8

10 0 0
                                    

Carra mematung dengan tubuh kaku di depan rumahnya, ia begitu kedinginan namun enggan untuk masuk ke dalam tempat yang katanya sarang dari kehangatan itu. Dia masih duduk tenang di atas motor, begitu pula dengan Morgen. Pengawal pribadinya itu hanya diam sedari tadi di pantai hingga kini, tak ada pembicaraan sama sekali. Carra seakan bisu, sifat cerewetnya seperti telah tenggelam di laut tadi.

"Turunlah, Nona Carra." Morgen akhirnya memutuskan untuk buka suara. Ia tahu Carra kedinginan, begitu juga dirinya. Carra memeluknya erat sedari perjalanan hingga saat ini, seakan menyalurkan rasa dingin sekaligus takut yang amat besar.

Carra menggeleng lalu perlahan tangannya ia jauhkan dari pinggang Morgen. "Aku takut." Cicitnya dengan suara bergetar.

Morgen menghela napas panjang. Tadi sore saja ia begitu cerewet, melarangnya ini itu, kini menjadi diam seperti akan dieksekusi.

"Saya akan menemanimu ke dalam, Nona. Kau kedinginan."

Carra meremas ujung lengan jaket kebesaran milik Morgen yang membungkus tubuhnya. "Mereka akan memarahiku." Carra berujar dengan suara bergetar, hampir menangis.

Morgen menolehkan kepalanya berusaha mengintip gadis itu dari balik bahunya. "Maaf, Nona. Saya juga kedinginan, bisakah kita masuk ke rumah dan mengganti pakaian?"

Carra menggeleng lagi. "Aku takut."

Entah keberanian dari mana, Morgen meraih tangan Carra yang bergetar di atas paha gadis tersebut, menggenggamnya erat. "Saya sudah mengatakan tadi di pantai, saya akan menjamin keselamatan Nona jika pulang bersama saya. Jadi sekarang Nona aman, orang tua Nona belum pulang."

Mendengar pengakuan Morgen, Carra langsung memukul punggung sang pengawal. "Ck, jika tahu orang tuaku tidak ada di dalam aku sudah masuk dari tadi!" Kesalnya lalu turun dari motor dan berlari masuk ke dalam rumah. Morgen menarik sudut bibirnya melihat tingkah sang Nona.

***

Sesaat setelah Carra pergi bersama Morgen, Keifer pun bergegas pergi dari pantai, pulang ke rumah dan berganti pakaian. Suasana hatinya mendadak suram, ia tidak menyukai keberadaan Morgen. Pengawal pribadi Carra itu kini masuk dalam jajaran orang yang ia benci seperti Ivana Wendall dan Jacob Conrad.

"Ada apa, Bung? Kau sepertinya baru saja diputuskan oleh seorang gadis." Suara Luke menyambut kedatangan Keifer di markas Wolfgang. Keifer tak menggubris, ia dalam mood yang tidak baik.

"Hei ada apa, Kawan?" Kali ini Simon yang bertanya.

Semua anggota Wolfgang yang berada di ruangan itu turut diam ketika Keifer tak kunjung menjawab pertanyaan yang sama yang diutarakan oleh Luke dan Simon.

"Bagaimana dengan The Ignate?" Keifer mengganti topik yang dinantikan oleh teman-temannya dengan topik lain.

"Dendrinck tidak masalah dengan berita bohong yang kita sebar. Ia juga rupanya senang melihat Jacob Conrad kelimpungan. Ah ya, sebagai ganti Dendrick ingin Wolfgang membantu The Ignate melawan Flamboyan." Simon memberikan informasi dengan tenang.

Keifer mengangguk setuju. "Kabari Dendrick, kapanpun ia butuh bantuan, Wolfgang siap membantu."

Dendrick adalah ketua dari The Ignate, sebuah komplotan anak remaja sama seperti Wolfgang. Antara Wolfgang dengan The Ignate awalnya merupakan musuh bebuyutan, hingga pada akhirnya kedua geng tersebut memilih untuk berdamai dan saling membantu jika ada yang membutuhkan, simbiosis mutualisme istilahnya.

Siang tadi Keifer menyuruh Simon untuk menyebarkan informasi terkait tawuran yang akan berlangsung antara Wolfgang dan The Ignate, tentu saja berita itu bohong, dan ditujukan untuk mengelabui Jacob Conrad. Keifer memang sosok yang penuh kelicikan, ia memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin.

COLLYWOBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang