Pagi ini sama seperti pagi-pagi lain, tapi dengan menu sarapan dan jumlah orang yang berbeda. Kali ini hanya ada si sulung dan si bungsu dengan tiga gelas jus apel dan juga sepiring roti bakar yang berisi tiga potong. Mereka hanya memakan satu orang satu potong, satunya lagi ingin diberikan kepada si anak tengah.
Untuk hari ini, Ajun akan memakan sarapannya di atas. Jinan yang menyarankan Ajun agar tetap diam di kamarnya sementara dia yang akan membuatkan sarapan dan Dimas yang mengantarkannya pada Ajun walau sedikit terpaksa.
Tidak mudah tentunya membangunkan Ajun yang notabenenya adalah si raja tidur. Tapi yang namanya Dimas, dia akan melakukan segala cara agar sang kakak terbangun dari tidur nyenyaknya, termasuk membawa sebuah sapu agar bisa dilemparkan ke arah Ajun jika dia tidak kunjung bangun.
Dimas yang sudah sampai di depan kamar Ajun saat itu langsung menggedor-gedor pintu. "MBINGGG, BANGUN BANGUN BANGUN BANGUNNN," teriaknya dari luar.
"DIMAS JANGAN TERIAK!" sahut Jinan dari bawah saat mendengar teriakan Dimas.
"ITU LO JUGA TERIAK YE," balas Dimas tak kalah keras.
"OH IYA YA, MAAP. TERUSIN AJA BANGUNINNYA," setelahnya Jinan berhenti berteriak, begitupun Dimas.
Tak lama terdengar suara serak khas bangun tidur dari dalam, "Masuk aja, pintunya kagak gue kunci," tutur Ajun dari dalam.
Dimas pun masuk ke dalam kamar bernuansa hitam putih itu, dilihatnya Ajun yang masih bergelung dengan kasur dan bantal-bantalnya.
Ajun tersenyum lebar saat melihat Dimas masuk ke kamarnya, dengan mata yang masih setengah tertutup. Dimas menoel-noel (?) kaki Ajun dengan sedikit keras menggunakan ujung sapu yang dibawanya, membuat Ajun sadar dari tidurnya.
"Maksud dari kedatangan engkau apa ya? Noel-noel kaki saya doang?"
"Ya bangunin lo lah, kalau gue diemin pasti molor lagi lo nya. Ni gue disuruh Jinan bangunin lo, sarapan katanya. Gue mah ogah ya bangunin lo kalau gak disuruh, bisa naik darah gue pagi pagi."
Ajun melempar bantalnya ke arah Dimas, "Seenggaknya makasih dah bangunin," Dimas menangkap bantal Ajun.
"Iyaa sama-sama, mbing," kata Dimas sembari melempar kembali bantal milik Ajun kepada sang empu.
Ajun menyibak selimutnya, "Mbing apaan?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi.
Dimas tersenyum dengan penuh makna, "Kambing," jawabnya lalu menjulurkan lidahnya.
Sebelum Ajun sempat melemparkan bantalnya lagi, Dimas sudah lebih dulu berlari keluar.
"NANTI LO CUCI MUKA YE, NTAR SARAPANNYA JI YANG BAWAIN," teriak Dimas di depan pintu.
"BANTUIN KEK, KAKI GUE SAKIT JIR, KUMAHA INI EUY," balas Ajun sambil berteriak menggunakan suara melengkingnya.
Dimas kembali ke dalam kamar Ajun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa ; jikyuyoung [On Hold]
Fiksi PenggemarAksa, bermakna jauh. Sama seperti Dimas yang berada sangat jauh dari jangkauan Jinan dan Ajun setelah sebuah tragedi menimpa mereka. Si kembar tiga yang awalnya sedekat nadi, perlahan-lahan menjadi sejauh jarak neptunus ke matahari. Featuring; Jihoo...