Chapter 4: Akan jadi milikku

116 9 24
                                    

Kring!

"Konnichiwa [name]-chan."

Sambutan ramah didapat si gadis saat memasuki kafe milik pamannya. Cafe itu terletak tak jauh dari sekolahnya. Jadi kalau gabut ya makan gratis ke sana aja.

"Ah [name], kebetulan sekali."

Suara Masaru, alias pamannya membuat [name] menoleh ke meja yang berada di dekat jendela kafe.

Whut?

Kenapa disana rame sekali? Lagi ada reuni kah pamannya dengan alumni tk nya dulu?

[Name] menarik kursi di sebelah pamannya, lalu duduk dengan manis sambil memikirkan banyak pertanyaan yang akan dia tanyakan.

Masaru memulai percakapan. "Begini [name].... Atas permintaan ayah mu, kau akan di jodohkan."

Eh fak..

Mana bisa! Lagian dia baru 17 tahun, masa udah nikah sih? Ayahnya ngadi-ngadi pasti. Mabok stela jeruk kah?

"Ano, paman. Bukankah aku masih terlalu muda untuk menikah?"

"Ya, aku juga sempat berpikir begitu. Tapi ini permintaan ayah mu [name]. Paman hanya melaksanakan permintaannya."

'Pengen ngumpat.... Anj

Pandangan [name] menatap pria paruh baya yang ada di hadapannya. Lalu beralih pada wanita yang ada di sebelah pria itu. Kalo di gabungin mukanya kek kenal. Siapa ya?

Tap tap tap!

Suara derap langkah kaki yang terburu-buru membuat pandangan mereka beralih menatap seorang pemuda yang baru kembali... Dari kamar mandi.

'Lah? Burhan?'

Bokuto disana. Menggunakan hoodie putih, celana jeans hitam, dan sepatu sport. Eh rambutnya turun! RAMBUTNYA TURUN!

'ANJIR GANTENG!'

[Name] mengalihkan pandangannya kearah lain. Takut mimisan liat Bokuto. Demeg nya luar biasa. Gak bisa ini, karung mana? Mau bungkus Bokuto terus bawa pulang.

"OH ADA [NAME]-CHAN!"

"Ha-halo, Bokuto-san."

Sial kenapa jadi grogi?!

Bokuto duduk di samping ibunya. Manik emas pemuda itu terus menatap [name] intens. Hmm, kalau dilihat-lihat penampilan [name] sekarang jauh lebih feminim. Biasanya kan gadis itu stay dengan gaya tomboy.

"Kau sudah kenal calon mu?"

'SIAPA YANG GAK KENAL BOKUTO KOUTARO SIH?!'

"Ya, kita baru dekat dua hari." [Name] menjawab seadanya. Sedangkan si burhan yang dibicarakan sibuk mengunyah di ujung sana.

"Nah kalau begini akan lebih mudah. Sana ajak Koutaro ke taman belakang! Paman ingin bicara dengan ayah dan ibunya." Masaru mendorong [name] untuk beranjak dari kursinya.

"Iya-iya, sabar dong paman."

Tangan kecil [name] meraih tangan Bokuto untuk pergi ke taman belakang. 

'Pengen ngumpat, sumpah..'

****

"Emm, Bokuto-san?"

"Ya?"

Suasana canggung berlangsung. Keduanya tak ada yang berniat membuka percakapan. Duduk di atas ayunan, disertai semilir angin malam. Lantunan lagu Dandelions dari Ruth B menjadi pengiring larutnya dia sejoli itu dalam pikiran masing-masing.

"[Name]."

Tumben gak pakai sufiks chan? Biasa selalu [NAME]-CHANNN sekuat tenaga.

"Doushita Bokuto-san?"

"Ku pikir yang akan jadi istri ku itu orang lain... Rupanya itu kau. Yah, setidaknya aku mengenal orangnya daripada tidak."

[Name] melihat Bokuto, pemuda itu memandang langit sambil tersenyum tipis. Surai dwi warnanya berayun terbawa angin. Satu kata... Ganteng woi!

"Kau mau jadi istri ku, [name]?"

'Jadi si abang ceritanya ngelamar saya nih?'

Mata biru itu menatap Bokuto. Sedangkan si burung hantu itu malah mengusap pelan pipi [name].

"Kau yakin? Kalau begitu beri aku alasan yang pasti Bokuto-san."

Tawa kecil Bokuto menguar. "Aku memang baru mengenalmu dua hari, tapi tak masalah bukan.. Bagiku untuk perlahan mencintaimu sebagai gadis ku?"

Rona merah menjalar saat Bokuto menariknya kedalam dekapan. Kepalanya di letak kan di atas pundak kecil di gadis. Menghirup aroma bunga lily yang menenangkan di ceruk leher [name].

"[Name]-chan wangi..."

'Ajssbdbsknsxsks! Sialan kau burhan!'

Tak bisa menahan salting, [name] melepas paksa pelukan Bokuto. Tampak jelas wajahnya memerah dengan bibir yang cemberut.

"Kawai ne.."

Fiks Bokuto Out Of Character sekarang. Dimana Bokuto yang polos itu?! Katakan dimana?! Sekarang hanya ada Bokuto mode Daddy! Itu sangat tidak baik bagi jantung!

"Stop it Bokuto-san! Kau membuat wajahku terbakar!"

"Haha! Gomen [name]-chan! Kau itu terlalu imut, aku hampir kelepasan tadi.."

'Bentar... Kelepasan apanya?'

Loading bentar... [Name] baru ngeh saat tatapan Bokuto mengunci pandangannya. Iris keemasan itu berkilat tajam. Serem woi! Panggil Akaashi cefat!

"Apa jawaban mu, [name]-chan?" tanya Bokuto sekali lagi.

"Huftt, baiklah aku menerimanya. Mohon kerja samanya.... Koutaro."

"HEY HEY HEY! TENTU SAJA [NAME]-CHAN!"

Bagaimanapun dia tetaplah Bokuto Koutaro yang saat senang selalu berteriak HEY HEY HEY saat sedang senang.



Omake:

"Masaru, bagaimana kalau seminggu lagi?"

"Tenang, bisa di atur itu~"

Shit....

******
Bokuto OOC gak aman buat jantung ಠ_ಠ

Chapter 4: Akan jadi milikku [complete]

Chapter 5: Voli dan kamu [on going]

See you soon 🖤

AGAPI [Bokuto x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang