Part 24

682 33 0
                                    






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Nolan memandang hamparan kertas yang tersusun di atas mejanya dengan putus asa. Liburannya sudah berakhir kemarin, dan hari ini waktunya kembali beraktivitas seperti biasa.

"Dasar sekretaris sedeng! Bukannya bantuin kerjaan gue, malah nambahin."

Mulut lelaki itu terus saja mengeluarkan gerutuan sejak pagi tadi. Bagaimana tidak, Jessi-yang merupakan sekretarisnya di kantor tidak membantunya menghandle pekerjaan selama masa cuti.

Wanita itu justru sengaja bekerja dengan santai, hingga banyak tumpukkan kertas yang menunggu di selesaikan.

"Kalau enggak ingat dia taekwondo sabuk hitam, udah gue pecat."

Mata Nolan terus memindai kata per kata pada setiap lembaran kertas yang di pegangnya, hingga pintu terbuka tanpa permisi.

Ekspresi wajah Nolan berubah datar ketika melihat seseorang yang memasuki ruangan kerjanya. Ketukan heals terdengar nyaring seiring langkah wanita itu dimulai.

"Lo bisa jalan pelan-pelan, enggak? Lantai kantor gue bisa roboh hanya karena heals murahan itu."

"Heals murahan? Hello! Heals gue itu bisa beli saham di perusahaan lo," Wanita itu menjawab dengan sewot pada atasannya.

"Nyenyenye ...."

Jessi semakin kesal melihat ekspresi Om sekaligus bos-nya itu. Makin tua malah makin nyebelin.

"Sabar, Jessi ... orang sabar, makin montok." Jessi menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan secara teratur. Dia tidak boleh sampai mematahkan leher lelaki di depannya ini, masa depannya masih panjang.

"Oke, Pak ... saya hanya ingin memberitahukan bahwa meeting dengan perusahaan AW Company akan di adakan 5 menit lagi, Pak."

Setelah mengatakan itu, Jessi melangkah meninggalkan ruangan Nolan tanpa mendengar jawaban apa pun dari lelaki itu.

"Enggak ada harga dirinya gue kalau depan ponakan," gumam Nolan setelah kepergian Jessi.

***

Nolan terpaku ketika melihat seorang wanita dengan rok mini serta kemeja putih dengan kancing satu yang terbuka pada bagian atasnya.

Sejak kapan wanita itu ada dalam ruangannya?

"Kamu ngapain ke sini?" Nolan bertanya dengan sewot, membuat wanita tersebut menatapnya tajam.

Apa lelaki itu mengusirnya secara halus?

"Oh, kamu enggak suka aku di sini? Iya?"

Mendengar nada bicara wanita itu, lelaki dengan jas kantor yang sudah terlampir di bahunya menggeleng panik.

Ya, ampun! Sepertinya dia salah bicara. Jangan sampai dia tidur di ruang tamu malam ini.

"Bu--bukan gitu, Sayang. Aku cuman kaget aja, serius." Nolan berjalan dengan cepat menuju Nesa yang sedang menduduki kursi kebesarannya.

Tanpa mempedulikan ucapan suaminya, Nesa mengangkat kedua kakinya ke atas meja kerja Nolan. Membuat lelaki yang berdiri di sampingnya menelan ludahnya susah payah.

"Kamu udah makan?" tanya Nesa dengan lembut.

"Belum," Nolan menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita di depannya itu.

"Makan sekarang, mau?"

Nolan menganggukkan kepalanya dengan cepat seperti anak kecil, membuat Nesa terkekeh gemas melihatnya.

Dengan segera Nesa berdiri dan mengambil tasnya. Wanita itu berjalan dengan menggandeng tangan suaminya untuk keluar dari ruangan kerja lelaki itu.

Tanpa Nesa sadari, Nolan menghela nafas lega ketika istrinya mengajaknya makan bersama. Jujur saja, posisi duduk wanitanya sangat meresahkan. Dengan kedua kaki yang terangkat ke atas meja, serta rok mini yang wanitanya gunakan, bisa di bayangkan apa saja yang dapat dia lihat di balik pakaian itu.

"Kamu mau makan apa?" tanya Nolan ketika mereka memasuki lift menuju lantai bawah.

"Nasi goreng," jawab Nesa.

"Kok, kamu jawabannya gitu?"

Nesa memandang suaminya dengan heran. Apa dia menjawab salah?

"Kan kamu nanya, ya, aku jawablah!"

"Iya, tapi jawaban kamu salah. Harusnya kamu jawabannya terserah, kaya perempuan di luar sana."

"Kebanyakan nonton sinetron kamu!"

"Biarin!" Nolan menjawab tidak kalah sewot. Nada bicara istrinya benar-benar menjengkelkan untuk telinganya.

"Dih," ujar Nesa. Setelah itu keheningan melanda pasangan suami istri tersebut. Nesa yang sedang malas meladeni suaminya, sementara Nolan yang semakin gondok ketika tidak di bujuk oleh istrinya.

Ting!

Suara lift yang berhenti, membuat Nesa mengambil langkah maju untuk segera keluar begitu lift terbuka.

Dengan santai, wanita itu berjalan meninggalkan Nolan di belakang. Masa bodoh dengan lelaki itu, perutnya sudah terasa lapar.

Beberapa langkah lagi kakinya akan memasuki kantin, namun Nesa urungkan ketika tidak merasakan kehadiran suaminya.

Wanita dengan kemeja putih tersebut menolehkan kepalanya ke belakang. Dapat dia lihat seorang lelaki yang tertinggal jauh di belakang sana berjalan dengan wajah kesal.

"Buruan, Abang! Lari!"

"Iya ... iya." Nolan berlari dengan malas menuju istrinya.

"Abang mau makan apa?" tanya Nesa ketika Nolan berhenti tepat di sebelah kirinya.

"Terserah!" ujar Nolan dengan kesal. Tanpa membuang waktu, lelaki itu berjalan lebih dulu memasuki kantin, meninggalkan Nesa yang memutar bola matanya malas.

"Dasar cewek," gumam Nesa sebelum melangkah mengejar suaminya.




"Dasar cewek," gumam Nesa sebelum melangkah mengejar suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suami Meresahkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang