Minho tidur meringkuk di dalam sebuah kandang besi berukuran cukup untuk menampung satu orang saja, yang hanya beralaskan tumpukan jerami tipis sebagai kasur, cahaya pagi memancar mengenai tubuhnya.
"Heh! Bangun! Makanlah ini!".
Minho tersentak bangun saat mendengar suara besi yang ditendang cukup keras dan suara berat seorang pria yang membuat kepala nya pening saat membuka mata.
Dengan perlahan Minho menduduk kan diri nya melihat siapa yang membangun kan nya tadi, berbeda dengan prajurit yang semalam menangkapnya.
"Kau beruntung, kau tahu?". Prajurit itu menyodorkan semangkuk makanan menggunakan kaki bersepatu botnya.
"Kau masih selamat, biasanya hanya tinggal mayat dengan tusukan pedang di perut". Lanjutnya.
Minho mengerti, tapi apa dikurung seperti ini disebut beruntung? Entahlah.
"Tapi aku melihat perhiasan itu". Prajurit berbadan kekar itu berjongkok mencoba meraih kalung yang Minho pakai dari sela-sela jeruji besi, namun Minho segera bergeser mundur dan menggenggam kalung nya dengan erat.
"Aku suka itu. Dan kau beruntung aku lebih suka emas daripada darah, Tuan De Rune...". Tangan yang terulur itu dia tarik kembali, sebuah seringai terpampang diwajahnya.
"Di mana saudaraku?!". Minho meninggikan suaranya dengan berani sambil memajukan badan nya, menatap tajam prajurit yang telah kembali berdiri.
"Diam! Semakin baik sikapmu, semakin tinggi tebusan nya".
"Tebusan? Apa maksudmu?!".
"Kau akan segera tahu... Kau tidak lagi berada di Chāteau-mu. Jadi berhenti merengek, oke". Ucapnya terakhir kali sebelum melangkah gagah menjauhi kandang besi yang Minho tempati.
"Dasar anj*ng menjijikan". Umpatan itu lolos dari mulutnya.
Entah apa yang akan Minho lakukan, ia melirik wajan berisi makanan dengan sorot tak berselers, otaknya kembali berpikir bagaimana caranya untuk keluar dan mencari keberadaan adik nya ditahan.
Ditengah lamunan nya, suara pintu besi yang ia tempati terbuka membuat nya menoleh dan terkejut. Sesorang bertudung dan penutup wajah sebatas hidung, dia adalah orang yang sama dengan seseorang yang hampir ditahan prajurit malam tadi saat ia tertangkap prajurit.
Dia menempelkan telunjuk nya pada mulut yang tertutup kain, mengisyaratkan agar Minho tetap diam dan jangan bersuara.
Minho mengangguk kecil mengikuti arahan. Lelaki itu menunjuk kesebuah tempat dimana seseorang ada disana, tanpa suara dia memerintah kan Minho untuk bersembunyi dan mengikuti orang itu.
Teman nya yang sama menggunakan kain penutup muka namun tidak bertudung disebrang sana mengangguk. Sementara lelaki bertudung tadi memanjat ke atas sebuah benda besar yang berputar milik para prajurit.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PLAGUE TALE : INNOCENCE
Science FictionJauh sebelum penyakit Pes bisa ditangani, sebuah wabah yang sempat menerpa Eropa pada tahun 1347 berhasil renggut ratusan juta nyawa manusia yang mengidapnya, mereka menyebutnya sebagai wabah Black Death. Kerajaan Timur menjadi salah satu wilayah y...