Bab 26

1K 62 3
                                    

Ketika matahari sudah melewati batas kepala, Taeyong sampai di pelataran rumahnya. Ia menginjak pedal rem dan menarik tuas rem tangan lalu mematikan mesin mobilnya.

Sebelum ia keluar dari dalam mobil, lelaki cantik itu menarik napas dalam seraya memantapkan hatinya.

Rasanya sudah lama sekali dia tidak pulang kerumahnya sendiri, terasa asing namun juga penuh akan kenangan.

Semalam saat Jaehyun pulang, dia sempat berbincang dengan lelaki itu dan mengatakan kalau ingin menjual rumah impian yang dulu sangat ia dambakan tersebut. Menurut Taeyong, rumah ini terlalu banyak menyimpan rasa perih mengingat kejadian yang menimpa anak keduanya.

Taeyong tidak ingin mengingat hari tragis itu lagi. Senja dimana ia menyuruh Jeno untuk menjemput Seungchan di lapangan depan yang akhirnya berujung dengan tragedi penculikan itu terjadi.

Langkah kaki Taeyong perlahan masuk kedalam rumah saat dia mendorong daun pintunya.

Alat penyadap di sana sudah dilepas beberapa hari lalu oleh beberapa anggota polisi. Dan saat Taeyong berjalan menyusuri ruang keluarga, lelaki bermata doe itu berhenti sejenak di depan sebuah kabinet berwarna cokelat kayu.

Di sana terdapat beberapa bingkai foto yang berderet dengan berbagai macam ukuran, ada yang kecil, sedang bahkan agak besar.

Tangan dengan jemari lentik itu berhenti di sebuah bingkai foto masa lalu anak-anaknya, itu adalah foto Mark yang sedang tersenyum lebar dengan gigi tengahnya yang ompong sambil memegangi sebuah tropi. Bibir Taeyong terangkat tanpa sadar, itu adalah foto yang di ambil saat Mark baru saja lulus TK.

Dengan baju dan topi toga berwarna keunguan bocah yang saat itu baru berusia 6 tahun tersenyum begitu cerah.

Taeyong kembali meletakan foto itu pada tempatnya lalu beralih pada bingkai yang ada di sebelahnya. Foto yang di ambil beberapa tahun lalu saat anak-anak masih SD. Mereka tengah berpose santai dengan celana pendek dan kaus di sebuah pantai, ada Seungchan yang memeluk sebuah bola pantai berwarna-warni serta Jeno yang sedang menenteng ember kecil berisikan sekop dan Mark yang tengah menjulurkan lidah sambil membentuk huruf V dengan kedua jari tangannya.

Gambar dalam foto itu membuat Taeyong tak kuasa untuk tidak melebarkan senyumannya. Ia ingat akan momen berharga itu, saat musim panas dan Jaehyun libur dari pekerjaannya lalu mengajak anak-anak mereka bermain di tepi pantai bersama.

Ia kemudian memeluk foto itu seraya memejamkan mata. Ada perasaan hangat yang entah kenapa tiba-tiba saja muncul saat Taeyong mengingat kenangan-kenangan manis tersebut. Ingin sekali rasanya dia mengulang semua kejadian lampau yang sempat ia lewati bersama keluarganya itu.

Setelah menaruh lagi bingkai foto diatas kabinet, Taeyong kemudian menengadah dan memandang sebuah foto besar yang dipasang di dinding tepat diatas kabinet tadi.

Itu adalah foto keluarganya saat anak-anak nya masih kecil. Mereka duduk lesehan di atas sebuah karpet beludru berwarna merah bata dengan pakaian yang sama. Celana cokelat dan kemeja satin berwarna putih susu. Foto itu diambil di sebuah studio foto yang ada di kota mereka.

Ada Jaehyun yang sedang memangku Jeno di atas pahanya sedangkan disebelahnya ada Taeyong sendiri dengan tangan yang sedang menimang Seungchan yang masih bayi serta Mark yang duduk ditengah-tengah kedua ayah dan ibunya sambil tersenyum manis.

Sebuah potret keluarga bahagia yang sangat Taeyong rindukan. Ia ingin mengulang semua kejadian itu, tetapi apakah mungkin?

.
.
.
.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Seungchan menemukan sosok ibunya yang sedang berdiri dengan seorang guru di koridor sekolah. Ia kaget, mengapa tiba-tiba saja ibunya itu ada di sana.

SAVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang