Bab 02

1.5K 89 0
                                    

Pagi itu seperti biasa Taeyong akan menyiapkan segala keperluan keluarganya dengan sangat telaten seperti menyediakan sarapan, baju seragam ketiga anaknya serta jas dan kemeja untuk suaminya.

Memiliki tiga anak remaja yang hanya berselisih usia satu tahun membuat Taeyong harus ekstra sabar menghadapi sikap ketiganya yang terkadang suka turun naik terlebih mereka sedang memasuki masa pubertas. Saat Taeyong mencurahkan segala gundah hatinya mengenai ketiga putranya pada sang suami, Jaehyun hanya memberikan respon sederhana yaitu, biarkan saja itu wajar diumur mereka sekarang. Yah seperti itulah kurang lebih.

Setelah menyelesaikan sarapan ketiga Jung junior itu segera melesat masuk kedalam sebuah mobil hitam yang sudah terparkir didepan rumah, sebelumnya mereka sempat mencium pipi dan memeluk ibu mereka, itu sudah seperti menjadi sebuah kebiasaan saat mereka akan berangkat sekolah.

Jaehyun yang mendapat giliran paling akhir hanya bisa tersenyum melihat istri cantiknya itu di monopoli oleh ketiga anaknya sendiri.

"Mau aku kirimkan bekal makan siang?"

"Tentu, kalau kau tidak sibuk."

Taeyong menggeleng sebagai jawaban ia lantas menepuk-nepuk bahu suaminya dan membetulkan letak dasi hitam bergaris merah itu seraya berkata, "sudah beres, suami ku ganteng sekali sih."

Jaehyun mendengus sambil menahan senyuman, pagi-pagi sudah menggombal tapi Jaehyun suka itu karena apapun yang Taeyong lakukan Jaehyun akan tetap menyukainya.

"Sudah sana berangkat jangan senyum-senyum seperti itu nanti telat." Taeyong menepuk pelan lengan kekar Jaehyun yang tadi tengah meremat salah satu tangannya dengan lembut, dia tau apa arti dari tatapan mata si dominan itu.

"Sudah dong mesra-mesraannya nanti kami terlambat nih." Sahut si tengah dengan wajah mengejek.

Jaehyun yang sedang mendekatkan wajahnya pada Taeyong sontak saja langsung berhenti dan menoleh kebelakang dimana ketiga bocah remaja itu tengah menatapnya dengan sebal.

"Dad, kalau ujian matematika ku hari ini jelek itu berarti salah daddy ya!" Seungchan menimpali dengan mata malas. Memang apa hubungannya hasil ujiannya jelek dan ayahnya. Dasar anak itu.

Jaehyun mendengus lagi sementara Taeyong terkekeh pelan, ia mengangguk dan terpaksa membalikan tubuh bongsor suaminya itu agar segera berangkat dari sana. Sepertinya Jaehyun harus rela tidak mendapatkan bagian rutinitas cium-cium paginya hari ini.

"Jangan banyak drama nanti mereka bisa marah lagi."

Setelahnya barulah Jaehyun masuk kebalik kemudi disisinya ada si sulung yang tengah bermain ponsel, matanya tanpa sengaja melihat kelayar benda pipih yang sepertinya sedang melakukan obrolan dengan seseorang diseberang sana.

Mark yang merasa diperhatikan langsung menoleh dan mematikan layar ponselnya, dengan wajah bersungut-sungut ia memasukan benda pipih itu masuk kedalam tas gendong yang sedang ia pangku saat ini.

"Dad, itu tidak baik ya." Katanya sambil melengos menatap keluar jendela dimana masih ada Taeyong yang sedang mengelus surai hitam Seungchan lewat jendela kursi belakang.

Sementara Jaehyun hanya terkekeh pelan, menepis kemungkinan kalau orang yang sedang melakukan obrolan dengan anak sulungnya itu adalah pacarnya.
Ia kemudian memutar kunci serta menginjak pedal gas hingga mobil sedan hitam itu perlahan maju kedepan meninggalkan Taeyong yang tengah mengulum senyum dan melambaikan tangannya pada mereka berempat didepan teras.

.
.
.
.

Sesampainya didepan gerbang sekolah besar itu Jaehyun menoleh pada ketiga anaknya yang sedang bersiap keluar dari mobil, Mark yang duduk disebelahnya menoleh sebentar,

SAVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang