"Makan, saya tau kamu belum makan." Haechan mempout bibir nya, padahal dia tidak lapar tapi kenapa jaemin membawanya ke restauran.
"Permisi tuan, silahkan dilihat." Ucap pegawai resaturan itu dengan menyerahkan buku pesanan makanan.
Haechan melihat dengan bingung, ia bingung memilih yang mana karena enak semua, jaemin melihat haechan yang terlihat kebingungan pun akhir nya angkat bicara.
"Pesankan saja makanan yang paling terbaik disini dan juga menyehatkan." Sang pegawai mencatat nya dan mengangguk.
"Baik, mohon ditunggu pesanan nya."
Jaemin menatap kearah haechan yang tengah melihat - lihat sekitarnya dengan pandangan kagum.
"Suka?"
Haechan tersentak kecil lalu menatap kearah jaemin, "suka apa?" Tanya haechan pelan.
"Restorannya, kamu suka?" Haechan menggigit bibir bawah nya lalu mengangguk kecil.
"Restoran ini punya mendiang ibu saya." Ucap jaemin membuat haechan terkejut.
"Be-benarkah?"
Jaemin mengangguk, "kalau kau suka, saya akan mengganti dan mengatas nama kan kamu. Karena setelah ibu meninggal restoran ini saya yang mengurusnya." Jelas jaemin.
"E-eh, tidak usah jaemin." Haechan segera menolak dengan rutukan kecil didalam hati nya.
"Saya tidak bisa mengurus nya seorang diri, harus ada yang membantunya apakah kamu tidak mau membantu suami mu sendiri?"
Haechan semakin gelagepan, "bukan begitu! Baiklah aku akan membantu mu." Ucap haechan dengan cepat, jaemin mengulas senyumnya.
"Good boy."
"Makanan datang."
Setelah pegawai menghantar kan makanan nya mereka pamit undur diri, mata haechan berbinar melihat makanan didepannya.
Acara makan pun berlanjut sampai selesai, "besok kamu ikut saya pergi ke LA." Haechan tersedak dan segera mengambil minumannya.
"Kamu akan pergi?" Jaemin mengangguk.
"Berapa lama??" Jaemin menggidikan bahunya.
"Kamu ingin berapa lama memang nya disana?" Tanya jaemin balik.
Haechan sedikit memikirkan nya, "jangan lama - lama, satu hari saja ya?" Jaemin mengangkat alisnya sebelah.
"Kamu gila? Satu hari saja waktu nya sudah habis buat perjalanan kesana." Haechan yang mendengarnya mempout bibirnya.
"Apa hanya aku dan kamu saja yang kesana?"
"Rekan kerja saya juga ikut, karena dia yang mengusulkannya."
"Siapa? Lelaki atau perempuan??"
Jaemin berdiri dari duduk nya dan segera memeluk pinggang haechan berjalan keluar dari restoran.
"Perempuan."
"Aku ikut!!" Jaemin hanya mengangguk lalu menghantarkan haechan kembali kerumah dan setelah menghantarkannya dirinya juga kembali kekantor.
◈◈◈
"Tuan na, apakah saya juga ikut anda pergi ke negara LA?" Mingyu mengekori jaemin dari masuk kantor dan masuk kedalam ruangannya.
"Ya, tugas mu untuk menjaga dan menemani istri saya."
"Hah apa?!" Kaget mingyu, karen mendengar haechan juga akan dibawa oleh jaemin ke LA, ia tidak salah dengar bukan? Hubungan mereka apa sudah membaik??
"Kenapa kau terkejut?"
Mingyu langsung menggelengkan kepalanya, "tapi bukannya hubungan kalian—" mingyu tidak melanjutkan ucapannya saat jaemin menatapnya.
Jaemin menghela nafas nya, menyenderkan punggung nya dikursi kebesarannya.
"Saya akan memulai nya kembali."
Mingyu mengembangkan senyum nya, "itu sangat bagus tuan, saya akan mendoakan yang terbaik untuk hubungan kalian." Jaemin terkekeh kecil.
"Terimakasih."
'wow' mingyu bergumam didalam hatinya saat melihat kekehan jaemin yang tidak pernah ia lihat sama sekali.
Jaemin menyalakan laptop nya dan mendengus kecil, "mingyu, apa kamu tahu siapa yang berani memasang wallpaper foto pernikahan saya bersama haechan?" Lelaki itu meneguk ludah nya susah payah.
"E-eum itu tuan." Mingyu merutuki mulutnya yang kaku, sedangkan jaemin sudah menatap mingyu dengan tatapan mengintimidasi.
"Jawab dengan jujur, kim mingyu."
"Sa-saya tuan, tolong maaf kan atas kelancangan saya." Mingyu membungkuk tidak berani melihat kearah jaemin.
Mingyu mendongak saat mendengar tawa dari atasannya, "tidak masalah, saya akui keberanian mu dan juga terimakasih." Ucap jaemin tulus.
Mingyu mengembangkan senyum nya.
"Sama - sama tuan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
