³

111 17 0
                                    

"Ini aja hyung ? Lumayan banyak ya." Seungmin terkekeh melihat belanjaan Yeonjun.

"Aku kira gak bakalan sebanyak ini. Ada aja titipannya." Yeonjun menggeleng.

"Titipan ?" Tanya Seungmin seraya memasukan belanjaan ke dalam bagasi.

"I-iya." Yeonjun hanya nyengir "Bentar ya aku cek list belanjaan dulu." Setelah itu sibuk memainkan ponselnya.

● Di perjalanan kembali

"Jam tangan siapa ?" Yeonjun memperlihatkan ke Seungmin.

Seungmin memalingkan wajahnya sebentar. Sambil mengerutkan dahi "Ah letakin aja di dasbor hyung."

"Aku tanya ini punya siapa !?" Yeonjun mulai meninggikan suara.

Inilah sifat yang sebenarnya Seungmin kurang suka dengan Yeonjun. Terlalu suka meninggikan suara padahal bisa bicara dengan nada biasa.

"Atasan aku. Tadi dia numpang." Seungmin malas meladeni.

Yeonjun-pun tersadar langsung meletakkan jam itu di dasbor.

"Kenapa aku harus marah." Ucap Yeonjun dalam hati.

"Mau makan dulu hyung ?" Tanya Seungmin memecahkan keheningan.

Yeonjun menggeleng dan sibuk menelpon. Seungmin membelokkan mobil masuk kedalam parkir. Yeonjun masih sibuk teleponan sampai tidak menyadari sudah sampai di tempat tinggalnya.

Seungmin menghembuskan nafas. Serasa sesak di dada melihat lelaki disebelahnya asik tertawa dan menggoda di balik telepon. Walaupun dirinya tidak tau dengan siapa lelaki itu menelpon. Seperti sudah sangat akrab.

"Hyung, udah sampai."

Yeonjun tersadar "Oh nanti ku telpon lagi ya. Bye. . ."

Mereka mengeluarkan belanjaan.

"Mau mampir dulu ?" Tanya Yeonjun.

"Enggak hyung. Terima kasih."

"Kalo gitu, hati-hati dijalan ya. Makasih banyak udah mau bantuin belanja."

Seungmin tersenyum.

Sesaat Yeonjun membalikkan badan. Seungmin memanggilnya.

"Hyung. . . Apa kita gak bisa balikan lagi ?" Entah kenapa kata-kata itu selalu berputar dikepala Seungmin. Padahal sudah pernah di bahas.

Yeonjun menarik nafasnya. Tanpa berbalik ia berkata "Kita gak akan bisa kayak dulu lagi. Biarkan yang lalu hidup di masa lalu."

Bahu Seungmin merosot, matanya perih menahan air mata "Kita bisa menghidupkan yang lalu menjadi masa sekarang."

Yeonjun berbalik dan menatap mata Seungmin "Mungkin kamu bisa. Tapi aku enggak. Kita bisa berteman. Itu lebih dari cukup."

"Bukannya hyung bilang masih sayang sama aku ?"

Air mata Seungmin mengalir begitu deras. Menangis adalah solusi disegala permasalahan. Jika ditahanpun akan membuat dada sesak.

"Hati-hati dijalan." Setelahnya Yeonjun masuk ke dalam tanpa memberi jawaban.





Seungmin menenggelamkan tubuh ringkihnya didalam bed cover tebal. Menahan rasa sakit di kepala, perut bahkan hati. Pikirannya terus terngiang-ngiang akan ucapan Yeonjun.

"Susah ya buat move on. Mana aku masih sayang."

Kling !!

Ponsel Seungmin berbunyi ada pesan masuk.



Rahsa ▪︎▪︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang