6. MY LOVE STORY

76 35 143
                                    

Selamat membaca..

.
.
.

"Dapat darimana Kamu? Jawab!"

Raka hanya diam, mentulikan pendengarannya terhadap Bimo. Bimo mengepalkan lengannya hingga urat-urat lengannya sangat jelas terlihat.

Srek!

Bimo menarik selang infus Raka, membuat infus Raka terlepas dari lengannya, dan menyebabkan ringisan kecil dari Raka.

"Jawab! Kamu dapat uang darimana untuk membiayai semua ini?! Jangan bilang Kamu maling? Iya?!" teriak Bimo tidak hentinya menuduh Raka terus-menerus.

"Kamu bisu?! Jawab saya!" lanjut Bimo.

Raka terkekeh kecil dan langsung beranjak dari kasur pasien. Ia menatap Bimo dengan tatapan yang teduh, bahu yang meluluh lesu, wajah pucat, bahkan darah terus keluar dari bekas infus.

"Raka maling, maling bank." jawab Raka ngaur. "Anak Papa ini maling uang untuk mengobati penyakitnya. Itu jawaban yang Papa mau, 'kan?" lanjut Raka.  Raka kembali terkekeh, dan hal yang tidak terduga terjadi.

Prang!

Prang!

Prang!!

"RAKA KERJA, PA! RAKA GAK PAKAI UANG PAPA SEPESER PUN UNTUK PENGOBATAN RAKA, ENGGAK PA!" teriak Raka dengan terus menghancurkan barang-barang disekitarnya.

Bimo yang melihatnya tertegun. Ia hanya bisa diam, memperhatikan amukan Raka yang mungkin selama ini Raka pendam.

"Papa tau anak Papa kemana ditengah malam? Anak Papa jam berapa pulang dari sekolah? Pulang kerumah? Papa tau?! Enggak!"

"Yang Papa tau ..., RAKA BUKAN ANAK PAPA! RAKA ORANG YANG PALING PAPA BENCI! Itu ..., itu yang Papa tau." sudah. Raka sudah mengeluarkan unek-uneknya kepada Bimo. Ralat, separuh unek-uneknya.

Raka pergi meninggalkan Rumah Sakit dengan masih menggunakan pakaian pasien. Bimo tidak mengejarnya, ia hanya diam dan terduduk diruang rawat yang sangat berantakan.

Raka terus berjalan tanpa arah tujuan, ia hanya terus berjalan. Keadaan yang sangat kacau, amat sangat kacau. Lengan berdarah, wajah pucat, badan yang lesu.

"Mama." ujar Raka pelan. Ia langsung berjalan tergesa menuju sang Mama.

Cukup lama Raka berjalan, akhirnya ia sampai di TPU Ashoka. Raka masuk kedalam dan menuju rumah sang Mama.

Gundukan tanah yang sudah rapih oleh keramik, ditemani dengan pohon bunga melati di tengahnya. Raka menatapnya dengan damai, ia menghapus air mata yang menetes, dan berjongkok.

"Ma .... Raka udah gak mau disini, Raka pengen sama Mama."

Raka kembali menitikan air mata, ia sungguh tidak sanggup jika berbicara kepada Mamanya. "Raka cengeng ya, Ma? Raka emang cengeng Ma, karena Mama pergi." lanjut ucap Raka.

"Mama liat kan tadi? Pagi-pagi Papa nuduh Raka nyuri uang, Ma. Raka gak nyuri, Raka kerja kok Ma. Sungguh, Raka tidak bohong." curhatnya kepada kuburan Mamanya.

MY LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang