07. dead butterflies

309 49 4
                                    

renjun menghentakan kakinya panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

renjun menghentakan kakinya panik. kuku-kuku jarinya ia gigit tanpa sadar hingga membuatnya berdarah.

ia ketakutan.

ketakutan yang membuat penyakit paniknya kambuh hingga jeno harus berusaha ekstra membuatnya tenang. ditariknya kedua tangan renjun menjauh dari mulutnya lalu digenggamnya tangan bergetar itu erat-erat.

"It's okay, renjun. everything will be alright,"

pria itu menggeleng. tidak bisa, tidak akan ada yang baik-baik saja jika jisung belum sampai pada radius matanya dalam keadaan utuh.

sejak peristiwa tadi, jisung rupanya pergi dari rumah secara diam-diam dan langsung membuat renjun juga jeno panik. kedua pria itu lantas segera memanggil polisi untuk membantu mereka mencari jisung. beruntung jisung yang masih dibawah umur langsung mendapatkan bantuan dengan cepat tanpa harus menunggu waktu selama 24 jam.

mereka sudah mencarinya kemana-mana. ke asrama sekolah, tempat jisung terbiasa bermain game, gedung les menarinya--bahkan sampai menyusuri jalanan sekitar.

"ak-aku.. bagaimana ini--" renjun mulai merasakan napasnya memendek seiring detik berjalan, matanya bergulir cepat dengan peluh yang terus menetes dari dahinya.

"hey, babe.. It's okay, he's love you. he'll be back soon. do you hear me?" renjun tidak fokus, ia mengacuhkan segala ucapan jeno. yang ada di kepalanya sekarang hanya bayangan-bayangan buruk yang terjadi.

sedangkan jeno menelan ludahnya susah payah. otaknya sudah memikirkan sebuah cara terakhir untuk membuat renjun tenang--tetapi pria bongsor itu masih ragu untuk mengambil tindakan.

setelah menit berlalu dengan cepat dan renjun yang tidak kunjung tenang. barulah jeno memilih opsi untuk memberikan renjun obat penenang yang memang ia simpan dikotak P3K diruang keluarga.

kotak itu sebenarnya sudah tidak pernah terlihat lagi akibat renjun maupun jisung sudah sama-sama sembuh dari traumanya. sayangnya, kali ini jeno harus melihatnya lagi.

selesai dengan renjun. jeno menarik napasnya lelah. tubuhnya bersandar sebentar di single sofa sembari melirik sang suami yang sudah tertidur tenang di sofa yang lain. rencanya ia akan mencari jisung lagi kali ini karena jam sudah menunjukan pukul satu malam. sedangkan bocah itu belum pulang sama sekali, jeno panik, ia khawatir, namun sebagai sosok yang menjadi tumpuan untuk renjun--pria itu tidak bisa menunjukan segala ekspresinya secara gamblang.

mereka terkadang memang harus berlawanan agar bisa saling menjadi tumpuan.

ddrttt ddrtt

dering ponsel membuat perhatianya teralih. buru-buru ia menggeser tombol hijau--berharap menemukan keajaiban disana.

"jisung bersama bibi,"

"benarkah? astaga, tuhan.. terima kasih," jeno baru bisa bernapas lega sekarang. ia tidak menyangka jisung akan pergi kesana--karena jeno bahkan tidak berani untuk menghubungi sang bibi ketika jisung menghilang.

the cather in the ryeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang