A - 4

26 1 0
                                    

Sedari tadi tidak ada kata damai dalam mobil merah bata itu. Aira yang terus menerus meminta turun sedangkan Batara yang hanya diam tidak memperdulikan.

"Cowok aneh sekali lagi gue bilang turunin gue sekarang juga atau lo bakal dapet masalah" ucap Aira mengancam. Percayalah Aira hanya berpura-pura mengancam cowok itu.

Batara menepikan mobilnya. Ia menatap tajam Aira yang malah menatapnya balik secara terang-terangan.

"Kamu cewek satu-satunya yang ga mau naik kemobil saya disaat semua cewek malah memohon. Dan kamu juga satu-satunya  yang manggil saya cowok aneh. Ingat ya Aira saya adalah pacar kamu jadi bisa kan lebih halus lagi bicaranya sama saya" hebat seorang Batara cowok kulkas sedingin freezer pertamakali bicara panjang.

"Gue ga perduli karna gue bukan mereka dan gue juga bukan pacar lo. Terserah gue dong mau panggil lo apa, karena lo duluan yang ga sopan sama gue. Pertama lo udah seenaknya klaim gue pacar lo, kedua lo main tarik tangan gue terus bawa gue pergi. Jadi wajar kalau gue ga bisa sopan sama lo" Aira benar-benar kesal dengan cowok ini. Cowok ini fikir Aira barang apa main bawa ia pergi seenaknya.

Batara menghela nafas sabar. Ia berusaha mengontrol emosinya.
"Aira, saya ga mau marah-marah sama kamu. Untuk ucapan saya yang dikantin saya serius suka sama kamu dan kenapa saya bawa kamu pergi, saya cuma mau antar kamu pulang supaya tahu rumah kamu dimana agar besok saya bisa jemput kamu. Jadi sekarang kamu beri tahu alamat rumah kamu, kamu bisa percaya sama saya karna saya bukan cowok brengsek"

"Lo bisakan jujur dari awal kalau cuma mau antar gue pulang. Kalo gitukan gue ga buang energi gue cuma buat minta turun" jangan salahkan Aira jika ia kesal sejak tadi. Salahkan lah cowok aneh itu yang tidak bicara sejak awal

"Terus kalau saya bilang mau antar kamu pulang apa kamu nurut, ga kan. Ga ada jaminannya kamu mau ikut saya. Cepat beri tahu saya alamat kamu" benar juga si, tidak ada jaminan ia mau ikut, tapikan tidak harus dipaksa juga.

Aira dengan sangat terpaksa memberitahukan alamat rumahnya. Mungkin nanti jika ia melihat Batara menjemputnya ia akan pergi lebih dulu ke sekolah. Ya itu rencana bagus.

'Ga sia-sia gue punya otak cerdas' fikir Aira

Mobil Batara kembali melaju menuju rumah Aira.

***

Kali ini ia menjalankan rencananya untuk pergi lebih awal. Aira sudah siap untuk pergi sekolah dengan seragam yang sudah melekat ditubuhnya.

Ia turun kebawah menuju meja makan yang tentu belum ada makanan yang tersaji karna bi Oyem masih menyiapkan makanannya.

Beliau terkejut melihat Aira yang sudah duduk manis dimeja makan. Tumben sekali nonnya ini sudah turun bahkan ini masih jam 5 subuh. Sedangkan Aira biasa pergi sekolah jika sudah pukul 8 pagi dimana gerbang sekolah sudah ditutup.

"Non kok tumben udah siap gini, ini masih pagi banget loh non"

"Sesekali Aira ga mau telat bi. Pengen ngerasain udara pagi juga" itu hanya alasan sebenarnya.

Bi Oyem hanya bisa mengiyakan.

"Tapi ini makanannya belum jadi non, baru bibi masak"

"Kalau gitu Aira makan disekolah aja nanti Bi. Oh iya pak Mamat udah ada diluar bi?" Tanya Aira, kalau memang sopirnya belum menyiapkan mobil ia bisa naik kendaraan umum. Semoga aja sudah ada bus menuju sekolahnya.

"Kayaknya belum non, biasanya kan jam setengah tujuh non baru disiapin mobilnya" memang tidak heran sih, Aira saja belum bangun jam segitu.

"Yaudah ga apa-apa Aira naik bus aja kalau gitu bi. Aira berangkat ya bi" Aira mencium tangan bi Oyem, bagaimanapun Bibinya itu sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.

"Hati-hati ya non. Kabarin kalau ada apa-apa" Ucap bibi saat Aira sudah beranjak pergi.

Aira mengacungkan jempolnya tanda ia masih mendengar ucapan bibinya.

Saat Aira membuka pintu ia dikejutkan dengan Batara yang sedang santainya duduk didepan mobilnya.

"Pagi sayang, sepertinya kamu udah siap" ucap Batara saat melihat Aira dengan seragam sekolah yang sudah terbalut dicewek itu.

Tentu Aira tidak habis fikir. Sejak kapan cowok aneh itu berada didepan rumahnya, ini saja masih sangat pagi.

"Lo cowok aneh, dari kapan udah dirumah gue?"

Batara berpura-pura terlihat berfikir. Ia sengaja datang lebih pagi, ia hanya takut Aira pergi lebih dulu. Dan terbukti dengan gadis itu yang sudah siap.

"Emm kurang lebih dari jam setengah lima atau mungkin dari jam 4, saya lupa soalnya udah lumayan lama disini"

'Gila nih cowok emang niat banget buat jemput gue' batin Aira.

"Lo ga mandi?"

"Udah kok nih wangi. Mau cium?" Ucap Batara. Saat melihat ekspresi Aira ia dibuat gemas. Aaah sepertinya segala ekspresi yang gadisnya tunjukkan terlihat gemas dimata Batara. Dasar bucin.

"Dih najis, dahlah gue mau berangkat sendiri aja. Lebih baik lo pergi sana" usir Aira, ia tidak ingin berangkat bersama Batara. Tapi kenapa cowok itu sangat menyebalkan. Bukan apa Aira hanya tidak mau menjadi pusat perhatian, dia lebih senang menjadi murid biasa yang menjalani kehidupan sekolah dengan tenang sampai kelulusan nanti.

Batara menghalangi Aira. Tentu saja ia tidak akan membiarkan Aira berangkat sendiri, enak saja ia sengaja datang sangat pagi tapi tujuannya tidak tersampaikan.

"Ga bisa gitu dong. Saya sengaja jemput kamu buat berangkat bareng"

"Lo budek ya, gue udah bilang mau berangkat sendiri"

Batara menggeleng, ia menarik tangan Aira, memaksa cewek itu untuk masuk mobil. Bukan Batara namanya kalau ia tidak keras kepala.

"Hobi banget maksa orang si lo. Bukain pintunya ga, atau gue ga bakal mau ngomong sama lo lagi" hanya ancaman yang bisa Aira lakuin. Karna ia sadar diri jika memakai tenaga tentu tidak sebanding dengan cowok itu.

"Terserah kamu mau ngomong apa saya ga perduli" Batara lebih memilih melajukan mobilnya walau Aira masih terus mendumel.





To be continued...

Makasih udah mampir baca cerita aku teman-teman...

Jangan lupa vote dan komen ya...Gratis kok💜...

A I R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang