3. MY LOVE STORY

73 36 159
                                    

SELAMAT MEMBACA..

ººº

Kevin masuk kedalam rumahnya dengan perasaan campur aduk. Ia rindu dengan Ibu nya, tapi ia juga sedih karena Ibu nya selalu saja memuji Kakaknya. Apa ia salah?

Ting!

Saat hendak membuka pintu utama, tiba-tiba handphone nya mendapati notifikasi Whatsapp.

Aurel..
Seburuk-buruknya perbuatan Orang Tua, ia tidak buruk. Tetapi sebaik-baiknya anak, ia tetap buruk.

Jangan berfikiran negatif, kasihan Mama Lo, Kevin.

Kevin tersenyum saat membacanya. Tanpa menunggu lama, ia langsung masuk kedalam rumah dan mendapati sang Mama yang sedang menyiapkan makanan di meja makan.

Grep!

"Eh.." Vanya terkejut saat tiba-tiba ada yang memeluknya. Saat ia tahu siapa yang memeluknya, Vanya membalikan badannya dan langsung memeluk Kevin dengan sangat erat.

"Kamu kenapa, Sayang? Kenapa gak pulang?" tanya Vanya.

Kevin menggelengkan kepalanya di ceruk leher sang Mama. "Kevin kangen Mama ...." Kevin mengeratkan pelukannya membuat Vanya tersenyum.

"Mama juga kangen di peluk sama kamu, Sayang. Anak Mamah sudah besar, sudah berani di Apartemen sendirian, ya?" goda Vanya dengan tertawa kecil.

Kevin melepaskan pelukan mereka dan ikut tertawa, "Kevin kan emang berani, Ma. Bukan karena Kevin sudah besar!"

Vanya terkekeh dengan jawaban Kevin. "Iya, iya. Bagi Mama, kamu tetaplah Kevin kecil Mama."

"Yang Mama gendong saat kamu nangis, yang Mama ajak main saat kamu bosan. Maaf ... Maaf karena kamu belum pernah merasakan pelukan Papa ...." lirih Vanya membuat dada Kevin terasa sesak.

Ketika melihat air mata Vanya jatuh, Kevin seakan tertimpa beban yang sangat berat. Apa ini? Ia sudah membuat sang Mama menangis karena ia belum pernah merasakan gendong sang Papah?

"Ternyata bener, ya. Mama sayang banget sama Gue. Bego Kevin! Lo bego!" rutuk Kevin di dalam hati.

Kevin menghapus air mata Vanya dan membawanya duduk di kursi meja makan. Kevin memberikan air putih kepada Vanya. "Maafin Kevin, Ma. Mama nangis karena Kevin. Maaf."

Vanya menggelengkan kepalanya dan menggenggam lengan Kevin, "Enggak Sayang, kamu jangan minta maaf. Mama yang harusnya minta maaf karena Papa kamu gak bisa gendong kamu waktu kamu kecil." Vanya kembali menangis. Ia mengingat saat-saat dimana semuanya terjadi.

Saat itu...

"Pa ... Mama mohon, bertahan. Anak kedua kita akan lahir, Pa ... Kamu mau kasih dia nama Kevin 'kan? Ayok bangun, Pa. Kamu harus buka mata kamu ...." Vanya menggenggam lengan Arman dengan erat.

Arman masih saja memejamkan matanya, ia seperti enggan untuk membuka mata.

Tidak lama, Dokter masuk kedalam ruang rawat Arman bersama dengan seorang Suster. Vanya langsung menatap Dokter tersebut dengan wajah yang di banjiri oleh air matanya.

"Seperti yang selalu saya bilang, kita membutuhkan Donor Jantung. Tetapi sampai sekarang kita belum mendapatkan pendonor. Saya harap Ibu tegar dengan kemungkinan yang akan terjadi nanti." Dokter tersebut menatap iba kepada Vanya yang langsung menangis.

MY LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang