12

508 35 14
                                    

"Lo pada ada yang ikut BEM gak?" Ketiga kembar tersebut kini tengah bersantai di ruang tamu karena tugas mereka telah selesai saat Jinan bertanya demikian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo pada ada yang ikut BEM gak?" Ketiga kembar tersebut kini tengah bersantai di ruang tamu karena tugas mereka telah selesai saat Jinan bertanya demikian.

Ajun menggeleng diikuti Dimas, "Enggak, gue mager/gak mau ribet," balas keduanya serentak.

"Lo sendiri ikut kagak?" Ajun balik bertanya pada Jinan yang ternyata juga dibalas dengan gelengan oleh Jinan.

"Enggak."

Jawabannya tersebut mengundang tanda tanya di kepala dua saudaranya, "Loh, kenapa? Padahal kalo lo ikut pasti yang dipilih jadi kabemnya itu lo."

Jinan menghembuskan nafasnya, "Gue hidup bukan cuma buat gue, tapi buat lo berdua juga. Kalo gue ikut BEM terus malah fokus di situ, berhenti kerja karena mepetnya waktu, nanti lo berdua mau gimana?" Jelas Jinan.

"Bukannya lo pernah bilang kalau duit yang lebih selalu lo taro di atm masing-masing ya? Kayak nabung gitu? Lagipula kita gapapa, kita bisa coba-coba nyari kerja sendiri. Tapi lo nya aja yang terlalu protektif sampe gak ngizinin."

"Yaa gue emang selalu ngelakuin itu, tapi gak ada yang tau nanti kalo sewaktu-waktu duit yang di dalem itu bakalan dipake buat apa dan kapan."

Jinan kembali menghembuskan nafasnya, sepertinya beban yang ditanggungnya memang sebanyak itu. "Sekalipun lo pada bilang gapapa, gue tetap kepikiran. Gue yang paling tua, jadi gue ngerasa kalo gue bertanggungjawab atas kalian sekalipun kita cuma beda beberapa menit doang. Gue juga bakalan kewalahan nantinya kalo ikut BEM dan yaa, waktu kita buat bareng jadi dikit." Jelasnya. Dirangkulnya kedua insan di sebelahnya yang hanya menunduk, menatap lurus ke lantai.

"Udah, gak usah dipikirin. Mending makan, gue laper." celetuk Jinan saat keduanya kunjung tak membuka suara.

"Gue lagi males masak. Capek," keluh Ajun.

Jinan berdiri dari posisinya lalu berkacak pinggang, "Oke anak-anak, hari ini bapak Jinan yang bakalan masakin makan siang. Jadi, kalian pada mau makan apa, Tuan-tuan?" Tanyanya disertai kekehan di akhir. Ajun dan Dimas ikut terkekeh mendengarnya.

"Udah cocok," ujar Dimas. Jinan mengernyitkan dahi, bingung dengan apa maksud dari perkataan Dimas barusan.

"Cocok apaan?"

Ajun dan Dimas saling melempar pandangan satu sama lain, seakan sedang membaca pikiran masing-masing. "Cocok jadi bapak bapak hahaha," gelak tawa mereka memenuhi ruangan itu. Jinan mengedipkan matanya, blank.

"Maksud lo pada? Ngatain gue bapak-bapak, begitu?" Sesuai dengan apa yang ditanya Jinan, kedua saudaranya itu mengangguk dengan semangat.

Jinan tersenyum mengejek, "Ya gapapa sih kalo gue yang jadi bapaknya. Nanti Ajun emaknya terus si Dimas anaknya, lagipula gue kan yang megang duit. Jadi sebagai bapak, gak bakalan gue kasih duit lo pada. Cari duit sendiri."

Ajun mendengus kesal, "Dih, perasaan tadi dirinya sendiri yang bilang bertanggungjawab atas segala keperluan bertiga. Si paling ngelarang adeknya kerja eh sekarang malah nyuruh nyari duit sendiri. Aneh lo, Samsul," perkataan Ajun tersebut sukses membuatnya mendapatkan geplakan keras di bahunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksa ; jikyuyoung [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang