02. precious children

725 72 4
                                    

jeno mengerjapkan matanya berkali-kali, tubuh bongsornya maju untuk mengintip gedung tinggi bernuansa broken white melalui kaca mobil didepanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jeno mengerjapkan matanya berkali-kali, tubuh bongsornya maju untuk mengintip gedung tinggi bernuansa broken white melalui kaca mobil didepanya.

dengan bingung ia menoleh ke arah sang suami, "sepertinya.. aku merasa pernikahan kita sudah berjalan cukup baik sayang,"

renjun yang sedang melepas seatbelt menoleh cepat, "no, kita'kan sudah berkonsultasi sebelum menikah. aku hanya ingin menjemput jisung,"

ia lantas bersiap untuk keluar dari mobil, meninggalkan jeno yang masih belum menutup mulutnya rapat dibelakang kemudi. "jisung? apa dia sakit?"

"tidak, hanya perlu beberapa pemulihan dalam psikologisnya," kedua pasangan itu kemudian keluar dari mobil, mereka berjalan beriringan menuju ruang tunggu khusus yang disediakan oleh rumah sakit.

lee jeno masih tidak mengerti--atau pria itu memang butuh waktu sedikit lebih lama untuk mencerna apa yang terjadi. tak apa, renjun memahaminya dan sudah terbiasa dengan otak lambat suaminya. tanpa diminta, renjun menarik sang dominan untuk duduk disampingnya, mulai menjelaskan mengenai detail yang terjadi agar jeno cepat mengerti.

"saat itu bibi bercerita jika terkadang Jisung mengalami beberapa mimpi buruk, itu membuat tidurnya terganggu dan nilai sekolahnya turun drastis. bahkan ketika melihat darah sekecil apapun, jisung akan berteriak tidak terkendali. jadi itu sebabnya aku berniat membantu bibi dengan membawa jisung kemari."

"sudah berapa lama?"

"belum lama, tiga minggu mungkin? itu saja dia datang hanya setiap hari sabtu."

"kamu tidak mengatakanya kepadaku?"

renjun terdiam, kemudian menggeleng, "aku hanya merasa itu bukan sesuatu yang harus aku beritahu kepadamu? I'm sorry, because i think this help is the same as i give help to other children. jadi ini bukan apa-apa,"

jeno lantas mengangguk mengerti, "tapi aku akan mengambil alih tugas ini jika kita berhasil membawa jisung pulang, tidak masalah kan?"

pemuda manis itu tersenyum tulus, "just do it, lagipula itu meringankan beban kantongku." lantas ia tertawa terbahak-bahak ditempatnya.

"okay, I'm regret it."

renjun semakin tak kuasa menahan tawa ketika jeno merajuk dengan membalikan badanya membelakangi tubuhnya. ia menggeleng, sikap bocah milik jeno ditunjukan ditempat yang tak terduga. ditambah lagi jeno dengan badan setinggi seratus tujuh puluh tujuh sentimeter--sangat konyol.

"papa!" renjun menghentikan tawa. teriakan itu mengalihkan atensi kedua pria yang sempat sibuk dalam dunia mereka.

bola mata hitam itu membulat penuh bintang, renjun merentangkan tanganya lebar-lebar ketika ia menangkap sesosok bocah setinggi perutnya yang berlari dengan mata boba menggemaskan.

"jisungie!" ia mengusap rambut mangkuknya ketika bocah itu mendekat. pipi gembul yang selama ini menjadi idamanya, ia cubit pelan.

"bagaimana kabar hari ini?"

the cather in the ryeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang