I - 2

55 11 20
                                    

Happy Reading...

Kriiiinnnggg...
Alarm berbunyi sudah ketiga kalinya. Namun sang pemilik kamar tetap tertidur lelap.

"Non bangun non sudah pukul 7 pagi. Non Aira bisa telat nanti sekolahnya" bi Oyem menggedor pintu Aira. Karna jika hanya sekedar di ketuk perempuan itu tidak akan bisa bangun.

Aira mengucek matanya. Ia duduk sambil meregangkan tangannya.

"Gila telat lagi ini mah" Aira langsung berlari kedalam kamar mandi setelah melihat jam

Kurang dari 10 menit ia mandi setelahnya bersiap, Aira bergesa kebawah. Bi Oyem yang melihatnya hanya menggeleng. Pemandangan biasa setiap paginya di rumah itu.

"Sarapan dulu non terus minum susunya" Bi Oyem menaruh sandwich dan susu putih dimeja makan

"Ga sempet bi, aku sarapan disekolah aja nanti." Aira menyalami bi Oyem lalu berlari keluar rumah yang sudah ditunggu sedari tadi oleh supirnya.

"Pak ngebut kayak biasa ya pak" ucap Aira tergesa masuk kedalam mobil.

"Siap non Aira" mobil melaju keluar gerbang menuju sekolahnya

***

Gerbang tertutup sepenuhnya saat Aira sampai disekolah 5 menit yang lalu.

"Pak tolong bukain dong gerbangnya. Bapak emang ga kasian sama saya yang dari tadi berdiri terus. Pegel loh pak lama-lama ini saya" sejak tadi ia meminta untuk dibukakan gerbangnya. Namun seakan tidak mendengar, penjaga sekolahnya malah asik menulis yang Aira tebak namanya pasti bakal tertera dibuku itu.

Aira berdecak sebal. Ia tahu memang ini salahnya yang tidur terlalu kebo. Sampai alarm jam berbunyi tiga kalipun masih tidak terdengar sebelum bibinya menggedor pintu kamarnya.

Saat Aira asik menyalahkan dirinya, tanpa disadari disebelahnya berdiri laki-laki yang lebih tinggi dari Aira.

"Pak bukain gerbangnya pak" ucap laki-laki itu

Ajaibnya penjaga sekolah itu langsung membukakan gerbang
"Silahkan masuk nak" Laki-laki yang berseragam sama dengannya menyelonong masuk.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan. Sebelum gerbang ditutup lagi Aira berlari masuk kedalam sekolah. Meninggalkan satpam yang berteriak memanggil namanya untuk berhenti.

Mana mau Aira berhenti. Bodoamat penjaga sekolah itu marah-marah terpenting Aira bisa mengikuti materi pelajaran hari ini.

Aira berlari melewati cowok itu yang melihat datar kedepan. Ia tidak perduli dan terus bergegas lari kekelasnya yang berada dilantai 2.

Sesampai dikelas beruntungnya ia pelajaran belum dimulai. Aira lantas duduk dibangku samping sahabatnya yang terletak dibarisan kedua dekat jendela. Dimana ia bisa bebas menatap arah bawah melihat beberapa siswa-siswi hilir mudik saat jam pelajaran.

Adira menjitak kepala Aira membuat perempuan itu mengaduh.

"Suka banget kayaknya sama kepala aku. Dari kemarin dijitakin terus." ucap Aira sambil mengusap kepalanya

Adira dengan emosi lantas menyentil keningnya Aira
"Suka banget kayaknya telat. Hampir setiap hari tau ga si lo telat terus. Beruntungnya hari ini pak botak belum masuk"

"Sakit Adira yaampun. Kekerasan dalam persahabatan ini namanya. Eh tapi tumben banget guru belum masuk. Biasanya kalau aku udah sampe kelas langsung siapin telinga buat denger nasihat mereka yang kayak kereta api, Panjangnya pake banget."

Sebelum Adira menjawab. Pak botak alias pak Agus guru matematika mereka masuk kedalam kelas. Membuat kelas yang tadinya seperti pasar malam langsung sesepi makam.

"Selamat pagi anak-anak" sapa pak botak dengan senyuman diwajahnya yang justru terlihat menyeramkan bagi para murid. Karna jika pak botak senyum saat masuk otomatis akan diadakan ulangan mendadak.

"Aira tumben banget hari ini kamu tidak telat. Padahal saya sudah siap buat nasihatin kamu" ucap pak Agus saat melihat anak muridnya yang satu itu sudah duduk dibangkunya.

"Oh iya dong pak, saya sebenarnya anak rajin pak. Cuma emang sial aja saya pak kemarin-kemarin"

"Sialnya sampai setiap hari ya Aira. Atau kamunya aja yang tidurnya kayak kebo" sontak seluruh murid kelas itu tertawa mendengar ucapan guru mereka tidak terkecuali Adira.

Tidak heran memang kenapa pak Agus bisa tahu jika hampir setiap hari anak didik satu itu telat masuk karna itu sudah terkenal dikalangan guru, jika anak murid yang bernama Aira 11 ipa 2 menjadi langganan nasihat guru ketika pelajaran sedang berjalan.

Aira memutar bola mata malas mendengar ejekan yang sudah sering ia dengar selain nasihat pak botaknya.

"Sudah-sudah sekarang kita mulai ulangan hari ini" benar bukan yang ditakutkan seluruh murid kelas.

Mereka mengeluh tanpa bisa protes jika memang nilai mereka tidak ingin jadi korbannya.

Setelah beberapa lama ulangan diadakan akhirnya selesai berkat   bel istirahat yang berbunyi membuat siswa-siswi dikelas bernafas lega. Yang tadinya terlihat asap dikepala langsung berucap syukur. Begitupun dengan Aira yang sejak tadi cacing diperutnya sudah minta untuk makan.

"Baik anak-anak bel istirahat sudah berbunyi, selesai ataupun tidak kumpulkan ulangannya." Para murid satu persatu mengumpulkan ulangan mereka, ada yang dengan percaya diri ada juga yang inscure dengan hasil nilainya nanti.

"Baik jika sudah semua terkumpul silahkan untuk istirahat, sampai ketemu minggu depan. Selamat siang"

"Siaang pak" ucap seluruh murid semangat.

Pak Agus keluar yang tidak lama diikuti murid kelas. Sedangkan Aira dan Adira masih membereskan buku mereka.

"Yok saatnya kita makan. Tenang saja cacing peliharaan ku, sebentar lagi tuanmu ini akan makan makanan yang membuat kalian tidak kekurangan nutrisi" ucap Aira mengelus perutnya.

"Gila emang tuh pak botak ulangan mendadak banget udah kayak tahu bulat" keluh Adira karena memang semalam ia tidak sempat belajar terlalu larut baca novel sampai ketiduran. Lagipula mana Adira tau jika mau diadakan ulangan.

Aira menggeleng mendengar keluhan Adira "Hust jangan gitu ngomongnya gitu-gitu juga guru kamu Adira, udah ah yuk kita kekantin perut aku udah laper banget" Aira menarik tangan Adira menuju kantin.

Sesampai dikantin yang terlihat sudah sesak. Namun Aira tidak pantang menyerah begitu juga dengan Adira. Demi kelangsungan hidup mereka.

"Kamu pesenin makan aku mau cari tempat duduk buat kita"

"Wokeh" Adira berlalu untuk memesan makanan sedang Aira berjalan mencari meja kosong.

Keberuntungan kembali ia dapatkan saat ia melihat satu meja kosong yang tidak jauh dari tempat ia berdiri. Ia lalu mendatangi segera meja itu.

Saat hendak duduk Aira dikejutkan oleh seseorang yang memegang tangannya.

:
:

:
:

:
:

:
:

:
:

Adira Jovanka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adira Jovanka

To be continued...

Terimakasih sudah mampir kecerita aku...

Jangan lupa vote dan komen ya temen-temen...

A I R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang