5. Better?

156 36 6
                                    

Rasa kesal yang meluap-luap mengiringi setiap langkah kakinya. Tangan mengepal, kaki dihentak-hentakkan. Semua orang bisa tahu dari ekspresinya, bahwa ia sedang kesal. Sama seperti Chaeyoung yang menunggu di depan pintu kamarnya, berlapis hoodie gelap dengan tudung menutupi wajah.

"chaeng?.. anjir gue kira siapa lo ngapain ngejongkrok disitu"

"lo abis ngapain si, abis perang lo ya" Chaeyoung balik bertanya.

"masuk dulu, mina kayanya pulang, nanti juga kesini.." Sana membuka pintu, Chaeyoung mengekor di belakangnya.

Hoodie di lepas, Chaeyoung duduk di atas ranjang menyalakan rokok, "btw-"

"HEH!" Sana melangkah cepat ke arah Chaeyoung. Wajah itu ditangkup, "San lepasin anjir sakit goblok!"

Setiap sentuhan Sana ditangkis, "ini lo bukannya makin baik malah makin parah itu gimana si chaeyoung, bodoh astaga"

"ah elah, lo tanya dari situ kan bisa.. gausah remes remes pala gue"

"haha anjing, gue tadi kesel sekarang happy"

"sinting lo!" Chaeyoung merapikan rambutnya dan sesekali mendesis menahan perih.

Rokok dijepit diantara jemari, bibir mungil itu siap menghisap aroma cengkeh dari benda di tangannya, "jadi lo kenapa bisa nambah babak belur" asap berkebul dari mulut Sana.

"ceritanya panjang, intinya sama.. gue gaboleh pergi, gue juga gatau jalan pikirnya gimana.."

Sana tahu dari nada bicara Chaeyoung, bahwa temannya itu hampir menangis, "dan lo kenapa selama ini ga cerita sama Mina?"

Chaeyoung menoleh, dan menjawab setelah satu hisapan rokok, "san.. mina tuh suka berpikir pendek, gue gamau dia aneh aneh dan bertindak tanpa mikir.. kalo gue cerita kaya gini dari dulu, bisa bisa dia udah dirumah gue bawa piso, digorok dah leher bokap gue.."

Tanpa Mina, tragedi ini adalah lelucon untuk Chaeyoung dan Sana. Mereka mencoba menyelesaikan masalah tanpa tergesa-gesa dan emosi yang membara.

"oke oke.. terus rencana lo abis ini apa?"

"kayanya gue bakal mangkir dan cari kerja. entah apa.."

Mengalami kebingungan yang sama. Sana hanya mengangguk-angguk. Mereka diam dengan pikiran masing-masing sembari menghabiskan rokok.

Beberapa saat setelah keheningan, keduanya serempak menoleh ke arah pintu yang diketuk. Sana dengan santai berdiri dengan rokok di mulutnya. Membuka pintu dan mendapati seseorang yang tingginya hampir menyamai pintu, berdiri tegap tanpa ekspresi.

Satu tangan terulur. Digenggam sebuah benda yang membuat Sana tak bisa hidup.

"oh anjir hp gue.." kata Sana setelah meraih ponselnya.

Tzuyu tak berkata apa-apa. Selesai melakukan kebaikannya. Tanpa berpamitan ia meninggalkan Sana.

Sana sedikit kaget dengan perubahan sikap Tzuyu. Pasalnya, ia bersumpah sempat melihat mata Tzuyu melirik ke arah Chaeyoung yang duduk di atas ranjangnya.

"anjing, langsung pergi aja setan.." gumam Sana sembari memperhatikan kepergian Tzuyu.

"siapa?" tanya Chaeyoung

"orgil.."


Braaak!!!

Pintu dibanting keras-keras. Mina yang baru datang menghamburkan tubuhnya pada sang kekasih. Memeluk erat dan menghirup dalam-dalam aroma orang yang dirindukan.

"i miss you" satu kecup mendarat di bibir sobek Chaeyoung, dan tangis itu pecah kala menyadari wajah hancur kekasihnya, "kamu kenapa lagi si.."

Dengan punggung jarinya Chaeyoung menyeka air mata Mina. Bibir dikecup sekali lagi, "gausah khawatir, buktinya aku selamat sampe di sini"

On Fire!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang