14

177 13 2
                                    

"Kejutan!" Seru Ai mendekati Diandra ke depan Mario dan Deo.

Keduanya terdiam membeku tidak memperlihatkan responnya masing-masing, bahkan semua teman-temannya terdiam melihat kehadiran seseorang yang sudah lama mereka cari dan tidak ada hasilnya.

Ai masih menunggu respon keduanya tapi dia termasuk orang yang tidak sabaran, "kok kalian diem aja sih?!" Kesalnya.

Diandra meneteskan air matanya, "maafkan saya" ucapnya menunduk.

Deg

Jantung Mario berdetak lebih cepat setelah mendengar suara yang sudah lama dia rindukan, "Diandra" panggilnya lemah.

Diandra mendongak dan mengangguk mengiyakan, "iya ini aku mas"

Mario langsung menariknya dan memeluknya erat, "maafkan aku mas" ucap Diandra lagi.

"Terimakasih sudah kembali Di, terimakasih"

Diandra mengusap punggung Mario pelan, hatinya kini kembali terisi tidak kosong lagi. Mario menatap dalam wajah Diandra yang sudah ada kerutan, tangannya mengusap wajahnya lembut.

"Jangan pergi lagi, aku ga bisa berjauhan denganmu"

Diandra tersenyum lalu mengangguk, Mario mencium keningnya lama.

Ai tersenyum lebar melihat hal itu, "cie ayah ga jadi duda" celetuknya mengundang tawa mereka kecuali Deo yang hanya diam tidak merespon apapun, tatapannya lurus menatap wajah Diandra yang kini sedikit berbeda.

Diandra menatap Deo dan mendekatinya, Diandra meraih tangan Deo yang mengepal kuat diusapnya lembut lalu membuka kepalan itu dengan pelan.

"Ini ibu nak, maafkan ibu yang sudah pergi tanpa kabar"

Diandra mengusap wajah Deo yang kini sudah lebih dewasa, "maafkan ibu yang sudah melewatkan masa remaja kamu, maafkan ibu" ucapnya lagi kembali meneteskan air matanya.

"Ibu tau kamu marah sama ibu, kalau kamu tidak mau melihat ibu, ibu akan pergi nak"

"Jangan!" Bantah Mario cepat.

"Deo selalu menunggu kamu pulang Di, dia tidak pernah membenci ibunya. Dia sangat menyayangi ibunya" sahut Rizal membuat senyuman Diandra terlihat.

"Ibu bangga De"

Diandra bergerak memeluknya meskipun tidak ada respon dari putranya, "maafkan ibu nak, ibu menyayangimu" bisiknya pelan.

Merasakan kehangatan ini kembali dan mendengar suaranya membuat hatinya sedih bercampur senang, pertahanan yang sudah lama dia tahan akhirnya runtuh. Deo membalas pelukan Diandra dan dia menangis tersedu-sedu. Ai yang melihat hal itu menghela nafasnya lega, lebih baik Deo seperti ini daripada hanya diam.

Diandra ikut menangis mendengar tangisannya, "jangan nangis sayang, maafkan ibu"

"Ibu jahat" ucap Deo mengeratkan pelukannya.

"Ibu jahat" ulangnya lagi.

"Kenapa ibu ninggalin Deo? Apa Deo menyakiti ibu?" Tanya Deo.

"Tidak, kamu tidak pernah menyakiti ibu. Ibu punya banyak alasan De, cukup, jangan nangis"

Deo menarik nafasnya dalam untuk menenangkan jantungnya dan suasana hatinya.

Rizal menarik Ai mendekat dan dia memeluknya, "ayah kangen aku juga?"

"Tentu, terimakasih sayang"

"Untuk?"

"Ayah tau kamu pasti berhasil" bisiknya.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang