"iya, udah ganti 600ribu, masih dipukulin juga"
Sana terkejut, dalam benaknya muncul segelintir perasaan aneh, ini Tzuyu yang bodoh, apa premannya yang terlampau bejat si.
Memang nasib sial tidak ada yang tahu. Dan entah kenapa Sana yang cuek kini menjadi Sana yang baik hati. Buktinya Sana menawarkan untuk buat mengantar Tzuyu ke dokter, "yaudah ke dokter aja yuk"
Tzuyu tak kalah kaget, kesambet apa gadis di sampingnya ini, "oh, engga lah, gue minta tolong aja buat pesenin gue ojek dong.. gue ga bawa hp"
Yang diajak bicara hanya mengangguk-ngangguk, mengeluarkan ponsel, dan memesan apa yang diminta Tzuyu.
Penantian berisi keheningan. Sana agaknya bingung. Baru kali ini Tzuyu tidak menghujani dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan dan kecerewetannya.
"tuh dateng.."
"oke, makasih ya.. gue balik dulu"
Anggukan menjadi jawab. Sana memandang kepergian partner panahannya itu. Kasihan, dalam benaknya. Meski selalu menolak, ada secuil rasa kagum di hati Sana melihat perjuangan hidup Tzuyu. Kuliah, bekerja, dan semuanya ia lakukan sendirian. Selama mereka berteman sejak SMA, baru kali ini Sana merasa bahwa Tzuyu ada.
--
Dalam kamar seluas 4x4 meter itu, Sana mengganti baju ditemani rintihan tangis sahabatnya, Mina. Lagi-lagi Sana harus mendengar cerita asmara sahabatnya.
"putusin aja kenapa si?" sebuah saran dari Sana membuat ia mendapat lemparan bantal.
"dia engga selingkuh, dia ilang San, dua hari ga ada chat, telpon, dikelas juga ga ada, gue khawatir.."
Awalnya Sana tidak peduli. Ia bosan dengan drama romansa Mina dan Chaeyoung, tapi diri Sana melihat hal lain. Mina tidak menangis seperti biasanya. Mina hanya duduk, berkutat dengan ponsel, dan meneteskan air mata tanpa curhat panjang seperti yang sudah sudah.
Sana selesai memoles bibir. Ia menghampiri Mina, menepuk-nepuk punggung sahabatnya pelan. Tak tahu bagaimana cara menghibur seseorang perkara cinta. Karena sejatinya Sana sendiri tak mengerti persoalan semacam itu. Hatinya seakan beku dan ia tak punya kisah romansa.
"mina maaf banget, tapi jeong udah di depan, gue tinggal ya.. lo disini dulu gapapa nanti gue balik" Sana berdiri bersiap. Hatinya ragu meninggalkan sahabatnya, tapi ia sudah ada janji. Dan Mina mengerti, ia mengangguk tak lupa tersenyum, "hati-hati"
--
Debu jalan dan kendaraan berdesak-desakkan tak menghiraukan Jeongyeon untuk mengomel di atas sepeda motor. Seperti biasa, tak ada hari tanpa protes, "lama banget tadi?"
Sana berdecak dan jelas Jeongyeon tidak mendengar, telinganya tertutup helm. Sana sudah lelah menghadapi Jeongyeon yang cerewet, lebih tepatnya semua orang yang banyak bicara. Ditambah, ketika mereka berhenti saat lampu merah. Sana tak sengaja menangkap sosok tak asing. Tzuyu, dari cara berpakaiannya dan tubuh yang tinggi sangat khas bagi Sana. Teman panahannya itu terlihat ceria dengan senyum mengembang di wajahnya, bercengkerama dengan gadis sembari berjalan beriringan. Hal buruk yang kelewat baik adalah Sana yang masih setia menatap Tzuyu, kini harus ketahuan. Keduanya saling melempar pandang. Namun, Sana cepat-cepat membuang muka, sedangkan Tzuyu memastikan betul bahwa itu adalah Sana
"san, lo denger ga si?"
"hah?.. iya, tadi ada mina di dalem"
Jeongyeon tidak menjawab lagi, mungkin sudah lelah dengan kelakuan Sana yang seenaknya sendiri. Sementara yang diajak bicara sedang bertanya-tanya dalam hati siapa gadis di samping Tzuyu tadi.
Mereka berdua turun. Bejalan bersama, Jeongyeon memimpin. Sana tidak suka berjejer, dan Jeongyeon tidak suka itu. Berkali-kali tangan Sana hendak diraih untuk digandeng, tapi berkali-kali juga Sana menyilangkan tangannya di dada. Angkuh, seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Fire!
FanfictionBuat seru seruan aja. Siapa tahu Tzuyu jadian sama Sana warning : genben, kata kasar