Haloo
Welkambekk
Selamat membaca ❤️🖤
***
Ruang tamu di kediaman Conrad tampak hening walaupun ada tiga sosok manusia di sana. Mereka baru saja melakukan ritual makan malam seperti biasanya, namun bedanya kali ini suasana terasa mencekam bagi Carra. Gadis itu awalnya berniat untuk segera berdiam diri di dalam kamar setelah makan malam berakhir, namun rencana tinggallah rencana, kini ia ditatap horor oleh kedua orang tuanya, dirinya seperti akan disidang.
“Kenapa berteman dengan Emely?” Satu pertanyaan yang dilontarkan oleh sang ibu membuat lidah Carra terasa kelu. Ia tidak tahu harus menjawab seperti apa, jelas saja dia menyadari kesalahan yang telah ia perbuat.
“Kau pasti sudah melihatnya pagi tadi ketika kuperingatkan untuk menjauhi dia dan komplotannya. Kenapa harus membangkang?”
Oh ayolah. Carra membenci ibunya jika sudah seperti ini. Bisakah ibunya bersikap seperti ibu-ibu pada umumnya. Carra mengakui ia bersalah dan siap disidang, namun cara ibunya mengintrogasi bukan seperti seorang ibu pada anaknya. Lebih terkesan seperti seorang buronan yang baru saja ditangkap.
Sementara Jacob Conrad belum bersuara. Sebagai ayah dari Carra, Jacob harus bertindak adil. Jika Ivana lebih dulu mengintrogasi maka ia harus tenang, setidaknya itulah yang dapat ia lakukan untuk menunjukkan sisi baik seorang ayah.
“Aku satu kelas dengannya, dan aku rasa tidak ada salahnya jika berteman dengan Emely,” Suara Carra terkesan takut ketika menyatakan pendapatnya.
“Itu bukan alasan yang tepat. Besok kau akan pindah kelas.” Ucap Ivana tegas.
Carra terperanjat, “Aku tidak suka jika Ibu seperti ini. Apa salah jika aku berteman dengannya?”
“Jelas salah. Kau tahu pekerjaanku apa. Aku seorang konselor yang harus menentang anak-anak nakal. Apa jadinya jika anakku sendiri yang masuk ke dalam golongan anak nakal?”
Carra ingin menangis mendengar ucapan ibunya. Sedari kecil ia telah hidup di bawah tekanan ibu dan ayahnya. Dirinya dituntut sempurna dan kedua orang tuanya tidak menerima kelalaian. Pernah sekali sewaktu masih berada di bangku sekolah menengah pertama, Carra membolos di kelas matematika karena mengikuti rombongan temannya yang ingin menonton pameran. Alhasil sepulang dari acara pameran, Carra langsung diputuskan untuk homeschooling. Sejak saat itu jangkauan pertemanannya jadi terbatas, Carra hanya berteman dengan dua orang yang tentunya harus lulus seleksi kedua orang tuanya. Dan kini sepertinya Carra mulai merasa jengah, ia mulai bosan jika dikekang seperti ini. Dirinya merasa ia harus bebas berteman dengan siapapun, lagi pula dia sudah cukup untuk membedakan mana yang seharusnya ia lakukan dan tidak.
“Baik kuberi dua pilihan. Pindah kelas atau tetap di kelas yang sama namun menjauhi komplotan perusuh itu?”
Rasanya Carra ingin memberontak ketika Ivana menyodorkan dua pilihan yang tidak ingin ia pilih salah satunya.
“Kamu seharusnya tidak membolos di hari pertama,” Jacob akhirnya ikut buka suara, dan Carra benci itu. Dirinya merasa seperti diadili karena kasus kriminal. Dirinya hanya seorang siswa biasa yang tidak mungkin bersih dari catatan merah. Membolos sekali dua kali adalah hal wajar bagi kebanyakan pelajar.
Carra berdiri dengan tangan terkepal, “Aku tidak akan memilih apapun. Aku akan tetap di kelas yang sama dengan Emely dan akan tetap berteman dengannya.”
***
Carra kembali ke kamar dan merutuki nasibnya. Kali ini ia merasa bahwa tindakan yang dilakukannya tidak sepenuhnya salah, juga tidak dapat dibenarkan. Carra hanya ingin sekali ini saja untuk dapat merasakan jadi anak yang normal, jadi remaja pada umumnya yang pergi ke sekolah lalu bergaul dengan teman-teman tanpa pandang bulu, lalu bermain di waktu senggang ketika pulang sekolah atau hari libur. Demi Tuhan, Carra bosan dengan hidupnya, dua orang yang menjadi temannya selama ini adalah orang yang sama-sama dituntut untuk menjadi sempurna, sama seperti dirinya. Dilarang ini itu dan dibatasi banyak aturan. Rasanya kali ini Carra benar-benar ingin membantah dan melakukan apa yang ia inginkan. Katakan saja dia ingin masa remajanya normal seperti remaja lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLLYWOBBLES
Teen FictionIni kisah Cara-putri dari pasangan suami istri yang kerjanya memerangi pemuda nakal serta sangat membenci kelompok Wolfgang- bersama Keifer, si biang masalah yang dibenci oleh orang tua Cara.