2

274 36 8
                                    

"APA MAKSUDMU JUNG JAEHYUN?! JAWAB APPA."

Ucapan Tuan Jung menggema diantara sunyinya rumah megah itu.

"Appa, maafkan anakmu ini. Tapi aku tidak mencintai putri Tuan Hong sedikitpun."

Jae Hyun tampak menunduk. Berusaha siap dengan segala sesuatu yang mungkin akan terjadi padanya.

"Cinta? Di dunia ini kau masih memikirkan cinta? Kau pikir semua yang kita nikmati saat ini karena cinta saja? Nak, dunia ini tidak hanya mengandalkan cinta untuk hidup."

Ucap Tuan Jung mulai menurunkan nada bicaranya. Tak habis pikir dengan jalan pikir putranya itu.

"Tapi aku tidak mencintainya. Aku takut akan menyakiti dia suatu hari jika hubungan kami terus dipaksakan. Aku tahu tindakanku ini cukup beresiko, tapi bukankah lebih baik daripada terlambat?"

Tuan Jung mengusap wajahnya dan menghela napas dalam kemudian duduk di depan anak satu-satunya.

"Kau benar Jae Hyun. perkataanmu benar, tapi apa yang harus Appa katakan kepada keluarga mereka, terutama Tuan Hong."

"Yeobo, tenangkan dirimu terlebih dahulu. Bukan hanya putri Tuan Hong yang terluka karena perjodohan ini, tapi putra kita juga. Benar yang dikatakan Jae Hyun, perjodohan ini lebih baik tidak dilanjutkan. Kalau kau tidak bisa menghadapi keluarga Hong, biar aku saja yang menghadapi mereka."

Ucap Nyonya Jung mencoba mengendalikan keadaan tegang itu. Dering ponsel Tuan Jung berbunyi.

"Panggilan dari Tuan Hong."

Lelaki itu kemudian berdiri dan mengangkat panggilan telepon tersebut cukup lama.

"Jae Hyun, sebenarnya apa yang terjadi?"

Nyonya Jung bertanya selagi suaminya sibuk bertelepon.

Jae Hyun terlihat bimbang untuk menceritakan semua kepada wanita yang telah melahirkannya itu, tapi akhirnya dia bercerita.

Nyonya Jung cukup terkejut dan mengelus dadanya, tentang dirimu yang berusaha mencintai Jae Hyun dan tentang putra semata wayangnya yang masih mencintai kekasihnya.

"Jae Hyun beruntung dirimu karena bukan pihak kita yang memutuskan pertunangan ini. Appa harap suatu saat ketika kalian bertemu lagi, kau harus meminta maaf padanya, dia gadis yang sangat baik."

Sekembalinya dari obrolan panjang bersama Tuan Hong, ayah Jae Hyun menjelaskan segalanya.

"Iya Appa. Dia memang gadis yang baik. Bahkan kebaikannya kadang disalahgunakan oleh orang-orang di sekitarnya. Putramu ini tidak pantas dengan gadis baik sepertinya."

Disatu sisi, Jae Hyun merasa kagum atas sifatmu. Namun disisi lain, lelaki itu tidak dapat membohongi perasaannya sendiri. Bahwa kau bukan gadis yang menempati hati Jae Hyun.

"Appa harap kau renungkan apa yang terjadi antar kau dan putri Tuan Hong. Dan jangan lupakan pesanku tadi."

Ucap Tuan Jung sambil menepuk pundak putranya sebelum memasuki kamar disusul Nyonya Jung.

.

"Apa kau baik-baik saja?"

Kau melirik heran kepada Joshua yang terus menerus menatapmu khawatir. Benar. Sejak dari rumah tadi.

"Memangnya aku kenapa, Oppa? Aku masih utuh dan sedang duduk disampingmu."

Candamu mencoba menyingkirkan kegelisahan yang entah mengapa tak mau hilang dari kepala Joshua. Ditengah-tengah hiruk pikuk bandara, seorang laki-laki datang menghampiri dengan napas tak beraturan. Sebab dia baru tahu kabar ini beberapa menit yang lalu sementara waktunya tak akan lama lagi.

Seseorang yang tak disangka akan muncul kembali. Orang tersebut memanggilmu.

Sebagai pemilik nama, kau spontan berdiri begitu juga dengan Joshua yang memberikan tatapan tak suka.

"Jae Hyun? Sedang apa disini?"

Sebelum Jae Hyun bisa mengucapkan sesuatu, Joshua menggeser posisinya sehingga tubuhmu terhalang olehnya.

"Oppa..."

"Jangan coba-coba berbuat onar disini."

Ucap Joshua sedingin wajahnya saat ini. Lelaki itu cukup sensitif jika menyangkut perasaanmu yang baginya sudah seperti adik kandungnya sendiri.

"Aku hanya ingin meminta maaf padanya, Joshua-ssi."

Joshua tersenyum sinis mendengar respon Jae Hyun.

"Hal termudah yang harus kau lakukan sejak awal."

Joshua meminggirkan diri, memberi kesempatan pada Jae Hyun menyampaikan apa yang ia pikirkan.

"Aku minta maaf. Karenaku, kau sudah membuat kecewa keluargamu. Aku egois."

Jae Hyun tertunduk, kentara sekali rasa bersalah tercetak di wajahnya. Kau menggeleng.

"Aku bisa bayangkan, betapa tak nyamannya kita jika kita dipaksa melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan. Apalagi jika itu menyangkut tentang perasaan. Kau pasti sama terlukanya. Kekasihmu juga."

Joshua membuang pandangannya. Tidak ingin menyimak pembicaraan yang hanya akan menyeret keluar kesabarannya.

"Disini, pada mulanya aku merasa senang karena aku jatuh hati pada seseorang yang dijodohkan denganku. Tapi berubah ketika aku tahu, kau tidak merasakan hal yang sama. Aku... Aku ikut terluka. Terluka karena perasaanku tak terbalas, terluka karena aku menyakiti hatimu dan orang yang kau cintai, secara tak langsung. Terluka karena aku mengecewakan keluarga kita.

Dan memang tak ada jalan yang lebih baik bagi kita selain perpisahan. Jadi, sekalipun itu berat untukku, dibandingkan kebahagiaanmu, tidak ada yang lebih penting selain itu. Kau adalah kelemahanku. Aku tak bisa menolak jika itu membuatmu bahagia.

Jae Hyun, jangan meminta maaf atas kejujuran hatimu. Itu hakmu. Hakku adalah mencintaimu dan terluka adalah resikonya. Kau jangan terbebani karena ini. Malah akulah yang harusnya minta maaf, aku terlambat menyadari hal yang seharusnya aku lakukan sejak lama."

Meski hanya sebagai saksi, Joshua tak dapat menahan kesedihan yang merayap diam-diam kedalam hatinya tatkala menyaksikan dua anak manusia yang sedang tenggelam dalam duka.

Bagaimana bisa takdir memperlakukannya sekejam ini?

"Tapi sekarang, pintu kebahagiaan sudah terbuka untuk kita. Kau dengan pintumu dan aku dengan pintuku sendiri. Lupakan semua ini dan mari lanjutkan hidup masing-masing dengan baik, Jae Hyun."

Jae Hyun mengangguk lemah.

"Bolehkah, aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya sebelum aku pergi?"

Lagi-lagi Jae Hyun mengangguk. Dengan senang hati kau memeluk lelaki yang masih kau cintai itu.

"Kita masih bisa berteman, sebagaimana biasanya kan, Yoon Oh?"

Dengan tangan melingkar di pinggangmu, Jae Hyun mengangguk cepat dan matanya basah.

"Kabari aku jika kau akan menikahi kekasihmu."

Tak lama setelahnya, kau dan Joshua melakukan take off menuju L.A sesuai jadwal.

TBC








Kalau di chapter sebelumnya aku pake Seunghan Smrookies buat jadi adek kamu, sekarang aku pake Joshua Seventeen buat jadi sepupu kamu😁. Kebetulan banget ya marganya sama dan cocok buat jadi family😄.

Gimana guys? Apakah udah ada aroma sad-sadnya? Jujur aku ketawa loh ini😅. Soalnya di pikiranku tuh yang jadi pacarnya Jamal tuh author sendiri🤣. Kan kalian cewek yang dijodohin🤣.

Part ini bukan sepenuhnya aku yang mikir, aku cuma ngubah beberapa dari yang orisinilnya. Untuk suaminya kamu, masih minggu depan datengnya😆insyallah. Wait okay?

See you next chapter guys.

Let It Pass (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang