[14] : Lara

58 18 49
                                    


"Seribu ucapan tak berarti apa-apa dibandingkan dengan satu pelukan hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seribu ucapan tak berarti apa-apa dibandingkan dengan satu pelukan hangat."

☁️☁️☁️

"Ah, anjir! Geografi ngeselin banget! Kenapa harus sesusah ini sih?!"

Perihal tugas kelompok, sepulang sekolah tadi, Bulan, Awan, Sasha, dan Vanya memutuskan untuk belajar di rumah Vanya. Sudah satu jam berlalu namun mereka masih sibuk memungut materi yang menurutnya susah. Untungnya ada camilan yang bisa menemani dari rasa pusingnya.

"Panjang semua gila. Males banget buat bacanya juga." keluh Vanya, kini malah beralih meminum minuman sambil bersandar di tembok.

"Terus gimana dong? Apa yang harus gue baca kalo materinya aja gak masuk ke otak?!" seru Sasha heboh sampai mengacak-acak rambutnya. Satu hal yang paling ia benci, yaitu pelajaran Geografi.

"Udah kerjain aja, nanti juga beres." timpal Awan yang sibuk membaca-baca buku.

"Materi bioma apaan banget sih...." lirih Sasha akhirnya, mau tidak mau dia tetap mengerjakan.

Ternyata Vanya terlahir dari keluarga yang berada. Baru saja Bulan menginjakkan kaki di rumah besar ini, sebuah pigura besar tertampang di dinding, menunjukkan sebuah keluarga yang lengkap. Dapat Bulan rasakan atmosfer di sini juga akan keharmonisannya sangat terasa.

Ada sedikit perasaan cemburu di hati Bulan.

"Eh iya, Lan," kata Vanya teringat sesuatu membuat Bulan yang sedang mengetik di laptop terhenti dan langsung menoleh. "lo berdua jadi topik obrolan tau tadi."

"Emangnya kenapa?" tanya Awan, Bulan malah diam mendengarkan.

"Lo berdua berangkat bareng, 'kan? Nah! Mereka pada ngomongin kalian," seru Vanya dengan mulut mengunyah keripik kentang. "eh tapi kan setiap hari juga kalian sering digibahin, ya? Makanya gak heran."

"Gak penting." kata Bulan.

"Tapi menurut gue, ya, kalian tuh makin hari kok makin deket sampe berangkat bareng kayak gitu. Cocok tau. Ya gak, Sha?"

Yang dipanggil tidak menyahut, sedang sibuk membaca.

"Cocok apaan," dengus Bulan, membenarkan poninya teringat ketika tadi pagi terhadap permintaan Awan untuk dirinya selalu tertawa. Mereka saling tatap, namun Bulan lebih dulu mengakhirinya hingga keadaan canggung pun datang.

Awan berdeham. "Daripada kalian pusing, mending aku bagi-bagi tugas aja. Jadi nanti tinggal lapor kalo udah selesai. Sisanya biar aku yang beresin."

"KENAPA GAK NGOMONG DARI TADI SIH?!"

Sasha bangkit dari duduknya. Duduk di antara mereka. "Gue kan gak perlu pusing-pusing nyari kalo kayak gini."

"Santai aja kali, Sha. Lebay lo." sahut Vanya, menggelengkan kepalanya. Memang kelakuan gadis ini selalu membuat heran, padahal bukan masalah besar.

Awan & Bulan [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang