Bab 08

923 65 1
                                    

Raut wajah Jaehyun mendadak tegang begitu mendengar suara asing di seberang sambungan.

Dahinya mengernyit tajam tanpa memperdulikan kekehan pelan yang dia dengar.

"Siapa kau?"

"Iya yah, karena sudah lama sekali kau pasti sudah lupa pada ku." kalimatnya terjeda saat hembusan napas pelan terdengar dari sana, "mungkin sepuluh atau dua belas tahun yang lalu ya kita bertemu, tapi aku masih sangat ingat pada mu."

"Sebenarnya siapa kau?" Jaehyun mendesis tegas.

Taeyong yang berdiri disamping terlihat begitu cemas saat dilihatnya raut wajah sang suami berubah menjadi begitu tegang.

"Jangan galak-galak begitu dong, nanti cepat tua."

Jaehyun menggeram pelan kala mendapati lawan bicaranya malah bertele-tele seperti itu.

"Aku bilang siapa kau dan apa ma-"

"Kau sedang mencari anak mu?"

Omongan Jaehyun terpotong begitu seseorang di seberang sana mendadak berucap dengan nada dingin, jauh berbeda dengan nadanya di awal sambungan telepon tadi.

Jaehyun terdiam begitu si orang asing  menyebutkan hal yang sekarang sedang menjadi persoalan dalam keluarganya.

"Dengar Jung Jaehyun, anak mu sedang bersama ku sekarang. Tapi maaf, sepertinya sekarang dia sedang tidur jadi kalian tidak bisa bercakap-cakap."

Ada kekehan pelan di akhir kalimatnya dan itu tentu saja membuat Jaehyun menggeram marah.

Urat-urat kehijauan dilehernya terlihat begitu jelas hingga membuat Taeyong meraih satu lengannya yang bebas dan merematnya.

"Apa yang kau lakukan pada putera ku, huh?"

"Simple kok, cuma mengajaknya jalan-jalan bersama beberapa bawahan ku. Oya, anak mu itu mirip sekali ya dengan mu. Siapa namanya? Eum, Jeno?" dia tertawa renyah, tidak menyadari jika sejak tadi gagang telepon yang sedang Jaehyun genggam hampir remuk karena menahan emosi.

Jaehyun mengernyit tajam. Jalan-jalan, katanya?

"Kembali kan putera ku!" Jaehyun menjawab dengan nada dingin namun penuh dengan tekanan.

"Huh, apa kau bilang? Kembalikan? Aku bahkan harus mengintai mereka selama berminggu-minggu untuk mencari peluang yang tepat agar aku bisa mengajak salah satu dari mereka pergi seperti ini."

"Apa maksud mu, hah!"

"Duh, kan aku bilang jangan marah-marah nanti cepat tua!"

Jaehyun menggeram marah, sudah habis kesabarannya meladeni orang asing yang sekarang sedang berbicara via telepon dengannya tersebut. Apalagi dia menyebut-nyebut sedang bersama dengan Jeno.

"Ya sudah kalau begitu, nanti aku kabari lagi kalau anak mu sudah bangun. Sampai jumpa jaksa Jung."

Jaehyun berteriak marah ketika sambungan telepon diputus secara sepihak oleh si orang asing. Ia remas gagang telpon berwarna hitam itu dengan deru napas tertahan akibat menahan emosi dan meletakan benda itu pada tempatnya lagi dengan sedikit menghentak.

Bahkan dia melupakan kehadiran Taeyong yang sejak tadi berdiri disebelahnya sambil memegangi satu tangannya.

Si submisive itu terlihat bergetar dengan mata berkaca-kaca.

"Jaehyun, siapa tadi? Kenapa kau marah-marah dan apa orang itu sedang bersama Jeno?"

Jaehyun menoleh dan melihat betapa cemasnya wajah Taeyong.

SAVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang