chapter 14 : new routinities

372 56 3
                                    

Enam bulan kemudian

📍Evergreen Palace, Mansion milik Grandpa

Menjadi seorang calon istri dari pangeran ternyata tidak semudah mengedipkan mata. Banyak proses yang harus dilalui untuk sampai ditahap "layak" sebelum akhirnya resmi memegang gelar sebagai "putri". Apalagi dalam kasus ini, Choi y/n tidak hanya akan menjadi seorang "putri" biasa, melainkan akan menyandang title "ratu"—mengingat jika calon suaminya adalah seorang Jung Jaehyun, putra mahkota Kerajaan Korea.

Berbagai hal sudah dipelajari oleh gadis cantik itu mengenai "kehidupan kerajaan" yang sesungguhnya. Mulai dari caranya berbusana, etika saat menghadiri jamuan makan dengan keluarga kerajaan maupun gelaran besar, bahkan sampai ditahap memahami cara berjalan, berbicara, dan "tampil" sebagai calon ibu negara.

Semua yang dilakukan oleh Choi (y/n) ini bukanlah kewajiban yang sangat sakral untuk dilalui oleh calon anggota keluarga Kerajaan Korea sebenarnya—mengingat jika Jaehyun dan sang ibunda pun tidak merekomendasikannya—namun karena mendengar "bisikan" dari beberapa oknum, akhirnya ia memilih untuk menyanggupi pembelajaran mengenai tata cara menjadi anggota keluarga kerajaan selayaknya pedoman buku besar.

Bicara mengenai pembelajaran yang dilalui Choi (y/n) selama hampir enam bulan ini, gadis itu hampir saja dibuat gila dengan evaluasi-evaluasi akhir minggu yang selalu dilaluinya. Karena bagi (y/n), kemampuannya menyerap ilmu selama hari-hari normal sedang dipertaruhkan dihadapan bibi Jieun—sepupu dari ayah Jaehyun.

Bagaimana tidak? Wanita yang tetap ayu diusianya yang menginjak lima puluhan itu tidak akan segan-segan memukulkan rotan ke atas meja atau kursi atau apapun yang ada didekatnya untuk menggertak (y/n) saat ia melakukan kesalahan—bahkan sampai ditahap dimana jika gadis itu lupa untuk mengangkat wajahnya beberapa derajat saja.

Hal itu tentunya membuat Choi (y/n) stress saat melalui sesi pembelajaran tata krama dengan bibi Jieun yang diadakan setiap minggu kedua dan keempat.

Seperti sekarang...

"Angkat dagumu!"

"Ayo lebih tegak lagi!"

Plak!

"Choi (y/n)!"

"Tersenyum sedikit"

"Jangan terlalu lebar, itu tidak sopan"

Plak!

"Letakkan tanganmu diatas paha!"

"Hey! Perhatikan caramu menatap!"

Plak! Plak! Plak!

Bibi Jieun tampak menghela napasnya kesal. Wanita itu lantas berjalan mendekat ke arah (y/n) yang masih duduk diatas sofa ruang tengah rumah kakek dan nenek Jaehyun.

"Sudah berapa kali aku memberitahu? Kepalamu harus terangkat dengan baik! Jika terlalu tinggi orang akan mengira kau sombong. Ingatlah jika kau ini hanya rakyat biasa! Dan lagi, senyummu itu! Apa kau mengira itu bagus? Senyum terlalu lebar dengan tatapan mata begitu akan membuat dirimu seperti ingin menggoda pria. Apa kau memang berniat untuk ditiduri?"

Ucapan bernada ketus seperti ini sejujurnya sudah menjadi makanan keseharian (y/n) selama beberapa bulan terakhir. Namun entah mengapa hari ini perkataan bibi Jieun membuat gadis itu merasa sakit hati karenanya.

"Joesonghabnida..." lirihnya.

Bibi Jieun kemudian kembali menghela napas kasar sebelum akhirnya menunjuk wajah (y/n) menggunakan rotan yang dipegangnya.

"Kau! Lebih baik pikirkan ulang tawaran keponakanku! Aku tidak mau Jaehyun mendapat wanita tidak layak sepertimu sebagai istrinya. Masih banyak wanita diluar sana yang cocok mendampingi keponakanku yang sempurna"

lemniscate | jung jaehyun x youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang