Chorós | Kurokawa Izana x Reader

pénte

Malam hari merupakan penghujung hari, di mana semua manusia lebih memilih untuk mengistirahatkan diri dan menyisahkan mereka yang tidak memiliki pilihan lain. Termasuk mereka yang bekerja dalam dunia kegelapan, meraup banyak keuntungan dan mengabaikan keselamatan. Kerajaan Tenjiku memang tampak damai serta makmur, namun terdapat peran dunia bawah yang tidak diketahui banyak orang. Padahal, peran dunia bawah itu lah yang paling menyokong kesuksesan Tenjiku.

Bisnis dunia gelap saat ini dikelolah oleh Kokonoi Hajime, Raja Izana mempercayakan hak itu padanya setelah penangkapan beberapa waktu lalu. Bisnis ini sendiri terdiri atas hal-hal kotor yang umum terjadi, diantaranya perdagangan manusia, obat-obatan illegal, pencurian, pelelangan, dan lain sebagainya. Hajime berkata bahwa pelelangan budak akan menghasilkan laba tinggi, sayangnya Raja menolak tegas keberadaan budak di pelelangan tanpa alasan yang jelas. Selain daripada itu, Izana sudah puas atas pencapaian pemuda itu.

Peran seorang budak adalah menjadi hiburan tuannya, menjadi pesuruh tuannya, dan menjadi bual-bualan masyarakat. Bekerja tanpa dibayar, terkadang diberi makan, terkadang pula dibiarkan meringkuk kelaparan. Ingatan yang terpasang begitu jelas belum bisa sembuh sepenuhnya. Rasa haus akan kematian terus menghantui pikiran. Bukan berarti tidak mensyukuri kenyaman saat ini, tetapi selalu merasa diri sudah tidak memiliki arti untuk berpijak lagi.

Raja Kurokawa Izana merupakan pewaris tunggal Raja terdahulu. Dilatih untuk tidak melibatkan emosi membuatnya terlihat tidak berperasaan saat menghunuskan pedang pada Sang ayah hingga jiwa menghilang dari raga. Keberadaan Sang ayah kala itu tidak membuatnya tenang, Izana terus merasa sesak akan segala kesempurnaan dan tekanan darinya, terlebih keberadaan ibunya merupakan seorang mantan budak yang menjadi selir selalu dicap hina. Walau kesempurnaan sudah melekat padanya, eksistensi Izana hanya akan menjadi perbincangan buruk di masyarakat. Dan satu-satunya jalan yang ia ambil adalah menghabisi semua orang yang menentangnya.

Sosok tirani tampan menggambarkan Raja muda Tenjiku di mata masyarakat.

Ada kalanya Izana merasa bimbang, tidak pernah terpikirkan olehnya untuk menikmati 3 kebahagiaan utama bagi para pria. Harta, tahta, dan wanita. Dari ketiga itu Izana sudah memperoleh dua diantaranya dengan mudah, tetapi tidak terlintas sedikit pun di benaknya untuk menjalin hubungan bersama wanita. Baginya wanita hanyalah mesin penerus keturunan yang lemah akan kejamnya dunia.

Tetapi, saat ini pula mata terbuka lebar, Izana sadar bahwa masih ada wanita yang bertahan di atas gelapnya dunia. Wanita itu adalah budak yang saat ini duduk di seberang mejanya. Mata dengan bulu lentik itu sesekali bergerak untuk berkedip, membuat Izana menyadari gejolak aneh dalam dirinya.

Izana terjerat jeruji cinta.

Pemuda itu menompang dagunya mencoba mengistirahatkan diri setelah duduk selama 12 jam di atas kursi. "Bagaimana dengan berkeliling kastil, maukah Hime menemaniku?"

Perempuan itu mengangguk. "Tidak ada alasan untuk menolak anda, Yang Mulia."

Izana tersenyum, ia berdiri lalu mengulurkan tangan tanpa balutan sarung tangan membuat si perempuan menerima uluran tersebut seraya tersenyum.

"Terimakasih," gumamnya dibalas deheman oleh Izana.

K

edua pasangan muda mudi mulai berkeliling kastil sesekali disapa para penghuni istana yang kebetulan berpapasan dengan mereka. Sadar akan derajatnya, perempuan itu selalu menyapa mereka duluan sebelum mereka memulai sapaan. Rasa rendah diri tampaknya tidak mudah dilepas darinya. Izana sendiri tidak mengambil pusing karena segala bebas dilakukan asal tidak merugikan.

Beberapa hari ini Izana memanggil beberapa guru ke dalam istana. Guru etika, guru pengetahuan, dan guru dansa dipanggil khusus untuk memberi perempuan itu bekal pengetahuan. Perlakuan manis serta rasa peduli selalu menghantui perempuan itu. Menebak-nebak pola pikir Sang Raja yang bermurah hati merawat budaknya sendiri.