Chapter 2: Dia yang suka makan

137 11 22
                                    

Pagi hari Bokuto di awali dengan dirinya yang hampir telat ke sekolah. Cosplay jadi Sonic, Bokuto berlari sekuat tenaga menuju gerbang sekolah yang hampir di tutup. Ah sial, tinggal 3 menit sebelum bel berbunyi.

Sreet

"KEPALA KOMI BOTAK!!" Bokuto refleks latah saat melihat sesuatu berlari lebih cepat cepat mendahuluinya. Setelah di lihat lebih jelas, itu [name] yang ikutan telat.

"Gomen Bokuto-san!"

Secepat kilat, Bokuto berlari menyusul si gadis yang lari sambil mengunyah roti selai di mulutnya. "[NAME]-CHAN KENAPA TELAT?!"

Masih dengan mulut mengunyah roti, [name] menjawab. "Aku maraton one piece semalam!"

Bokuto seketika terdiam. Ah dia salah fokus sampai-sampai dia tak tau kalau sudah melewati gerbang keramat itu.

"Jaa ne, Bokuto-san!" [Name] melambai sekilas sebelum di seret teman perempuannya masuk.

Bokuto masih loading. [Name] sekolah disini? Kenapa dia tidak tau?

"BOKUTIL CEPAT MASUK WOY!"

Suara cempreng si sipit jengkelin alias Konoha Akinori membuat lamunan Bokuto kembali dari alam bawah sadarnya.

"HEH TUNGGU!"

****

Jam istirahat digunakan untuk mengisi amunisi perut yang terkuras, tapi itu tidak berlaku bagi [name]. Sekarang gadis itu sedang sibuk memainkan Nintendo miliknya sambil berjalan menuju kantin.

"[Name]-san."

Suara seseorang mengalihkan atensi gadis itu dari Nintendo nya. "Ah Keiji, ada apa?"

Akaashi mengambil Nintendo itu dari tangan [name]. "Kau bisa menabrak kalau memainkannya sambil berjalan."

Ah sial, Akaashi terlalu lembut. Tidak cocok dengannya yang banyak tingkah, pencicilan, dan juga sembrono. Akaashi adalah definisi perfect di mata [name]. Belum tau aja dia kalau ada yang lebih perfect lagi.

"Keiji bareng yuk, mau ke kantin kan?"

"Ya, ayo."

Sadar akan sesuatu si gadis bertanya. "Dimana burung hantu yang selalu mengintili mu itu?" Kawin kah?"

"Bokuto-san sudah duluan kekantin. Dia terlalu lapar sepertinya."

"Ah, souka."

Hening berlangsung beberapa saat sebelum [name] langsung tancap gas menerobos antrian panjang di kantin.

"BAA-SAN ONIGIRI NYA LIMAA!"

Shit, kok Akaashi yang malu sih. Mentang-mentang badannya kecil, gadis itu malah memotong antrian.

"OH ITU AKAASHI! HEY HEY HEY AKAAASHI! AYO KESINI!"

Masalah satu lagi datang, dari kapten klub perkumpulan burung hantu itu. Bokuto disana, dengan Komi, Konoha, dan beberapa orang waras seperti Washio nampak tertekan. Rip, Washio Tatsuki, semoga di beri kesabaran ekstra.

Akaashi menarik bangku yang ada di samping Komi. Dihadapannya sudah tersedia makanan yang sudah di pesan oleh Washio. "Arigatou, Washio-san."

Lelaki tinggi itu hanya mengangguk sebagai balasan.

"KEIJII!"

Baru mau makan, ada lagi dedemit yang nemplok padanya. Yaaa, itu [name] yang baru saja memborong stok onigiri dan juga puding di kantin. Bisa dilihat dari tangannya yang memegang banyak puding dan onigiri. Hmm, mirip siapa ya?

"Oh ada kalian juga!" [Name] melambai pada sekumpulan burung hantu itu, yang dibalas dengan senyuman dan sapaan untuknya.

"Eh bagi dong."

Baru datang asal comot aja. Bahkan yang punya makanan saja belum makan. Untung Akaashi sabar makanannya di comot [name] dengan tanpa dosanya.

"HEEE, [NAME]-CHAN! AKU BARU TAU KAU SEKOLAH DISINI!"

[Name] yang lagi makan menatap Bokuto. "Kau ini kemana saja Bokuto-san? Aku sekelas dengan Keiji. Aku dan dia juga sering pulang bersama."

"Dia itu ikut klub taekwondo, dia itu ketuanya. Masa kau tidak tau?"

Sarukui menyahut sambil makan.

"HEEE MANA KU TAU! AKU SAJA BARU TAU KALAU ADA KLUB TAEKWONDO DI SEKOLAH INI!"

Dasar maniak voli!

Mungkin itulah yang mewakili pikiran orang-orang yang mendengar nya. Bokuto terlalu fokus dengan voli sampai melupakan semua nya yang tidak ada kaitan dengan bola kuning biru yang kalau di pukul bisa bikin tangan sakit.

"Sarukui-san.. Aku mau itu." Tangan nha menunjuk katsudon milik Sarukui yang tinggal setengah. "Boleh?"

Sarukui pasrah. "Ambil saja."

"YEAY! Sankyuu Sarukui-san!"

Melihat si gadis yang masih bisa makan walau sudah menghabiskan 5 onigiri dan 6 puding, Washio pun bertanya.

"Kau tidak kekenyangan?"

"Lambung ku elastis Washio-san. Jadi kalau makan bisa nampung banyak."

Perut rasa gentong.

Nah makanan Sarukui sudah habis. Iris biru safir itu melirik yakisoba Bokuto yang hampir habis. "Nee, Bokuto-san. Bagi dong."

Iris emas Bokuto berkedip beberapa kali. "Hee, perut mu kuat ya, [name]-chan!"

Bokuto memberikan gadis itu yakisoba nya. Tiba-tiba, terlintas ucapan ayam dari Nekoma yang berstatus sebagai sohib perjametan nya.

'Heeee, kata brokuroo kalau ada gadis yang makan sisa makanan mu itu berarti kalian ciuman tidak langsung! ARRRHGH! CIUMAN PERTAMA KU!'

Bokuto menjatuhkan kepalanya keatas meja kantin. [Name] yang lagi makan tersedak. Trio aselole langsung bingung. Kenapa si burhan kw ini?

"Daijoubu ka, Bokuto-san?" [Name] menoel-noel pundak Bokuto.

Bokuto masih diam. Tak berniat menjawab pertanyaan si gadis. Pikirannya masih semeraut terpikir perkataan sohibnya itu.

"Eh?"

Elusan di kepalanya membuat Bokuto mendongak. Di tatapnya [name] yang sedang mengelus surai dwi warnanya.

"Gomenne Bokuto-san..."

Shit, Bokuto merasa bersalah sekarang. "Tidak-tidak! Bukan salah mu [name]-chan!"

"Benarkah?"

"Tentu!"

"Oke kalau begitu, jaa ne Bokuto-san!"

Baru ingin menjawab, [name] sudah lari duluan. Belok ala-ala Valentino Rossi, lalu lanjut lari lagi. Untuk gak jatuh.

"Bokutil, kau pasti berpikiran kalau kau itu ciuman tak langsung dengan [name]-chan bukan?"

"URUSAAAI!"

Omake:

"Hatchim!"

[Name] bersin. "Sepertinya si sipit lambe turah sedang bergosip tentang ku."

"Dasar sipit sialan."

******
Poor Suna sipit Rintaro yang gak salah apa-apa....

Chapter 2: Dia yang suka makan [complete]

Chapter 3: Setengah Gila [on going]

First impression kalian sama Suna itu apa?

AGAPI [Bokuto x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang