24

80 5 0
                                    

Mata tajamnya tertuju gadis di depan sana yang kini terlihat bosan ditemani teman prianya.

Tangannya mengepal erat melihat hal itu, hal yang sangat dibencinya. Gadisnya bersama pria lain.

"Dia udah banyak lewati banyak hal Yo, setelah kepergian lo yang ga bertanggungjawab," ujar Geo menatap sahabatnya ini datar.

"Gue ga mau nunjukin sisi buruk gue di depannya Ge, lo tau itu." Jawab Deo pelan.

"Gue ga bisa liat dia sama cowo lain." Gumam Deo tajam.

Gio menahan lengannya yang akan melabrak adiknya, "jangan sekarang. Kita kasih kejutan buat Aisyah." Ucap Gio tajam.

Deo menghela nafasnya mendengar nada suara Gio yang tidak berubah semenjak dirinya datang pagi tadi.

"Baiklah," balas Deo mengalah.

***

Ai menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, belum menyadari jika di rumah itu sudah kosong tidak ada orang.

Ai memejamkan matanya sejenak, "sepi banget sih?" Gumamnya kembali menegakan tubuhnya mencari orang.

"Ayah?!"

Tidak ada sahutan, Ai mengernyitkan keningnya. Tidak biasanya mereka pergi meninggalkannya seorang diri.

"Bunda?" Panggilnya lagi membuka pintu kamar kedua orang tuanya.

Ai menggaruk kepalanya, "abang?! Kakak?!"

Tidak ada orang.

Air mata Ai sudah menumpuk, "ih kalian ninggalin aku sendirian?!" Sungut Ai kesal dan juga sedih.

Tidak ada kabar mereka pergi kemana, Ai mengecek ponselnya yang memang tidak ada pesan apapun.

Ai mencari kontak Gio dan dia langsung meneleponnya..

Ai menunggu dengan was-was, dan tidak ada jawaban.

Ai terus menghubunginya berulang-ulang tapi tidak ada jawaban juga.

Air mata itu akhirnya terjatuh, "kalian jahat," gumamnya dan menghapus air matanya kasar.

Beranjak kembali keluar, kepalanya celingak celinguk. Rumah ini memang tidak ada orang.

Ai menghentakan kakinya kesal lalu dia pergi ke bagasi mengeluarkan motor besarnya yang sudah tidak digunakan lagi beberapa bulan ini.

Ai menggerung motornya kuat, wujud kekesalannya. Mengundang kepanikan dua orang yang ada di balik pohon yang sejak tadi mengawasi.

"Bahaya! Dia ga boleh bawa motor!" Bisik salah satunya.

"Hubungi Gio, cepet!" Seru Aris panik.

"AI!" Seru Reno menghentikan Ai yang kini menengok.

Aris menepak keningnya melihat Reno yang keluar dari persembunyiannya, mau gimana lagi, Aris mengikuti langkah Reno.

Ai menatap Reno dan Aris bingung, "ngapain kalian di sana?"

"Mau nyolong mangga lo," jawab Reno asal.

Ai mengernyit curiga, mata melirik pohon mangga yang memang sedang berbuah.

"Gue ga liat lo berdua masuk,"

"Namanya juga mau nyolong Ai, masa iya diliat lo dulu," sahut Aris.

Reno mengangguk setuju, Ai menghela nafasnya lalu melepas helmetnya.

"Lo kalo mau mangga tinggal bilang, ga usah nyuri kayak gini." Ujar Ai heran.

Reno dan Aris mengangguk, "Lo tau abang gue ga? Ayah sama bunda juga ga ada di dalem tuh,"

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang