Tidak ada perceraian dalam tujuan hidupku

10 7 0
                                    


Bulan sabit tersenyum menyinari malam bertabur bintang, pada waktu kebanyakan dari penghuni bumi sedang terlelap, Annette belum tidur. Dia duduk di teras kamarnya sambil membaca buku. Ironisnya itu adalah novel romansa tentang perjodohan.

Ia berdecak pelan, "30% adalah realita, sisanya hanya fantasi dan romansa yang dipaksakan." Itu adalah komentarnya setelah menyelesaikan buku itu.

Annette meletakkan novelnya kemudian dia mengambil ponsel untuk melihat jam. Ini sudah pukul 03.44 dan Arkhana belum pulang.

Dia pasti menemui perempuan itu lagi. Atau perempuan lain, entahlah. Dia tidak mau memikirkannya terlalu banyak lagi.

Hanya berselang lima belas menit terdengar suara mobil Arkhana di luar. Annette mengintipnya dari jendela, sedikit heran karena sepertinya Arkhana tidak sedang mabuk. Wajahnya segar hanya saja terlihat lelah.

Pikirannya sudah sampai ke mana-mana, Annette mematung dan melamun, menyerahkan pandangannya ke luar jendela sampai Arkhana membuka pintu kamar. Awalnya dia tidak ingin terlalu memikirkannya tapi tetap saja rasa itu datang.

"Kamu belum tidur?"

Tanpa berbalik badan, Annette balik bertanya "Apakah Anda pergi menemuinya malam ini?"

"Maksudmu Metha? Ya, aku bersamanya malam ini."

Annette tidak tahu apakah dia harus bersyukur atau marah dengan kejujuran Arkhana. "Sudah tujuh tahun.."

Arkhana mengernyit bingung, "...Ya?"

Ada nada kemarahan dalam suaranya, "Sudah tujuh tahun kita menikah dan Anda masih saja berhubungan dengan wanita itu! Tidakkah Anda memikirkan perasaan saya, sedikit saja, bagaimana rasanya terus dianggap sebagai orang ketiga sementara faktanya adalah dia yang menjadi orang ketiga dalam pernikahan kita."

Arkhana bisa merasakan kemarahan itu walaupun Annette tidak meninggikan suaranya. "Kau sungguh ingin membahas masalah ini sekarang? Haruskah aku kembali mengingatkanmu kalau kita.."

"CUKUP." Annette memotong kata-katanya, dia tidak mau mendengar omong kosong itu lagi. Dia sudah hapal apa saja yang akan keluar dari tenggorokan Arkhana.

"Apakah anda pikir hanya kalian yang dirugikan dengan pernikahan ini? Mau sampai kapan anda menutup mata hati kalau sekarang sudah ada Krystal di sini?!! Tidakkah anda ingin berubah demi dia? Demi darah daging anda sendiri! Ini semua tidak baik, perselingkuhan dan perzinahan anda, saya sudah muak!"

"Kamu bisa berpura-pura tuli dan buta, kan? Bukankah selama ini juga biasanya begitu? Ahh, aku mengerti. Jadi kamu sudah mulai serakah ya sekarang. Coba pikirkan lagi apakah selama ini aku melalaikan tugasku sebagai seorang suami? Apakah aku tidak memberimu nafkah lahir dan batin, apa kamu tidak puas dengan itu dan sekarang menuntut aku untuk menjadi suami yang sempurna untuk dirimu sendiri?"

Annette memejamkan mata, berusaha mengontrol emosinya, menelan semua kata-kata kasar yang ingin dia lemparkan untuk membalas jawaban menyakitkan itu.

"Untukku?" Annette tertawa, masih tidak bergerak dari posisinya. Dia terlalu muak untuk melihat wajah Arkhana.

Dengan getir Annette bertanya lagi, "Apakah anda tidak puas dengan memiliki saya dan Krystal? Dia bahkan mewarisi wajah anda, apakah anda tidak bersyukur? Anda tidak puas sampai masih membutuhkan wanita lain, apakah selama ini saya bukan istri yang baik?"

Arkhana membisu.

"Anda terus mempermainkan emosi saya, sesaat anda baik, sesaat anda sangat dingin bahkan bertingkah seperti kita adalah orang asing, terkadang juga anda memperlihatkan kepedulian. Dari semua itu, bagian mana dari anda yang nyata?"

Benang KusutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang