"Aku tidak mengerti. Mengapa mereka memujimu. Padahal sebetulnya, hidupmu itu selalu menyedihkan. Dari merebut milik orang lain sampai menikah muda, disaat seharusnya kamu menggunakan kesempatan untuk membanggakan orangtua, mengejar karir. Kemudian memiliki banyak anak-anak yang merepotkan sampai suami yang kaya dan tampan.
Kaya dan tampan, dengan hal-hal itu suamimu bisa mendapatkan apa saja, termasuk wanita-wanita di sekelilingnya. Yang lebih cantik, lebih seksi, lebih pintar, lebih kaya, lebih mandiri. Coba lihat dirimu, berisi tidak, kurus seperti tidak terurus. Penampilanmu berantakan seperti gembel dan fashionmu terlalu sederhana untuk istri pengusaha kaya. Kekayaan? Kamu tidak bekerja ya? Mandiri? Anak strict parents tidak mengerti apa itu mandiri.
Aku kasihan padamu. Sungguh. Coba saja kamu tak merebutnya maka dia tak akan memiliki nasib malang karena mendapatkan istri sepertimu. Coba saja dia tetap denganku, dia tak akan malu."
Pada saat hinaan itu ditujukan kepadamu kemarin, tidak banyak yang dapat kau katakan sebagai balasan. Karena menurutmu, semua yang dia lontarkan adalah kebenaran. Jadi kau hanya mengusirnya dengan halus dengan mengatakan bahwa kehidupan rumah tanggamu bukan urusannya.
Tapi tetap saja, setiap detiknya kau selalu memikirkan kalimat-kalimat itu dalam kepalamu. Kau mulai kehilangan rasa percaya dirimu karenanya.
"Dia sudah tidur?"
Setelah mendengar suara berat Jaehyun, kau menoleh kepadanya yang entah sejak kapan berdiri di sampingmu. Kau segera meletakkan Cleira, putri kalian yang baru berusia satu tahun ke dalam keranjang tidurnya.
Tak lupa kau memasangkan selimut untuk menutupi sekujur tubuh Cleira. Sebelum kau tinggalkan, kau mengusap dahi Cleira sesaat.
"Mimpi indah dan selamat malam Cleira sayang."
Kau mengikuti Jaehyun keluar dari kamar Cleira. Kau mengira kalian akan segera pergi ke kamar tidur. Tapi rupanya Jaehyun mengajak duduk di ruang keluarga.
"Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu?"
Oh tentu saja Jaehyun paham akan gerak-gerikmu. Kalian telah saling mengenal selama bertahun-tahun. Bercerita padanya mungkin bisa meredakan kegelisahanmu dan bagaimanapun dia suamimu. Tempatmu berbagi.
Tapi kau merasa dia tak akan menyukainya jika kau membahas sesuatu yang berhubungan dengan mantannya. Jaehyun punya kenangan buruk dan kau tahu itu.
"Sayang, katakanlah..."
Kau ingat, kalian telah berjanji terhadap satu sama lain untuk tidak merahasiakan apapun. Jadi kau berharap Jaehyun tidak terpengaruh emosinya.
"Kemarin saat aku melakukan imunisasi untuk Cleira, aku bertemu Kang Darin."
Kau harus bicara dengan hati-hati.
"Lalu?"
Wajah Jaehyun yang semula menunjukkan rasa khawatir dan penasaran, sekarang berubah menjadi dingin.
Kau tidak pernah salah tebak.
Tapi kau tidak bisa mundur lagi. Maka, kau menceritakan apa yang kau alami kemarin padanya dengan gamblang. Jaehyun mendengarkanmu dengan baik, tapi kau tak dapat membaca makna dari ekspresinya.
Tiba-tiba Jaehyun menggenggam tanganmu sembari menatapmu.
"Dengar. Dia hanya seorang wanita lajang. Seorang anak. Seorang cucu. Tapi siapa kau? Kau bukan hanya seorang wanita, kau seorang anak. Kau seorang kakak. Kau seorang cucu. Kau seorang istri. Kau seorang menantu. Kau seorang ibu. Lihat berapa banyak peran yang kau mainkan, seorang diri. Tapi dia? Hanya mantan yang cemburu karena gagal menjaga masa lalunya.
You're a great woman.
Masalah cantik bisa diubah. Masalah seksi, maaf tapi semua pria akan jatuh pada wanita tanpa busana. Kepintaran? Wanita yang pintar tak akan menyakiti wanita lainnya. Kekayaan? Uang bisa dicari dan itu kewajiban suami. Mandiri? Semua peran yang kau lakukan, apa itu masih kurang merepotkan dirimu?"
Kau tertegun. Perkataan panjang Jaehyun barusan seperti sihir yang membangunkanmu dari tidur lelap. Sejenak kau merasa malu dan menyesal telah diam-diam menyetujui makian mantan Jaehyun padamu.
"Sayang, kau tahu aku mencintaimu bukan karena apa yang ada dalam dirimu. Itu karena dirimu saja. Itu sudah cukup bagiku."
Perlahan-lahan kau dapat menunjukkan senyummu. Kau bersyukur memiliki seorang suami yang mengerti dirimu seperti ini. Yang tidak ragu memberimu ketenangan dalam situasi tidak menyenangkan.
Kau memeluk Jaehyun. Mencari kehangatan dalam dekapan tubuhnya yang lebih besar darimu. Kau merasakan Jaehyun mengecup dahimu lalu mengusap lembut rambutmu.
"Ayo pergi tidur."
Tiba-tiba, kau teringat sesuatu. Sesuatu yang amat spesial untuk dikatakan. Sesuatu yang kau pikir dapat dijadikan satu dari sekian alasan menghapus kegelisahanmu hari ini.
"Jaehyun."
"Hm?"
"Selamat ulang tahun..."
Jaehyun menoleh padamu sehingga kalian bersitatap beberapa saat. Pria dengan dimple itu tersenyum lebar.
"Semoga Tuhan selalu memberkahimu dengan kesehatan dan kebahagiaan."
Jaehyun kembali memberimu ciuman, tetapi kali ini di bibir selama beberapa detik.
"Terimakasih istriku."
END
Percaya nggak, sebenernya ini mau kujadikan oneshot buat work lain. Tabunganlah intinya. Tapi karena aku nggak tahu lanjutinnya gimana dan karena aku inget ini momen spesial, khususnya buat para valentines, aku jadikan ini gift kecil. Sebagaimana aku pernah bikin buat Real Partner.
Jadi maaf ya kalau romancenya kurang maksimal. Aku harap kalian tetap bisa menikmatinya.
Last, semoga Jamal selalu dikaruniai kesehatan, kesuksesan dan kebahagiaan dari Tuhan😊.
Selamat ulangtahun dan selamat valentine untuk yang merayakan😉.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Pass (Completed)
Short StoryJaehyun tidak pernah mencintaimu kendati kalian telah dijodohkan oleh keluarga masing-masing. Namun, berbekal cinta yang kamu miliki dan ikatan berupa pertunangan, kamu mengira kalau kamu bisa merebut hati lelaki itu suatu saat. Tetapi ternyata, sek...