Lost of Memory 20

38 1 0
                                    

"Maldo andwae....jangan bercanda Myungsoo-ah, ppali katakan padaku darimana kau mendapatkan kalung ini?" tanya Jiyeon tak percaya dengan pengakuan Myungsoo.

"Apa kalung itu belum cukup bukti untuk meyakinkanmu jika aku L, Jiyeonnie? Perlukah aku mati dihadapanmu agar kau percaya? Tiga tahun yang lalu aku mengejarmu seperti orang gila. Aku takut kau akan pergi meninggalkanku dan melupakanku. Tanpa memperdulikan apapun aku berusaha menyusulmu ke bandara sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang membuat semuanya berubah. Tiga tahun, aku tersiksa karena melupakan semua hal yang berharga dalam hidupku, kau, appa dan eomma juga sahabat-sahabatku. Tiga tahun aku hidup sebagai orang lain yang bahkan aku tak pernah menyadarinya" ujar Myungsoo membuat Jiyeon tergugu. Air matanya jatuh perlahan dan tubuhnya seakan lemas mengetahui kenyataan tersebut. Beban yang ada di pundaknya seolah terangkat.

"Oppa....L-oppa....kau benar-benar L-oppa?" isak Jiyeon seraya menyentuh wajah Myungsoo.

"Ne...baby dino-ah" ucap Myungsoo yang juga menyentuh wajah Jiyeon, menghapus air mata yeoja itu kemudian mencium keningnya.

"Kajima...jebal kajima oppa, jangan pernah meninggalkanku lagi...nan bogoshippo, oppa" Jiyeon memeluk tubuh Myungsoo dan namja itu pun membalas pelukan tersebut.


Di tepi danau, Minho menyunggingkan senyumnya, senyuman yang penuh keikhlasan untuk melepaskan cinta pertamanya. Ia merasa tugasnya telah usai. Jiyeon sudah menemukan kebahagiaannya dan sahabatnya yang telah lama hilang juga sudah kembali.

Namun Minho tak ingin terus larut dalam kesedihan hatinya. Meskipun ini adalah akhir dari cinta pertamanya tetapi bukan berarti akhir dari segalanya. Justru sebuah akhir adalah awal untuk memulai sesuatu yang baru, menemukan cinta yang baru.

Minho perlahan menjauh meninggalkan kedua insan yang tengah melepaskan kerinduan masing-masing.

'Cintaku tak harus memilikimu, Jiyeon-ah. Meskipun sakit melihatmu dengannya keundae melihatmu bahagia bersamanya sudah lebih dari cukup untuk mengobati luka hatiku. Kuharap kalian akan selalu bahagia selamanya dan kini saatnya aku pun harus menemukan kebahagiaanku sendiri' ucap Minho dalam hati.



"Jiyeonnie....neo gwaenchana chagi-ah?" tanya Yoo Jin pank ketika Myungsoo membawa Jiyeon ke rumah keluarga Kim dalam keadaan basah kuyup.

"Eomma, bawalah Jiyeon ke kamar untuk mengeringkan tubuhnya. Akan kujelaskan pada kalian nanti" ucap Myungsoo pada eomma dan appanya yang terlihat membutuhkan penjelasan atas apa yang telah terjadi.

"Geurrae, kajja Jiyeonnie" Yoo Jin mengajak Jiyeon masuk ke kamarnya untuk mengeringkan tubuh putri kesayangannya itu.

"L-ah, kau juga gantilah pakaianmu dengan yang lebih kering. Kau masih ingat letak kamarmu, bukan" ucap Hyun Joong menasehati putranya.

Myungsoo mengangguk, "Ne appa"

Seperti yang disuruh oleh appanya, Myungsoo segera menuju kamarnya yang sudah tiga tahun ini ia tinggalkan.

Myungsoo begitu terkejut saat memasuki kamarnya. Pasalnya, tempat itu sama sekali tak berubah sejak tiga tahun yang lalu ia tinggalkan. Tak terasa air mata Myungsoo jatuh begitu saja tanpa diperintah.

"Eomma....appa....gomawo...." ucap Myungsoo lirih.



Beberapa menit kemudian Myungsoo yang sudah berganti pakaian berniat untuk melihat keadaan Jiyeon. Saat ia berniat untuk mengetuk pintu kamar Jiyeon tiba-tiba pintu kamar tersebut dibuka oleh Yoo Jin, eommanya.

Lost of Memory (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang