06. the art of parenting

314 50 6
                                    

"jisung terlihat berbeda," celetuk jeno ketika mereka selesai dengan acara makan siangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"jisung terlihat berbeda," celetuk jeno ketika mereka selesai dengan acara makan siangnya.

jeno sedang libur bekerja sekarang dengan jisung yang masih berada disekolahnya. hanya ada dua makhluk adam di apartment itu.

"kamu juga merasakanya?" renjun berbalik ketika piring kotornya sudah mengkilat.

yang ditanya mengangguk, kemudian mengambil toples berisi oreo kesukaan jisung untuk ia makan sebagai cemilan. si bongsor itu butuh pencuci mulut.

"kemarin ketika selesai mengantarkanya ke sekolah, dia mengatakan kepadaku agar tidak perlu menjemputnya, dia ingin menaiki bus bersama teman-temanya." ucap jeno, namun dahi renjun malah berkerut tidak mengerti.

"--karena aku merasa teman-teman jisung tidak ada yang menggunakan bus saat bersekolah," jelas jeno sambil mengangkat bahu. "itu sekolah elite, sayang."

"lalu apa yang ada dipikiranmu?" pria itu melipat kedua tanganya didepan dada, berusaha memfokuskan atensinya pada sang suami.

mendapat tatapan imitidasi dari renjun membuatnya menggaruk tekuk gugup, "mungkin.. dia pergi ke suatu tempat yang tidak ingin kita tahu dia berada disana?"

renjun diam tak bergeming setelah penuturan itu, jeno jadi semakin tidak percaya diri dengan kalimatnya. "arrghh! tidak tahu, anak-anak jaman sekarang mengerikan tahu!"

"kau mempercayai jisung kan?" jeno mengangguk cepat.

"tentu saja!"

"kalau begitu percaya saja!" kini giliran pria manis itu yang tidak santai dengan ucapanya, "jangan menambah beban pikiranku, oke? meskipun aku juga merasa jisung berubah sejak memasuki sekolah menengah tetapi aku yakin jisung akan memberitahu kita jika merasa kesulitan dan butuh bantuan."

ya, renjun benar. jeno tidak boleh termakan oleh asumsinya sendiri dan membuat banyak tindakan yang nantinya membuat jisung tidak nyaman dan malah semakin menjauh. mungkin ia harus sedikit bersabar karena barangkali jisung memang sedang memiliki dunianya sendiri.

"tetapi kau tidak menemukan sesuatu yang aneh kan?" sang kepala keluarga bertanya lagi untuk memastikan.

pria manis itu jadi dibuat mengingat panjang sebelum akhirnya menjawab, "tidak--atau belum untuk saat ini." sejujurnya papa muda itu juga tidak merasa yakin dengan kalimatnya.

jisung terlalu jauh untuk ia gapai saat ini. bahkan segala perhatian renjun terkadang jisung menolaknya secara halus--sang anak menutup begitu banyak hal padanya sehingga renjun tidak benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi.

sang suami melihat keraguan itu, dengan cepat ia mendekati renjun, "haruskah kita melakukan sesuatu?"

"no!" sergah renjun.

"I was told you, aku tidak mau kita menjadi orang tua yang terlalu penakut. aku tidak mau jisung tumbuh dengan rasa takut kita, aku ingin ia tumbuh dengan rasa cinta kita." renjun menelan ludahnya kasar. ada sebuah perasaan ganjal yang ia rasakan namun ia terlalu takut jika itu hanya asumsi bodoh belaka.

the cather in the ryeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang