiurkan.

Kai menopang dagu Yeonjun dengan jari jemarinya, Ia mengangkat wajah Yeonjun yang tertunduk. Yeonjun mengigit bibir bawahnya semakin keras, dadanya berdegup kencang. Apa yang Yeonjun lakukan membuat luka goresan itu semakin dalam.

"Jangan lakukan itu." Ucap Kai padanya, Yeonjun menutup kedua matanya. Ia merasa dirinya tidak kuat jika harus bertatapan dengan Kai kala itu.

"Kau akan membuat  dirimu terluka." Ucap Kai mengusap bibir bawah Yeonjun dengan ibu jarinya, menghentikan Yeonjun yang mengigit bibirnya sendiri.

Yeonjun perlahan membuka kedua matanya, nafasnya bergerak tertahan seolah tidak cukup banyak oksigen yang dapat Ia hirup di ruangan itu.

Kai mengusap darah yang keluar dari bibir Yeonjun dengan ibu jarinya dan membawa ibu jarinya itu pada bibirnya sendiri.

"Sweet." Bisik Kai saat merasakan darah Yeonjun yang ada di ibu jarinya itu.

Yeonjun sekilas dapat melihat gigi taring yang ada di dalam mulut Kai. Yeonjun seharusnya merasa takut saat itu, bagaimana jika Kai menghisap darahnya hingga habis kala itu. Namun Yeonjun justru merasa penasaran juga ketertarikan yang teramat sangat. Ia ingin tau bagaimana rasanya saat Kai menghisap darahnya.

"Kau bisa meminum darahku jika Kau mau, aku akan dengan suka rela memberikannya padamu." Ucap Yeonjun, keberanian untuk mengucapkan hal itu datang begitu saja.

Kai menatapnya.

"A-aku melihatmu meminum darah salah satu pelayan."

"Kau tidak merasa takut?"

Yeonjun menggeleng pelan.
"Tidak."

"Aku bisa menghisap darahmu hingga habis dan Kau pun akan mati."

"Kau tidak akan melakukan itu."

"Bagaimana bisa Kau yakin akan hal itu."

"Tidak ada pelayan yang menghilang ataupun mati secara tiba - tiba sejak kedatangan ku ke mansion ini, apa yang aku lihat pada malam itu bukan yang pertama kalinya bukan?! Kau menghisap darah pelayan di mansion ini?"

Kai tertawa kecil, Ia semakin mendekatkan tubuhnya pada Yeonjun. Tubuh Yeonjun yang bersentuhan dengan Kai terasa memanas seolah tubuh Kai memberikan dirinya kehangatan.

Dan Kai menjilat luka goresan dibibir Yeonjun dengan lidahnya, Yeonjun merasakan sensasi yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya.

"Darahmu terasa manis, mungkin aku akan kehilangan kendali saat menghisapnya darimu." Ucap Kai.

"Kau dapat meminumnya sebanyak yang Kau inginkan, master." Ucap Yeonjun, Ia tidak keberatan jika Kai yang menghisap darahnya hingga habis.

Kai telah menyelamatkan nyawanya 10 tahun yang lalu, Yeonjun pasti sudah mati jika Kai tidak membawanya ke mansion saat itu, tubuhnya yang sudah lelah dan kelaparan, jika tidak dibunuh oleh vampir, hewan buas yang sudah mengintainya saat itu sudah melahapnya. Yeonjun merasa bahwa hidupnya kini adalah milik sang master, Ia tidak keberatan jika kehilangan nyawanya di tangan masternya itu.

"Itu nampak menggoda, tapi tidak. Aku tidak akan menghisap darahmu, Yeonjun."

"Mengapa?" Tanya Yeonjun menatap Kai.

"Kau menghisap darah pelayan itu, mengapa Kau tidak mengisap darahku juga? Aku sudah mengatakan bahwa aku dengan sukarela akan memberikannya padamu." Ucap Yeonjun putus asa.

Yeonjun berpikir bahwa Kai mungkin tidak menyukai rasa darahnya sehingga Ia tidak ingin meminumnya. Kai tidak ingin meminum darah Yeonjun karena Ia tau bahwa darah Yeonjun dapat membuatnya mabuk, Ia dapat mengetahuinya dari pertama kali Ia mencium aroma darah Yeonjun yang sedikit keluar dari luka goresan yang ada di bibirnya.

"Apakah Kau tidak menyukai rasanya? Tadi Kau mengatakan rasanya sangat manis? Tapi mengapa Kau tidak ingin menghisapnya?" Ucap Yeonjun bersikeras.

"Aku sedang tidak lapar sekarang dan aku tidak membutuhkan darah saat ini." Ucap Kai berbohong, Ia merasa haus dan lapar saat mencium aroma darah Yeonjun, Ia telah meminum darah salah satu pelayannya tadi malam, biasanya Ia tidak akan membutuhkan darah 2 hari ke depan. Ia tidak ingin dahaganya itu akan membahayakan Yeonjun, Ia benar - benar takut kehilangan kendali bila Ia menghisap darah Yeonjun yang terasa sangat manis dan menggiurkan itu.

Kai memalingkan tubuhnya dari Yeonjun dan melangkah berjalan ke arah sofa dimana Ia duduk tadi.

"Aku tau Kau berbohong. Aku bisa melihat gigi taringmu itu. Gigi itu muncul saat Kau dalam mode berburu, Kau merasa kelaparan saat ini bukan?" Yeonjun sering menatap masternya itu, Ia baru melihat gigi taring Kai pertama kali saat Kai tengah menghisap pelayan itu dan saat ini.

"Kau tidak ingin melakukannya karena tidak ingin menyakitiku bukan?! Aku percaya padamu master. Kau tidak akan membunuhku." Ucap Yeonjun berdiri di depan Kai yang sudah duduk kembali di sofa yang sebelumnya Ia duduki.

"Yeonjun, aku tidak bisa..."

"Tidak apa - apa master, aku percaya padamu." Ucap Yeonjun.

Apa yang dilakukan Yeonjun membuat Kai terkejut, Ia duduk di atas pangkuan Kai.

Kai menatap Yeonjun yang sedang membuka kancing paling atas kemeja putih yang Ia kenakan.

Yeonjun kemudian menurunkan kemeja putih itu, Ia memiringkan kepalanya kesamping sehingga bagian lehernya semakin jelas terlihat.

"Please, bite me master." Ucap Yeonjun pada Kai.

Rahang Kai mengeras berusaha menahan insting dan hasratnya untuk menggigit kulit leher Yeonjun yang putih itu.

"Please." Ucap Yeonjun memohon pada masternya sekali lagi.

Kai tidak bisa menahan hasratnya lagi melihat Yeonjun yang memamerkan leher putih mulusnya dan memohon pada Kai.

"Argh." Yeonjun mengerang tertahan ketika merasakan gigi taring Kai menusuk dan merobek kulit lehernya.

Yeonjun merasa kesakitan tapi ada sensasi aneh yang Ia rasakan diantara rasa sakit itu. Satu tangan Kai meremas pinggang Yeonjun sementara satu tangannya yang lain menjambak rambut belakang Yeonjun.

Yeonjun mencengkram bahu Kai menahan sensasi yang menjalari tubuhnya, Ia dapat merasakan darahnya yang di hisap keluar oleh Kai.

"M-master.. agh." Yeonjun merasa dirinya adalah orang aneh dan mesum, Ia merasakan miliknya yang menegang, Ia tidak dapat mempercayai bahwa saat darahnya tengah dihisap oleh Kai itu dapat membangkitkan gairah seksualnya, apakah Ia adalah seseorang yang menyukai rasa sakit?

Black Rose ~Kaijun/Yeonkai~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang