—oOo—
"Aduh.. Akhirnya keluar juga dari tuh rumah setan!" ucap Arya dengan nafas yang terengah-engah.
"Gila di dalem tadi serem banget! terus gelap lagi. Kuping gue juga sampe budeg, gara-gara teriakan tuh setan," keluh Arthur.
"Tapi seru kan?" tanya Arsen.
"Seru, tapi bikin jantungan," jawab Arya.
"Nah bener!" saut Arthur.
"Mendingan kita langsung balik aja lah! udah malem, takut kalo Ibu gua khawatir," ujar Arthur.
"Iya dari tadi handphone gua juga bunyi terus ni, Mak gua kaya nya nyuruh pulang," sambung Arya.
"Yah payah, gua aja dari tadi ga ada tuh yang nyariin. Mau gua ga pulang juga ga bakal di cariin," sombong Arsen, padahal diri nya juga ingin seperti mereka itu.
"Bibi lo kasian di rumah sendiri, masa lo ga khawatir si ninggalin bibi sendirian di rumah," cetus Arthur kepada Arsen.
"Hm."
Tiga bocah itu akhirnya memutuskan untuk segera pulang, dan tak lupa juga untuk mengambil sepada mereka masing-masing. Malam ini malam yang menakutkan bagi mereka karena bisa masuk ke dalam rumah hantu, tapi sangat seru.
Kapan lagi bisa bermain seperti ini di pameran, bahkan anak remaja sekarang rata-rata lebih menyibukkan diri nya untuk bermain handphone di bandingkan bermain dengan teman nya, atau karena hal yang lain juga bisa.
"Oke, besok jangan lupa buat masuk sekolah ya?" ucap Arya kepada dua teman nya, saat di perempatan.
"Sip."
Arthur dan Arsen harus berpisah dengan Arya karena gang komplek Arya berbeda dengan mereka. Sebenarnya mereka satu komplek tapi di gang yang berbeda, Arthur dan Arsen satu jalan tapi tidak satu gang. Kalo ga paham, jangan di pahamin.
Sebelum sampai gang masing-masing, Arsen dan Arthur harus melewati kebun singkong milik salah satu warga komplek, kebun nya tidak terlalu luas tapi lumayan gelap.
Awal nya mereka hanya biasa saja saat di pertengahan, tapi terdengar suara sesuatu dari kebun itu dan membuka mereka berhenti. Karena mereka berdua emang bocah nya penasaran.
"Lo denger juga, Thur?"
Arthur mengangguk.
Arsen sedikit memundurkan sedikit sepeda nya untuk memastikan apa itu, karena mata nya melihat kalau singkong yang panjang menjulang tinggi ke atas itu tiba-tiba bergerak sendiri.
Arthur bingung kenapa Arsen begitu serius memerhatikan kebun di samping nya.
"Liat apa lo?" tanya Arthur.
"Itu tadi pohon singkong nya gerak-gerak sendiri. Ga mungkin angin kan?" tanya Arsen, Arthur pun menggeleng karena tidak tau.
"Tuh coba lo liat."
Karena penasaran Arthur pun melihat ke arah pohon singkong, ya memang benar pohon singkong itu bergerak-gerak sendiri. Tapi mana mungkin ada orang yang malam-malam ada di kebun, lagian malam itu angin juga tidak ada.
"Positif tinggi aja itu setan," celetuk Arthur tanpa ada rasa takut.
"Jangan asal nyeletuk aja lo, Thur! kalo beneran itu setan gimana?" tanya Arsen.
"Ya.. KABUR!"
Arthur menggowes roda sepeda nya dengan cepat, dan meninggalkan Arsen sendirian di sana.
"Ya kalo gitu gua juga.. KABUR!!"
Karena merasa takut Arsen juga menggowes sepeda nya dengan kencang untuk segera menjauh dari kebun itu.
"Bocahe sopo iku berisik wae, ganggu orang lagi pipis aja."
***
Laki-laki bernama Arya itu sedang menggowes sepada nya dengan santai, menikmati suasana malam yang sejuk. Tak memikirkan hal yang berbau-bau horor.
Arya menggowes sepeda sendirian menuju rumah nya, gang rumah nya itu cukup terang karena banyak lampu di setiap sudut nya.
Tapi tiba-tiba semua lampu mati membuat nya terkejut dan spontan Ia mengerem mendadak sepeda nya itu.
"Gelap amat ini," tutur nya yang sedikit panik.
Sebenarnya Arya bisa saja pulang, tapi lampu di sepanjang jalan gang nya itu mati. Membuat rasa takut nya kembali muncul, apalagi sekarang Ia sendirian.
Puk..
"AAAAAAAA.."
"Heh!"
Arya berteriak karena tiba-tiba ada yang menepuk pundak nya, Arya sudah berfikir yang aneh-aneh di sana. Tapi karena suara 'heh' dari seseorang Arya pun berhenti berteriak.
Arya perlahan menoleh ke belakang nya.
"Apa? kamu kira saya hantu, hah?" tanya seorang bapak-bapak tua yang sekarang berada di belakang Arya.
"Pak Sanif, nganggetin Arya aja."
Pak Sanif, satpam komplek yang berjaga di jalan gang Arya. Arya mengenal nya sudah sejak lama, bahkan dari kecil Arya sudah mengenal beliau.
"Kamu dari dulu masih sama aja ya? takut sama hantu. Hahaha," ledek Pak Sanif.
"Pak jangan ngeledek Arya gitu doang, Arya bukan takut tadi. Tapi kaget," elak Arya.
"Halah, ngelak aja kamu."
"Pak ini kenapa lampu jalan nya mati? kan jadi nya jalan pulang Arya ga keliatan," heran Arya.
"Ga keliatan atau takut?" ledek Pak Sanif lagi membuat Arya malu.
"Ngeledek Arya terus ni bapak," kesal Arya.
Pak Sanif terkekeh. "Arya mau pulang?"
Arya mengangguk.
"Ya udah ayo Pak Sanif temenin, sekalian Pak Sanif ngider juga," ucap nya, membuat Arya senang.
"Boleh boleh, Pak!"
Arya kamu kok penakut si? wkwk
—oOo—
anak' lagi bantuin emak nya buat ngepromosiin cerita.