7. Care

155 32 5
                                    

Apa yang lebih menggembirakan selain mendapat penghasilan dari hobi sendiri? Tzuyu masih betah senyum-senyum setelah mengecek saldo rekeningnya telah bertambah dari bonus menang lomba panahan. Dan tentunya sebagai rasa terima kasih, hari ini ia akan berangkat lebih awal untuk melatih seperti biasa. Langkahnya menghentak gembira dengan senyum anti luntur.

Di sisi lain seorang gadis cantik berlarian buru-buru seraya mengeluarkan segala macam sumpah serapah, "ini yang bikin ide ujian sore sore siapa anjing!" umpat Sana, menyadari ia telah ketiduran saat akan ujian.

Lalu lintas sedang ramai-ramainya. Sana tak berpikir panjang karena ini ujian penting yang harus diikuti. Ia terus berlari sekuat tenaga, tak peduli banyaknya kendaraan berlalu-lalang dari kanan dan kiri.

"Gantian anjing.." teriaknya saat melihat pengendara motor tak ada yang mau mengalah pada pejalan kaki.

Ujian dilaksanakan lima menit lagi. Sana tak punya banyak waktu untuk berkompromi dengan lalu lintas. Jadi tanpa pikir panjang, ia mengambil sikap lari untuk menyeberang. Rasanya beberapa pejalan kaki lainnya mengikuti dari belakang. Namun, nyatanya bunyi klakson dan teriakan orang-orang membuat dirinya kaget, hingga muncul keraguan dalam melangkah lebih cepat. Dari sisi kiri sebuah lampu menyorot ke arah matanya. Tubuhnya terperanjat tak terkendali, dan seketika bahu sebelah kiri merasakan hantaman yang sangat keras, sampai membuat dirinya terpelanting jauh dan ambruk di dekat bahu jalan. Kepalanya pusing, antara nyeri dan perih akibat terbentur beton aspal. Samar-samar ia mendengar orang berjerit-jerit, sementara yang ia lakukan hanya mencoba duduk dan meraih ponsel.

Nomor Mina menjadi tujuan utamanya. Ia menelepon seseorang ditengah kerumunan pertanyaan yang menyerang dirinya, seperti kamu gak papa? eh mba astaga! ayo bangun! eh kenapa ini? enggak kenapa-napa mbak?!

Apa mereka serius menanyakan hal itu pada Sana yang tak berdaya?

Sayang, sahabatnya itu mengabaikan telepon darinya. Dan mau tidak mau, ia menghubungi nomor satu orang lagi. Tak ada tiga detik orang itu menjawab dan akan segera datang.

Di sampingnya seorang wanita tua menyodorkan air putih. Ia tak tahu harus bagaimana lagi selain menurut walau tidak haus. Ia tidak tahu berapa lama lagi bisa bertahan dengan kondisi seperti ini karena nyatanya dia menolak untuk di bawa ke rumah sakit.

Beberapa orang kemudian serempak menyingkir dan memberi jalan. Orang yang ia telepon datang dengan wajah jauh lebih panik dari dirinya sendiri, berjongkok dan menangkup wajahnya.

"Ini kenapa gak ada yang bawa ke rumah sakit!" pekik Tzuyu.

Orang-orang di sana hanya terdiam membisu karena satu-satunya orang yang menolak di bawa ke rumah sakit adalah Sana sendiri.

"Bawa gue balik aja, lagian ini cuma luka ringan"

"Luka ringan pala lo! Nih darah ngucur dari kepala!"

Wajah Sana tampak pucat. Di pelipisnya mengalir darah segar. Lutut dan sikunya lecet cukup parah. Alhasil Tzuyu memapah Sana ke atas motornya dan membawa gadis itu ke rumah sakit untuk diperiksa.

Kurang dari sepuluh menit, sang dokter yang memeriksa kondisi Sana akhirnya selesai. Dan hembusan napas lega akhirnya keluar dari mulut Tzuyu ketika sang dokter berkata Sana sudah dapat pulang hari ini. Untungnya ia segera membawa Sana ke rumah sakit, kalau tidak gadis itu akan mengalami pendarahan dan akibatnya fatal, kata sang dokter tadi.

Tzuyu menarik napas panjang sebelum memutar knop pintu. Langkahnya penuh hati-hati agar tidak mendapat amukan dari Sana. Namun, siapa yang menyangka jika gadis yang sedang terduduk lesu itu menyambutnya dengan senyum.

"Dah baikan?" tanya Tzuyu, kemudian duduk dipinggir ranjang dekat kaki Sana.

Sana mengangguk, "paling tinggal pusingnya aja si, kayanya gara-gara banyak darah yang ilang"

On Fire!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang