(21)

69 10 0
                                    

Haechan memberhentikan langkahnya juga Renjun karna Jeno yang menuntun keduanya memberhentikan lariannya.

Ketiganya mengedarkan pandangannya dan menyerngitkan dahinya karna mereka merasa tak asing dengan tempat mereka sekarang ini.

"Jen, bagaimana ini? Kita mau lari kemana lagi?"tanya Haechan yang napasnya terengah-engah karna tadi dia berusaha menyamakan langkah kaki Jeno maupun Renjun yang menurutnya sangat cepat hingga dia ingin saja ketinggalan tapi untung saja, Jeno dengan sigap terus menarik tangannya walau yah, jadilah Haechan seperti layaknya terkena asma karna napasnya jadi pendek-pendek.

Ia bahkan merasa sangat sesak tapi berusaha untuk menetralkan napasnya seperti semula.

Bibir Renjun menarik sebuah senyuman saat matanya melihat sesuatu yang tak asing dari tempatnya berhenti ini"Aku rasa kita di tempat yang tak jadi kita jadikan tenda disini"ujar Renjun saat melihat sebuah batu besar, dimana tempat ini waktu itu kakaknya Jeno ingin memasang tenda disini dimana nantinya, mereka akan berkemping disini tapi mereka semua malah menolak dan malah semakin masuk ke dalam hutan.

Untung saja waktu itu Renjun terus memperhatikan batu besar itu dengan tak memperdulikan perdebatan ketiga sahabat linenya yang meminta kakaknya Jeno untuk tak memasang tenda di sekitaran sini hingga ia sangat mengingat, tempat pertama kali yang ingin di jadikan tempat berdirinya tenda mereka.

Haechan menoleh ke arah Renjun cepat bahkan wajahnya kini di hiasi senyuman cerahnya karna merasa ini tanda baik untuknya juga Renjun dan Jeno."Itu berarti kita mendeti tempat kita pertama sampai kan?"tanya Haechan memastikan dan Jeno maupun Renjun mengangguk pelan, membalas pertanyaan Haechan yang membuat senyuman Haechan semakin lebar.

"Kau benar Injun-ah, Haechan. Kak Mark menaruh beberapa petunjuk disini karna tak ingin kita kehilangan petunjuk. Lihatlah, itu tandanya"tutur Jeno sembari menunjuk beberapa tanda yang di buat kakaknya diam-diam.

Sepertinya kakaknya tak ingin mereka tersesat karna mereka memilih masuk lebih dalam ke gunung ini.

Jeno benar-benar harus berterimakasih pada kakaknya jika ia nantinya bertemu dengan sang kakak yang Jeno pikir, ada di tenda, masih tidur.

Jeno berharap, kakaknya juga ketiga sahabatnya yang lain tak menyadari jika ia dan Renjun maupun Haechan keluar dari tenda malam ini agar mereka tak khawatir atau kakaknya bisa saja mengamuk padanya atau marah karena pergi tak bilang-bilang.

"Astaga, kak Mark memang pintar...syukurlah"ujar Haechan yang kini bisa semakin bernapas lega.

"Tapi lelaki tadi tak mengejar kita kan?"tanya Renjun dan Jeno mengeleng membalasnya karna lelaki dewasa tadi tak mengejar mereka lagi saat di tengah perjalanan hingga sekarang.

Dia tiba-tiba menghilang begitu saja layaknya angin."Tidak, kurasa kita kabur dengan cepat tadi".

"Lalu apa yang akan kita lakukan? Masuk lagi ke hutan sana apa kita disini saja?"tanya Renjun lagi.

Ia ingin ke tenda lagi tapi ia takut, lelaki dewasa tadi kembali mengejarnya juga Jeno dan Haechan jika kembali ke tenda. Namun Renjun juga takut adiknya mencari-cari dirinya nantinya.

Dia pasti menangis walau ada Jaemin, Jisung, dan Mark tapi tetap saja, Renjun ingin tetap selalu berada di samping adiknya.

Jeno menghela napas panjang, dia mendudukkan dirinya di tanah karna kakinya sangat lelah juga tubuhnya sudah sangat ingin di dudukkan walau celana dan bajunya harus kotor tapi Jeno tak peduli.

Ia butuh sekali duduk dan istirahat untuk kembali mengisi energinya yang benar-benar terkuras banyak."Kurasa kita disini dulu sampai pagi. Jika sudah pagi, baru kita ke tenda kita lagi. Aku harap kak Mark juga yang lainnya baik-baik saja dan mereka tak memarahi kita jika kita kembali lagi nanti"tutur Jeno memberikan usul.

Dreams AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang