"San, kalo gue ajak nonton mau nggak?" Jeongyeon bersuara di tengah-tengah perjalanan mereka
"siapa?" tanya Sana. Sedikit berteriak karena lalu lintas yang sedikit ramai
"ya elo San, mau nggak?"
"kapan?"
"lo bisanya kapan?"
Sana terdiam. Sedikit berpikir menimbang-nimbang. Sebenarnya dia tak ragu untuk menerima ajakan Jeongyeon, hanya saja sedikit kepikiran nanti respon orang-orang. Mungkin Sana tidak peduli, tapi bagaimana dengan Jeongyeon? cowok itu mungkin akan risih
"sabtu bisa" jawab Sana singkat
"oke gue jemput jam tujuh ya"
Sana tidak membalas lagi
--
Sepeda motor Jeongyeon terparkir dengan rapi di depan kedai seblak. Sana turun dengan sesekali mengamati kedai yang sudah tidak asing lagi, "malah bengong, pesen dong" ujar Jeongyeon dengan menepuk bahu Sana.
"gue jarang makan seblak di sini"
"sumpah?!" Jeongyeon kaget. Siapa juga yang enggak kaget? Seblak Brow ini adalah andalan semua mahasiswa, dan cabangnya sudah di mana-mana.
Sana menaikan kedua bahu, "gatau, rasanya B aja" kemudian masuk untuk memesan.
Seorang berpawakan tinggi membelakanginya. Sibuk dengan bumbu-bumbu
"ekhem, pesen seblak sosis satu ya, pedes banget" Sana berniat mengambil kursi dan duduk, tapi ketika orang itu menoleh ia tidak jadi, "lo lagi?"
"kenapa? ga boleh?" Tzuyu terdengar dingin, lalu melanjutkan, "ini yakin pedes banget? entar lo sakit perut"
Memutar bola mata malas. Sana dibuat kesal lagi. Kenapa Tzuyu harus selalu ikut campur persoalan dirinya, "ya terus? yang sakit perut gue ini"
Karena sudah lelah, Tzuyu memilih diam. Capek bekerja engga mau lagi berurusan sama cewek jutek.
Celotehan tak henti-henti keluar dari mulut Jeongyeon, tapi Sana hanya diam. Dia malas mendengar apalagi menjawab. Sana lebih memilih memperhatikan penjual seblak dengan paras kelewat tampan yang menyebalkan itu. Benaknya berkata apa enggak capek, kuliah kerja dan masih harus ngelatih ukm panahan?
Ya, mungkin ada lah sedikit perasaan kagum pada diri Sana, hanya saja, sikap Tzuyu yang kepo dan selalu mencampuri urusan orang membuatnya malas mengakuinya.
"San? Sana?" Tangan sudah melambai-lambai di depan wajah Sana
"apaan?" sinis, seperti yang bisa di duga.
"engga, lo kok ngelamun si?"
Gemas Sana, kenapa si dia harus selalu ketemu dengan orang-orang yang cerewet, "ya terserah gue sih, lo kenapa nanya mulu" dan Jeongyeon hanya mengerucutkan bibir.
Di sisi lain, orang yang sudah memasukan sebungkus seblak ke dalam kantong plastik melirik. Karena ternyata sikap Sana memang seperti itu kepada semua orang. Jadi, setidaknya Tzuyu tidak harus merasa punya salah.
"nih"
"berapa?"
"bawa aja" Tzuyu memalingkan muka, kembali sibuk sama bumbu bumbu
"dih, engga. berapa? gue engga mau disuruh jadi baik sama elo gara-gara ini"
Mendengarnya, telinga Tzuyu panas. Dia menoleh, "gue engga kaya gitu, gue udah mau tutup juga, bawa aja"
Sana menarik napas dalam. Ia tak mau mengahabiskan tenaga hanya untuk berdebat. Dan akhirnya dia pulang bersama Jeongyeon.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
On Fire!
Fiksi PenggemarBuat seru seruan aja. Siapa tahu Tzuyu jadian sama Sana warning : genben, kata kasar