Lost of Memory 5

10 0 0
                                    

Saat pulang sekolah, entah mengapa Jiyeon merasa ada sesuatu yang berbeda dengan oppanya. Namja yang biasanya luar biasa narsis membanggakan dirinya sendiri kini malah diam seribu bahasa. Seharusnya namja itu senang karena timnya berhasil memenangkan pertandingan, namun ekspresi yang ditunjukkannya benar-benar jauh dari kata bahagia. Apalagi saat ini Myungsoo terlihat seperti sedang mendiamkannya.

"Oppa gwaenchanayo?" tanya Jiyeon cemas dengan sikap Myungsoo yang seperti sedang marah.

"Ne" sahut Myungsoo agak ketus.

"Kenapa daritadi kau diam saja?" tanya Jiyeon lagi.

"Wae?" tanya Myungsoo balik, masih saja dengan nada yang terdengar ketus.

"Kau....sepertinya sedang tak enak hati, ne? Seharusnya kau senang tim mu menang oppa" ujar Jiyeon.

"Apa itu penting, sudah seharusnya tim kami menang" sahut Myungsoo dingin.

"Aish...oppa kau benar-benar menyebalkan. Jika tau seperti ini tak seharusnya aku datang mendukungmu" gumam Jiyeon merutuki sikap Myungsoo yang cenderung aneh menurutnya. Namun Myungsoo tak memperdulikannya sama sekali membuat Jiyeon ikut kesal.



Myungsoo POV

Sejak pulang sekolah, aku sengaja mendiamkan Jiyeon, yeoja yang telah menjadi yeodongsaengku sejak beberapa tahun yang lalu. Aku tahu kalau Jiyeon pasti merasa heran dengan sikapku ini karena biasanya setelah memenangkan pertandingan aku selalu menyombongkan kehebatanku lalu mengajaknya makan es krim untuk mengajaknya merayakan kemenanganku. Namun kali ini berbeda, aku mendiamkannya karena aku merasa kesal dengan yeoja yang kini ada di boncenganku ini.

"Oppa gwaenchanayo?" tanya Jiyeon sepertinya mulai sadar kalau aku mendiamkannya.

"Ne" sahutku agak ketus.

"Kenapa daritadi kau diam saja?" tanya Jiyeon lagi.

"Wae?" tanyaku balik, masih saja dengan nada yang terdengar ketus.

"Kau....sepertinya sedang tak enak hati, ne? Seharusnya kau senang tim mu menang oppa" ujar Jiyeon.

"Apa itu penting, sudah seharusnya tim kami menang" sahutku dingin.

"Aish...oppa kau benar-benar menyebalkan. Jika tau seperti ini tak seharusnya aku datang mendukungmu" gumam Jiyeon merutuki sikapku namun sama sekali tak kupedulikan. Dan aku yakin saat ini dia pasti juga kesal padaku.

Aku terus saja mengayuh sepedaku menuju rumah tanpa memperdulikan Jiyeon yang terus saja merutuki sikapku padanya.

Sebenarnya aku pun tak mengerti dengan diriku sendiri kenapa aku menjadi sekesal ini saat melihat Jiyeon bersama Minho tadi siang. Ah sepertinya harus kuralat, lebih tepatnya saat Jiyeon bersama namja lain aku selalu kesal.

Tak butuh waktu lama akhirnya kami sampai juga dirumah. Jiyeon buru-buru turun dari boncenganku kemudian segera masuk ke dalam rumah menuju kamarnya tanpa menegurku sama sekali. Sepertinya dia benar-benar marah padaku. Hei, bukannya aku yang marah, kenapa keadaan malah berbalik sekarang.

Aku masih saja bersikap seolah-olah tak perduli padanya. Saat aku baru saja masuk ke dalam rumah, eomma segera menanyaiku perihal sikap Jiyeon yang terlihat kesal.

"L-ah, ada apa dengan dongsaengmu?" tanya eomma.

"Nan molla eomma" jawabku sekenanya.

"Lalu kenapa sepertinya ia sangat kesal? Baru masuk rumah ia langsung ke kamarnya" tanya eomma lagi.

"Eomma, aku benar-benar lelah, aku ingin istirahat dulu" ujarku tanpa menjawab pertanyaan eomma.

"Aigoo...ada apa dengan anak-anak itu. benar-benar membuatku pusing saja" gerutu eomma.

Lost of Memory (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang