BAB 27 - KECELAKAAN

199 68 0
                                    

"Jangan sedih ya? Gue nggak suka."

– A N D R E W –

*****

   NAFAS Andrew naik-turun, emosinya benar-benar telah mendidih. Dia menyerang kembali Arsenio secara membabi buta, dia tidak peduli lagi jika pemuda yang dia pukul bisa mati.

Andrew menendang Arsenio di bagian perut hingga membuat Arsenio langsung tersungkur ke lantai. Bukan hanya sekali Andrew menendang Arsenio, tetapi berkali-kali menyebabkan Arsenio tidak dapat melawan. Ekspresi wajah Andrew benar-benar seperti psikopat.

Ketika Arsenio telah pingsan barulah Andrew menghampiri gadis meringkuk ketakutan di atas kasur yang hanya memakai dalaman saja. Sport bra sebagai pakaian atasannya dan celana hotpants bagian bawah dari gadis itu. Andrew dengan spontan melepaskan hoodie hitam yang ada di tubuh agar gadis itu dapat memakainya membuat Andrew kini hanya dibalut oleh baju kaos saja.

"Fara ... tenang, okey?" ucap Andrew setelah gadis itu selesai memakai hoodie Andrew. Hoodie itu terlihat sangat besar di tubuh mungil gadis tersebut.

Fara berucap, "Gue takut, Nick." Bibirnya masih bergetar, air matanya masih turun terus menerus. "Gue benar-benar takut. Kalau lo nggak datang gimana? Gue-gue takut, gue-gue nggak tahu salah gue apa, Nick."

"Gue ada kok, tenang ya?" ujar Andrew seraya menyeka air mata dari gadis itu. "Kita pulang," ajak Andrew seraya menuntun Fara agar mengikutinya.

Mereka meninggalkan rumah itu setelah memastikan keempat penghuninya telah terbaring tidak berdaya di lantai.

Sebelum mengantarkan Fara pulang, Andrew terlebih dahulu mengajaknya mengelilingi kota agar pikiran buruk gadis itu mulai menghilang digantikan oleh suasana malam.

"Jangan sedih ya? Gue nggak suka," ujar Andrew seraya memegang tangan yang melilit di pinggang nya ketika dia sedang mengendarai motor.

Fara hanya menganggukkan kepala mendengar ucapan Andrew. Kepala gadis bersandar ke punggung Andrew dengan nyaman, tidak lupa tangannya melilit di pinggang Andrew.

"Udah tenang?" tanya Andrew dibalas oleh anggukan kepala oleh Fara.

"Sekarang kita pulang?" lanjut Andrew dan lagi-lagi hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Fara. Jika Fara tidak bersandar kepada punggung Andrew, mungkin Andrew tidak mengetahui bahwa gadis itu tengah menganggukkan kepala.

Andrew memberhentikan motor ketika di depannya terdapat suatu kecelakaan. Beberapa orang berhenti melihat kecelakaan tersebut. Kecelakaan yang menyebabkan salah satu mobil menerobos melewati pembatas jalan hingga mobil tersebut berakhir masuk ke dalam jurang.

Mata Andrew membulat sempurna saat memperhatikan plat mobil putih yang memasuki jurang. Angka di plat mobil itu serupa dengan plat mobil orang tuanya.

Pandangan Andrew beralih ke mobil hitam yang menabrak mobil tersebut. Andrew juga sangat mengenali mobil hitam itu, terlebih lagi plat mobil hitam itu tertulis AR 53 NIO.

"Anjing!" umpat Andrew spontan turun dari motor untuk menghentikan mobil Arsenio, tetapi nihil. Mobil Arsenio berlalu pergi dengan cepat.

Fara yang terkejut dengan tindakan Andrew hampir saja terjatuh dari motor dikarenakan Andrew turun dari motor tiba-tiba, untung dia masih bisa mengimbangi motor besar milik Andrew.

Andrew mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia menatap ke dalam jurang dengan mata berkaca-kaca.  "Gue mohon, jangan. Itu bukan orang tua gue," ucap Andrew, padahal jelas-jelas dia melihat mobil orang tuanya masuk ke dalam lembah yang dalam.

Andrew mengusap wajahnya dengan kasar. Dia menggelengkan kepala tidak percaya. "Nggak-nggak. Gue nggak mau," ujar Andrew mengelak.

Andrew membuka ponsel dengan tangan gemetar. Dia menelpon kedua orang tuanya. Tetapi sama sekali tidak ada respon. "Nggak. Gue mohon, bukan. Ortu gue nggak di mobil itu," ucap Andrew berusaha berpikir dengan jernih.

Ketika beberapa kali menelpon orang tuanya tetapi tidak ada jawaban, Andrew langsung membanting ponsel itu ke sembarangan arah. Beberapa orang yang berkerumun di sana spontan menatap ke arah Andrew.

Dengan pikiran yang frustasi, Andrew hampir melompat ikut memasuki jurang. Untung saja beberapa orang di sana serentak mencegah aksi tidak masuk akal Andrew.

"NGGAK!!" teriak Andrew. Air di matanya perlahan-lahan turun, dia menatap ke arah jurang dengan tatapan kosong.

Setelah dia berteriak, suatu ledakan terjadi di dalam jurang dan dipastikan mobil yang memasuki jurang telah meledak. Beberapa orang menutup mulutnya sehabis ledakan itu terjadi.

Andrew terdiam. Pandangan nya benar-benar kosong menatap ke arah jurang. Rasa perih di dadanya telah menjalar. Andrew menangis tanpa suara serta air mata bercucuran tidak berhenti keluar dari kelopak mata Andrew.

Fara menghampiri Andrew yang menangis sejadi-jadinya di pinggir jurang. Beberapa orang memegang pergelangan tangan Andrew agar pemuda itu tidak melakukan hal di luar nalar.

"Nick? Lo kenapa?" tanya Fara setelah dia berada di sebelah Andrew.

   Andrew menggelengkan kepala mencoba mengelak fakta yang terjadi di hadapan nya. "Nggak-nggak, itu bukan mobil bokap gue. Bukan, nggak-nggak. Bukan. Nggak, gue. Itu-itu bukan mobil bokap gue."

Mulut Fara rasanya terkunci, mengetahui sikap Andrew seperti ini membuat Fara yakin jika mobil yang memasuki jurang adalah mobil ayah Andrew.

"Gue nggak ngelihat platnya. Itu-itu bukan mobil orang tua gue," bantah Andrew, mengelak fakta sebenarnya. Ini terlalu cepat untuk Andrew, terlebih lagi secara langsung dia menatap mobil orang tuanya memasuki jurang dan meledak.

Spontan Fara memeluk tubuh Andrew. Saat ini, Andrew hanya membutuhkan pelukan seseorang. Tidak ada yang tahu perasaan Andrew sekarang, pikiran Andrew benar-benar kacau, dia tidak pernah membayangkan kejadian seperti ini terjadi.

Andrew menumpahkan seluruh tangisan nya di bahu Fara. Dia terdiam sembari menangis, pikiran Andrew kini terbayang-bayang mengingat senyuman kedua orang tuanya.

Kehidupan Andrew rasanya telah berakhir untuk sesaat. Kehilangan orang tua secara bersamaan dan tidak memiliki saudara menjadikan hidup Andrew hancur seketika. Untuk pertama kalinya Andrew menyesal menjadi seorang anak tunggal.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANDREW [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang