Pagi itu di salah satu apartemen mewah di kota Shibuya ...
Seorang pemuda berambut coklat tampak berkacak pinggang di samping tempat tidur queen-size dengan kelambu warna violet yang masih melingkupi seluruh tempat tidur tersebut. Manik amethyst-nya menatap datar seorang gadis yang masih bergelung manja di balik selimut tebal.
'Apa-apaan anak ini? Kenapa dia belum bangun juga?' sungutnya dalam hati. Pasalnya ini kali keempat ia menyambangi kamar nona mudanya.
"Bangun!" serunya datar dan tegas.
Kening gadis itu mulai mengernyit tidak nyaman. Tapi belum menunjukan tanda-tanda akan membuka mata.
Pemuda itu menggeram gemas, merasa diabaikan. Kemudian ia menyibak kelambu dan mengikatnya pada salah satu tiang penyangga. Setelah itu kembali membangunkan majikannya.
"Bangun, kubilang! Kau sudah terlambat!" omelnya. Kali ini ia sudah menepuk pipi gembil sang gadis dan sesekali mencubitnya gemas. Membuat gadis itu semakin terganggu.
"Mmh ... yamete yo! (tolong hentikan)" Yang dibangunkan menggerutu tidak jelas sembari menepis tangan besar itu dari pipinya.
"Hime ..."
"Ngh ... aku masih mengantuk ...," sahutnya dengan malas dan malah menutupi kepalanya dengan selimut.
"Ck! Mau sampai kapan kau tidur seperti ini?" Si pemuda, yang tak lain adalah asisten pribadi gadis itu, mendesah sebal. "Ini sudah siang. Ayo cepat bangun!"
Tidak ada jawaban sama sekali.
"Tsk!"
Pemuda berambut coklat mulai lelah dengan kelakuan 'tuan putri'-nya yang semakin menyebalkan setiap umurnya bertambah. Akhir-akhir ini 'majikannya' sangat susah dibangunkan. Mungkin jadwal manggung dan kuliah yang membuatnya seperti itu, akan tetapiー
Masa bodo dengan semua barisan jadwal laknat itu!
Yang jelas, pagi ini dia harus membangunkan gadis itu secepatnya dan mengantarnya pulang ke rumah orang tuanya. Itulah perintah yang dia terima dari Saniwa subuh tadi.
"Tsk! Kali ini kau benar-benar membuatku kesal!"
Tanpa pikir panjang, pemuda tersebut duduk di pinggiran tempat tidur dan mulai menundukkan kepala. Perlahan ia menurunkan selimut yang menutupi wajah cantik majikannya, dan mulai menghapus jarak di antara wajah mereka.
Tenang, seorang Heshikiri Hasebe tidak akan sudi melakukan tindak asusila pada majikan sendiri. Yang dia lakukan saat itu semata-mata hanya untuk membangunkan musisi terkenal kebanggaan para lansia di organisasi pemburu.
"Hime ..." panggilnya selembut mungkin dilengkapi dengan belaian ringan nan lembut dari pelipis, pipi, dan berakhir di dagu gadis tersebut. "Hime, ayo bangun. Kita harus pulang ke mansion sebelum tengah hari."
Sekali lagi kening gadis bernama Hime itu mengerut dalam. Merasa terganggu. Namun, kali ini kelopak matanya perlahan terbuka, menampilkan bola mata sebiru samudera yang sayu dan sedikit berkaca-kaca. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memulihkan kesadaran.
"Hasebe-san ...," serunya dengan suara serak khas orang bangun tidur. Dengan segenap kepolosannya menangkup wajah sang asisten dan tersenyum. Lihat! Bukankah posisi mereka terlalu ambigu sekarang? "Bukankah wajahmu terlalu dekat? Aku bisa merasakan deru napasmu, loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Blood!! [ChougiKuni]
FanfictionYamanbagiri Chougi, seorang vampire dari klan Osafune. Satu-satunya klan vampire high class, terkuat, sangat di hormati dan di segani oleh vampire jelata(?) Chougi, memiliki mata sebiru samudera yang begitu memikat, wajah mempesona, dan di sempurnak...