💮J'A-15💮

9.7K 1.1K 94
                                    

Aku lagi rajin karena ngeliat komen cepet naiknya, jadi kayanya kalau komen cepet naik tanpa spam aku bisa up terus, tapi pastinya Vote jangan lupaaaaaa.

200 vote dan 50 komen gas🏃

><

Hazren maupun Rendri heran sekali, semalam Darrien lah yang menangis tak karuan sampai matanya sembab dan tenggelam.

Sekarang, Jendra lah yang menangis lirih sampai matanya merah sembab dengan bibir yang bergetar.

"Ada apa dengannya?" tanya Hazren pada kembarannya, Rendri mengedikan bahunya tak tau.

"Mana ku tau."

Darrien tampak diam, dia lebih diam lagi hari ini karena Mommy Klai masih marah padanya dan bicara saja tak mau dengam Darrien.

Semua juga bisa melihat tatapan mata Darrien yang kosong dengan wajah pucatnya.

Kasihan sekali, dua kulkas di kelas mereka lagi rusak, kayanya perlu diservice.

Jendra masih meratapi diri, tak ada lagi kalung dilehernya, karena Amoura sudah menariknya kuat dan menyimpannya.

Mengingat perkataan Amoura yang berkata jika dia bukanlah milik gadis itu, membuat Jendra menangis lagi.

Bahunya bergetar pelan "Hiks..gak mau dibuang..gak mau..hiks.."

Jendra tak mau dibuang, dia tak mau digantikan apalagi melihat Amoura bahagia bersama Kael bangsat itu.

Gak akan Jendra biarkan, dia akan mengemis dikaki Amoura agar gadis itu mau menerimanya lagi.

Amoura adalah apa yang Jendra mau, Amoura adalah gadis yang dia cintai sedari dulu, Jendra tak bisa jika bukan bersama Amoura.

Itu sangat mengacaukan pikiran Jendra.

....

Sepanjang hari, Amoura terlihat biasa saja, bahkan dia dan Kael terlihat lebih cerah hari ini.

"Amour, tadi guru memberikan tugas lagi, aku tidak paham, kenapa jarak antara tempat tujuan harus dihitung dengan waktunya? Kan kalau gak macet juga bakal nyampe nya cepet, kita gatau apa yang bakal terjadi di jalan, jadi mana mungkin kita bisa menebak jarak dan waktu."

Ocehan Kael sangat menyenangkan ditelinga Amoura, gadis itu mengusap gemas rambut kecoklatan Kael yang setengkuk itu.

"Nanti akan aku jelaskan, sekarang kita mau pulang atau ke taman?"

"Mau ke taman! Beli apa itu namanya, seblak!"

"Waw, kamu mau?"

"Um!"

Keduanya tertawa sepeeri tak ada beban, mereka sampai di parkiran mobil, mata keduanya melihat seonggok manusia berambut hitam tengah berjongkok disebelah mobil Amoura.

Amoura tau dia siapa.

"Mau apa kau disini?" ketus Amoura.

Jendra terkejut, dia mendongak dan memperlihatkan wajah tampan yang sudah berurai air mata, kacau sekali yah.

Jendra langsung memeluk kaki Amoura dan menangis memohon disana.

"Jen mohon jangan buang Jen..hiks..Jen gak bermaksud kaya gitu..Jen..Jen hanya mau melihat reaksi Amoura kalau cemburu..maaf..maafin Jen..maaf..hiks..jangan buang Jen..jadikan Jen peliharaan dan milik Amoura lagi.."

Amoura suka dengan seseorang yang begitu mengemis dikakinya, Amoura suka mendengar tangisan memohon seseorang.

Dan dia akan mendapatkan itu dalam waktu yang lumayan lama.

Hukuman untuk Jendra mungkin bisa 2 atau 6 hari, tak apalah, ingin melihat apakah Jendra akan jadi gila atau tidak.

"Aku gak perduli dengan alasan dibalik aksi gatel mu merangkul bahu gadis itu, yang aku tau, tanganmu itu bekas gadis lain."

"J-jen akan membersihkannya!"

"Bagaimana caranya?"

Jendra mengambil pisau dari balik saku celana sekolahnya, pisau itu memiliki penutup.

Dengan cepat Jendra membuang penutupnya lalu mulai menguliti telapak tangan yang sudah merangkul Meira semalam.

"Hiks..Jen akan buang kulit bekas perempuan lain..jangan buang Jen..hiks..jangan lakukan itu..jangan.."

Darah mulai menetes ke tanah coklat dibawah mereka, Amoura menatap kegiatan Jendra tanpa minat.

"Ya, mau kau melakukan apapun, itu tak akan merubah kenyataan bahwa kau adalah bekasan gadis lain." cibir Amoura seraya menendang tubuh Jendra agar menyingkir dari pintu mobil.

Jendra terduduk pilu, menatap Amoura yang benar-benar tak perduli pada dirinya.

Kael menggeleng melihat keadaan Jendra "Haduh, menyedihkan." gumamnya seraya menyusul Amoura ke dalam mobil.

Jendra gemetar hebat, dia melempar pisau tadi kemudian memukul kepalanya kuat, telapak tangan yang sudah berdarah karena setengah dia kuliti mulai mengotori rambut Jendra.

"ARGHH GAK MAU DIBUANG GAK MAU! GAK MAU AMOUR GAK MAUU! hiks..GAK MAU JADI MONSTER YANG NAKAL! JEN GAK MAUU!! AKHHH GAK MAU!"

Jendra terus menjerit kuat dengan tangan yang terus memukul kepalanya sendiri.

Sampai rasa pusing menyambangi kepala Jendra, dan darah mengalir pelan dihidungnya.

"Hiks..gak mau..dibuang..hiks..gak mau.."

Apa yang harus Jendra lakukan..

💮Bersambung💮

Amoura's Little Monster [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang