Abang, Nesa pulang!"
Teriakan nyaring diikuti suara heals membuat tiga orang lelaki tampan dengan setelan jas kantor menghentikan obrolan mereka. Beberapa saat kemudian, wanita dengan dress hitam ketat melangkah dengan santai memasuki ruang tamu rumah.
"Eh, pengangguran ... dari mana lo?" Lelaki dengan setelan jas abu abu yang pertama kali membuka suara.
"Biasa Bang, pengacara."
Lelaki dengan setelan jas abu abu tersebut mendengus ketika mendengar jawaban adik perempuannya. Pengangguran aja banyak gaya!
"Pengacara? Sejak kapan lo jadi lawyer? Jauh amat beloknya," lelaki dengan setelan jas berwarna navy bertanya dengan bingung. Setahunya, adik dari sahabatnya ini adalah lulusan manajemen bukan hukum.
"Pengacara itu ada singkatannya Bang Dave." Nesa menjawab sebari menghempaskan tubuhnya tepat di sebelah kanan lelaki dengan kemeja putih. Tanpa bisa di cegah, tangan Nesa sudah melingkar sempura pada lengan kekar pemuda di sampingnya. Benar benar agresif.
"Singkatannya apa woi! Malah mesra mesraan sama Nolan, gue dari tadi nunggu."
Nesa terkekeh mendengar jawaban kesal teman kakaknya, membuat wajahnya terlihat berkali kali lipat lebih imut.
"Singkatannya itu ... pengangguran banyak acara," jawab Nesa dengan ceria.
"Nganggur kok bangga, Nes ... Nes." Dave menjawab sambil menggelengkan kepalanya. Adik temannya ini benar benar unik.
Nesa tidak lagi mempedulikan jawaban dari lelaki berjas navy tersebut. Sekarang dia justru sibuk memeluk lengan kekar pemuda tampan di sampingnya ini, Nolan benar benar definisi pangeran Yunani untuknya.
"Bang Nolan makin ganteng deh, udah punya calon istri Bang?"
"Belum, kenapa?"
"Pas kalau gitu! Lamar Nesa aja Bang. Nesa siap jadi patner Abang menuju hari tua," jawab Nesa dengan senyuman manis yang terlihat menggemaskan di mata Nolan.
"Boleh. Kapan kamu siap?"
"Aku mah siap kapan aja Bang. Selalu ready."
"Ya udah, minggu depan Abang datang ngelamar. Kamu jangan kabur," peringat Nolan dengan nada dibuat serius.
"Oke! Kalau gitu, Nesa mau ganti baju dulu. Mau tidur." Nesa berdiri dari tempat duduknya, bersiap naik kelantai atas rumah kakaknya.
"Ingat yang Bang Nol, cara untuk memutihkan rambut kakak secara permanen cuman satu!"
Nesa kembali berucap saat berada di pertengahan tangga, dan berhasil membuat ketiga lelaki tampan di ruang tamu rumahnya kembali urung melanjutkan obrolan mereka.
"Caranya gimana Nes?" Dave kembali bertanya pada Nesa. Dalam urussan cinta, Nesa adalah panutannya. Pengangguran satu itu benar benar seperti sangat berpengalaman.
"Menualah bersama ku!"
Jawaban Nesa membuat sudut bibir Nolan terangkat tanpa dia sadari. Gadis dengan penampilan layaknya wanita dewasa itu benar benar membuatnya terhibur.
"Adek lo Bi, napsuan amat sama Nolan. Jadi ngeri gue," ucap Dave saat Nesa sudah tidak lagi terlihat di tangga.
"Gitu deh ... kalau pas kecil bukannya minum susu malah di kasi air cucian beras," lelaki dengan nama lengkap Abizar Wijaya menjawab dengan santai.
Nolan dan Dave tertawa mendengar jawaban sahabat mereka. Benar benar definisi kakak durhaka sepertinya.
***
1 minggu kemudian ....
Nesa mengernyit bingung menatap jejeran mobil pada halaman rumahnya, lebih tepatnya rumah kakaknya. Tidak biasanya kakak lelakinya itu mengizinkan orang sebanyak itu datang kerumahnya.
Meski masih heran, Nesa tetap melanjutkan langkahnya memasuki rumah. Hal pertama yang dia lihat adalah sahabat kakak laki lakinya, sepasang paruh baya yang tidak pernah dia lihat. Pakaian mereka terlihat sangat rapih, dengan batik dan juga celana kain.
"Ini ada apa Bang?" tanya Nesa begitu sampai di samping kakak laki-lakinya.
"Nolan datang ngelamar lo."
"Apa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Meresahkan
Chick-Lit"Bang Nolan makin ganteng deh, udah punya calon istri Bang?" "Belum, kenapa?" "Pas kalau gitu! Lamar Nesa aja Bang. Nesa siap jadi patner Abang menuju hari tua," jawab Nesa dengan senyuman manis yang terlihat menggemaskan di mata Nolan. "Boleh. Kap...