5

16 0 0
                                    

Halooo

Ada yang udah baca sampai part ini??

Selamat membaca 🖤❤️

***

Seseorang pernah berkata, bahwa setiap tindakan yang dilakukan harus mendapatkan balasan, entah itu balasan yang baik maupun bukan. Terkadang ketika akan melakukan suatu hal, seseorang perlu mempertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan apa yang akan dilakukannya. Namun terkadang, sebuah keputusan dibuat dengan ketidakadilan, seperti yang dilakukan orang tua Carra padanya saat ini. Carra diputuskan untuk kembali homeschooling dan penambahan dua les di luar pelajaran dari gurunya. Kedua orang tuanya menambahkan les tambahan guna mencegah waktu luang Carra di akhir pekan. Mereka tidak ingin memberi waktu senggang kepada Carra untuk sekadar berlibur di hari weekend.

Bisa dihitung, sehari Carra hanya memiliki waktu luang ketika akan menjelang tidur, itu pun ia musti mengerjakan tugas dari guru privatnya. Tubuh Carra terasa lelah setelah satu minggu ini menjalani kehidupan barunya. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah jika bukan untuk ke tempat les, bahkan dirinya memiliki pengawal pribadi saat ini. Segala aktivitasnya di luar kamar selalu dipantau, tak ada yang luput dari pengetahuan kedua orang tuanya. Ponselnya disita, setiap hari yang ia lakukan untuk membunuh kebosanan adalah dengan membaca buku. Tak ada kegiatan lain yang bisa ia lakukan, semuanya dibatasi oleh Ivana dan Jacob.

Carra termenung di meja belajar. Semua tugasnya sudah ia selesaikan, saat ini ia hanya butuh sedikit hiburan. Jika diingat-ingat maka seminggu ini ia tak pernah bertemu dengan yang namanya teman, jujur saja ia ingin kembali ke Clodovoe dan bertemu Emely serta Keifer.

Ketukan di kaca balkon mengalihkan perhatian Carra. Gadis itu merasa deja vu. Satu-satunya orang yang pernah mengetuk kaca balkon kamarnya adalah Keifer, dan entah kenapa Carra mengharapkan pria itu yang berada di balik pintu berhalang gorden putih itu.

"Hai,"

Carra tersenyum senang. Akhirnya ada yang mengunjunginya juga setelah satu minggu berlalu.

"You good?"

Carra menggeleng keras tentunya. Dia jauh dari kata baik. Dirinya diforsir begitu banyak oleh peraturan yang dibuat orang tuanya. "Aku lelah."

Keifer meletakkan paper bag yang dibawanya ke atas meja. Ia duduk di ranjang dengan tenang. "Makanlah, aku tahu kau merindukan makanan seperti itu."

Carra terkekeh, benar kata Keifer. Dirinya merindukan kue coklat dan eskrim.

"Bagaimana di Clodovoe?" Tanya Carra di sela acara mengunyahnya.

"Seperti biasa, berjalan normal. Ibumu tetap memerangi kami, namun kurasa dia lebih banyak membenciku setelah malam itu."

Bagaimana Ivana Wendall tidak semakin membencinya? Selama ini Keifer bermasalah di luar saja sudah sangat dibenci oleh Ivana, apalagi bermasalah dengan putrinya dan di dalam rumahnya.

"Hukumanmu?" Tanya Carra hati-hati. Semenjak malam itu dia tidak pernah mendengar kabar tentang Keifer lagi, bahkan ia menunggu informasi tentang hukuman yang didapat Keifer setelah tertangkap basah berada di kamarnya.

"Ayahmu melaporkanku ke kantor polisi dengan tuduhan menyelinap masuk tanpa izin. Tapi sepertinya aku bernasib baik, polisi membebaskanku karena menduga kita adalah sepasang kekasih dan aku datang ke rumahmu karena kau yang mengundang." Jelas Keifer dengan enteng. Pria itu merasa tidak sepenuhnya bersalah, Carra tidak menolak ketika dia menanyakan posisi kamar dan mengatakan akan datang malam nanti.

"Kuharap kedatanganmu kali ini tidak berakhir sama."

Keifer tak menyahut. Ia sibuk memperhatikan bagaimana Carra begitu senang mengunyah kue coklat yang ia bawa. Keifer akui, Carra itu cantik, bahkan ketika makan dengan tidak anggun pun gadis itu tetap cantik. Seperti kata orang-orang, jika sesuatu itu asalnya sudah cantik, maka bagaimanapun bentuknya ia akan tetap cantik di mata orang yang mengaguminya.

COLLYWOBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang