Ruangan bernuansa hitam itu berantakan seperti habis ditimpa angin puting beliung. Meja yang terbalik, laptop yang tadinya diatas meja turut terlempar, hiasan yang terbuat dari kaca hancur, hanya tempat tidur yang masih rapi.
Seseorang yang menyebabkan semuanya tengah meninju samsak diruangan itu dengan amarah yang masih tersulut dalam dadanya.
Ia mengambil air yang telah tersedia dan meminumnya setelahnya ia lemparkan gelas ketembok
'Craang' gelas itu hancur akibat benturan yang keras.
Mata tajamnya menatap samsak dengan penuh emosi. Ia melanjutkan meninju samsak guna menyalurkan amarahnya.
'Klik' terdengar suara pintu otomatis ruangan terbuka.
Namun tidak membuat laki-laki yang tengah meninju samsak teralihkan.Seseorang yang membuka pintu tadi masuk disusul temannya dibelakang.
'Ceklek' dia menghidupkan lampu dengan otomatis semua kehancuran ruangan terlihat.
"Ngapain" tanya Batara, laki-laki yang masih melakukan kegiatannya.
"Lo yang ngapain, ga liat itu tangan udah berdarah gitu" jawab Aidan, yang tadi masuk memang Aidan dan Brandon karna hanya mereka berdua selain Batara tentunya yang mengetahui ruangan khusus pemilik sekolah.
Aidan duduk dengan santai tanpa takut dipukul oleh temannya itu dengan Brandon yang turut duduk disamping Aidan.
"Pergi" usir Batara yang tidak ingin diganggu siapapun. Ia tidak ingin kelampiasan menyakiti temannya.
"Gue ga akan pergi sebelum lo tenang, lagipula kalau gue boleh berpendapat yang dikatakan Aira benar. Lo cuma seenaknya klaim dia, mana ada cewek yang mau digituin Za. Seharusnya lo berani ungkapin langsung dengan cara gentelman kalau memang lo suka sama dia bukan dengan cara pengecut kayak gitu." Za, panggilan Aidan dan Brandon kepada Batara dari mereka masih duduk dibangku kelas 10.
Dalam pertemanan mereka bertiga memang Aidan yang berfikir dewasa dibanding Batara dan Brandon. Jadi tugas Aidan seperti penasihat untuk mereka berdua. Walau Aidan juga tidak pernah terlihat berdekatan dengan perempuan, tapi setidaknya ia pernah merasakan perasaan sakit hati membuatnya menjadi lebih dewasa dalam menyikapi sebuah hubungan.
Batara menghentikan tinjuannya, ia menatap Aidan dan Brandon dengan tajam yang masih terdapat emosi dimatanya.
"Kalau lo emang bener-bener suka sama Aira, lo beri dia waktu atau ga lo deketin dia secara baik-baik, jangan paksa dia kalau lo ga mau dia makin menjauh dari lo. Jangan saling keras kepala Za, ga ada cewek yang mau dipaksa. Ini bukan cerita wattpadd dengan tema posessife, tapi ini cerita lo yang mencintai cewek yang gue tahu itu tulus." Aidan tau jika Batara tidak main-main dengan ucapannya tempo hari yang menyatakan bahwa Batara adalah kekasih Aira. Dilihat dari Batara yang selama ini terlihat tidak pernah dekat dengan perempuan manapun apalagi berbicara dengan kaum hawa itu.
Batara berjalan menuju ranjang melewati pecahan kaca dengan tenang tanpa merasa sakit. Ia sudah berteman baik dengan rasa sakit.
Aidan dalam diam menatap Batara, ia tidak habis fikir dengan cowok itu.
"Lo belum makan Za, gue sama Aidan bawain nasi goreng yang belum lo makan tadi." Brandon menaruh bungkusan nasi goreng dimeja satu-satunya yang tidak terbalik dekat Batara.
Batara menidurkan dirinya lalu memejamkan matanya tidak menghiraukan omongan Brandon.
Itu bentuk usiran secara halus yang Aidan dan Brandon pahami. Mereka berdua keluar dari ruangan menuju kelas karena memang bel masuk sudah berbunyi sejak tadi.
Batara menghela nafas, membuka matanya menatap langit kamar dengan fikiran berkecamuk walau ekspresinya terlihat datar.
***
"Ra lo tenangin diri lo" ucap Adira menenangkan. Tadi ia ditarik oleh Aira menuju kelas karna memang bel masuk berbunyi saat mereka hendak ketaman.Aira diam dengan pandangan melihat kearah bawah yang memperlihatkan lapangan basket.
"Ra, boleh gue berpendapat? Kalau boleh menurut gue lo usah sedikit kererlaluan ngomong kayak gitu ke kak Batara, bagaimanapun juga dia kakak kelas kita Ra. Gue tau lo marah sama dia dimulai dari tempo hari yang tiba-tiba dia bilang kalau dia pacar lo. Mungkin kalau posisi lo digantiin sama cewek lain mereka pasti bakal terima dengan lapang dada, itu yang bedain lo sama cewek diluar sana. Tapi Ra coba lo buka hati buat kak Batara, lo liat seberapa tulus dia suka sama lo" Adira berharap sahabatnya itu mendengarkannya karna Aira sama sekali tidak mau melihat kearahnya.
"Ra lo liatkan caranya kak Batara memperlakukan lo dengan baik, walaupun lo udah marah-marah sama dia tapi dia tetep berusaha baik sama lo, dan itu cuma sama lo. Tatapan dia juga tulus Ra, kalau lo mau liat mata dia lo pasti bisa liat ketulusan dia natap lo. Gue ga lagi bujuk lo supaya mau buka hati lo buat dia, tapi gue cuma mau memperlihatkan apa yang lo ga liat. Ga semua cowok itu sama Ra" lanjut Adira. Adira hanya ingin Aira tidak terus menerus mengingat kejadian dimasa lalu, lagipun tidak semua cowok jahat dan mungkin Batara bisa merubah kekecewaan itu.
Aira menghela nafas berusaha menenangkan dirinya. Ia menatap Adira yang dibalas senyuman.
"Sini peluk gue" Adira merentangkan tangannya menerima Aira masuk kedalam pelukannya.
Pelukan seorang kakak yang begitu tulus Aira rasakan.
"Tetep ada disamping aku ya Di, jangan pergi kayak mereka" ucap Aira sedikit bergetar.
Adira mengangguk dengan senyuman diwajah cantiknya.
"Lo tuh adek gue, gimana bisa gue ninggalin adek gue sendiri"Aira mempererat pelukannya mendengar ucapan Adira.
'Semoga aja Di semoga aja' batin Aira
To be continued...
Makasih udah mampir baca cerita aku teman-teman...
Jangan lupa vote dan komen ya...Gratis kok💜...

KAMU SEDANG MEMBACA
A I R A
Romance⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT⚠️ ⚠️Cerita murni dari pikirian Author sendiri⚠️ ⚠️Jangan lupa follow Author, dan juga VOMENTnya teman-teman⚠️ -----------‐----------------------------- Ini tentang kisah Aira Ainsley yang terjebak dalam permainanya sendiri. ...