Hi,
I am human. A life. With nothing to shame.
23 is a journey that I've led. 2 months next will be 24.
Hahaha seram. Memang itulah waktu. 23 perjalanan yang mungkin sebagian orang pernah merasakan dan sebagian tidak pernah. Aku bukan berasal dari keluarga yang utuh. yes i do both my parents. Utuh disini adalah arti dibalik kata "keluarga". Lahir dari kedua orang tua yang belum cukup dewasa untuk memiliki sebuah sosok baru di kehidupan mereka, keuangan yang belum stabil, jati diri masing-masing yang masih suka mencari hal "baru" yang mana menyakiti salah satu pihak karena keegoisan untuk "mencari".
Kehidupan itu seperti permen nano-nano. Kadang bahagia, sedih, perih, jahat, dan tenang. Kata orang, dewasa sebelum waktunya. Kata aku, melihat dunia dari berbagai sisi. Akan menjadi luka yang mendalam dan akan menjadi noda yang tidak bisa hilang. Tergambarkan dengan jelas bagaimana aku bersenyum, tertawa lepas bak memang seperti anak pada umumnya. I was a happy kid. Aku tahu aku ada dikeluarga yang tergolong keras. Mungkin semuanya sudah dirasakan tetapi aku menganggapnya 'kewajaran' sosok orang tua dalam mendidik. Sumpah serapah yang masih sangat nyata dan noda yang paling sakit tidak ada kejelasan waktu kapan akan hilang. Perbandingan yang terbilang 'wajar' terus di lontarkan. Perbedaan yang menjadikan aku sebagai sosok dari perbandingan tersebut. Terbangun untuk diri sendiri. Senang untuk diri sendiri. Yes, I love food because it's comforting. Betapa senangnya aku melihat makanan. Cacian pun terdengar ketika aku menyuapkan makanan. Memang untuk usiaku pada saat itu, berlebihan. Tetapi mereka yang memulai, mereka pula yang menyalahkanku.
I felt different. I felt pushed. I felt happy. Menjadi sosok yang paling istimewa pada masanya dengan tempaan, capek. fulfilled their hopes. Pertemanan adalah lingkungan yang sangat mengerikan. Aku berbeda, candaan yang ku balut dengan tawa. Masa pertembuhan dimana mempunyai kehidupan pertemanan yang indah, tapi perbedaanlah yang membuat jarak diantara keindahan itu. no one wanted to be my friend. however, i was still be friend with them with lie in my head. Perjalanan kaki yang cukup jauh dengan beban dipunggung, tumpukan kertas tebal dengan berbagai tema. Ditempuh dengan sendirian di tengah teriknya matahari dan derasnya hujan. I was trying my best at that time. I didn't know if it was a lonely. Masa tersebut, masa dimana mungkin beban belum terasa berat.
I didn't wanna stay at home. I hate to sleep with my dad at that time. Hearing all the proof. Slowly but firmly tears came down to my face. Feel betrayed. Feel scared. Why do i have to witnessed this thing? Why am i be the first person to know?. Kalian tau bagaimana rasanya dikhianati? I felt that. Di tusuk-tusuk sampai kalian susah untuk bernafas dan tanpa disadari bantal yang kalian tiduri basah akan hal tersebut. Bukan hanya satu kali, berkali-kali. Teriakan demi teriakan aku dengarkan. Pintu adalah temanku kala itu. I closed the door. I shut my life ever since. Then it opened again. Fanboy yang menghidupkan kembali hidup. Punya seseorang yang di segani dan hanya bisa berharap mukjizat muncul hahaha. Dasar anak kecil. Impian kecil demi impian ludes terbakar realita. Tapi aku percaya Tuhan ada di setiap jalanku. I prayed harder just to get what i want. Malu sama Tuhan, Pasti. But that's what most people do. No my wish but my parent wish just made them happy. Tho i wished they were. I didn't belonged there. Kami tidak terikat dan lelah. Perpindahan terus ada disisiku. Indahnya suatu perpindahan, melihat perbedaan, baru, awal mula. Disana mulai mencari aku ini siapa? apa yang aku inginkan? perasaan suka dengan lawan jenis? I was just shut my mouth. Getting crazy with 'friends'. Yes I had friends, finally. Kami bercerita, berjalan, melakukan aktifitas pertemanan pada umumnya. I was happy, no burden at all. i felt whole. Tetap saja, i felt ugly. Mengikuti gaya, trend, dan apa yang membuat aku cantik? Cantik dengan sosok yang nyaman dilihat dengan keindahan yang mereka pancarkan. I found my cantik and felt confident.
Nothing much happened in that era. Aku percaya diri dengan kemampuanku. Dimana terkadang diremehkan tetapi tempaan yang selalu ku terima dimana sudah menjadi 'kebiasaan' yang aku butuhkan sebagai pemanasan. Tempaan makin menusuk. Makin sakit tapi entah kenapahanya sebagai lauk dari suapanku tiap harinya. I am different. I had limited to grow. I only had one life whom appreciate me whole. Even she with her temper, but i knew she cheered me up better than them. Waktu merenggut semuanya dengan cepat. Membuatku belajar rasa sakit dari rasa sayang yang tumbuh. Cinta pertama? I haven't found yet. Mungkin aku bisa cari dimasa remaja-dewasa ku dima aku berkembang menjadi seorang wanita. Melihat para lelaki yang sudah menunjukkan jati dirinya. Rasa suka yang tumbuh. Suka dalam diam. Tiap di jam 9 pagi, itu adalah moment yang aku tunggu untuk melihat seseorang yang mungkin sudah membuat aku berbeda dan ingin lebih terlihat menarik. It was my first like. Semesta menyetujui harapan tiap jam 9 pagiku dengan menyatukan kami disatu moment. We were getting closer with our made up nickname. I felt happy. everyday was my happy day. Getting closer with him, but nothing happened. We were just a friendzone which also my fault that didn't have much courage to spill it out. Yes, it just me.
-11:50
![](https://img.wattpad.com/cover/315976416-288-k443378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How's Life?
AdventureRandom night story of mine which might bore you with my life. However I'm seeking of my own happiness, love, and what's the meaning of life. I'm kind a bad at writing, then I apologize at first. So Welcome Find your meaning!